Saturday 12 July 2014

RATU YORDANIA ( RANIA AL-YASIN )


Baca Dengan Mata Hati.


RATU YORDANIA CEMBURU KEPADA INDONESIA.


Ratu Yordania Rania yang merupakan wanita
berdarah Palestina yang lahir dan besar di
Yordania ini merasa "gerah" karena Rakyat
Palestina selalu "memuja" Indonesia.
Beliau berkata : "Ada apa dengan Indonesia ? Saya
tau mereka paling aktif dalam relawan ke Gaza,
namun selain Indonesia masih ada yang lain kan?
Termasuk Yordania. Kenapa rakyat Palestina tidak
bisa melihat yang lain ?"
"
Kecemburuan" Ratu Rania semakin memuncak
saat membaca seorang anak palestina bernama
Hadiid Manor al Rafiq menjawab komen ratu Rania
dengan menulis tentang indonesia di Twitter-nya:
"Indonesia jauh namun dekat, tidak ada yang
sama dengan mereka yang merasakan darah kami
adalah darah mereka. Jika anda wahai Sri Ratu
Rania yg terhormat merasa tidak suka maka kami
mohon jangan anda mengomentari mereka
(rakyat indonesia) dengan sinis."

Setelah membaca Twitter Hadid Ratu Rania tidak
membalas hingga kini.

Bahkan saat Tragedi Bintaro II kemarin tgl 9
Desember walau bukan bencana alam namun
human error, tetapi rakyat palestina mendoakan
dengan segenap hati mereka.
Salah satu Twitter anak Palestina bernama Zaenab
Khaleed menulis : " Indonesia bersedih kami tidak
rela itu, kalian yang menangis untuk kami, kini
kalian menangis setelah kereta kalian
bertabrakan...... semoga kalian tabah"


Thursday 10 July 2014

Palestina Ku...oooh Palestina ku...







 Maaf Status Bukan Untuk Kampanye Atau Untuk Menjatuhkan Salah 1 Kandidat Capres Kita,Hanya Untuk Renungan Orang Orang Yang Menggunakan Mata Hatinya Bukan Hanya Sekedar Logikanya Yang Belum Tentu Kebenarannya,


Jihadku Ku Melalui Media Atas Kekejaman Zionis Israel Terhadap Saudara Kita Yang Ada Di Palestina,

Penguasa - Penguasa Dunia Barat Selama Ini Selalu Ikut Campur Dalam Segala Hal Yang Menyangkut Negara Indonesia,Atau Negara Negara Lemah Lainnya,
Terutama Dalam Masalah HAM.

Mantan Presiden Ke 2 Indonesia Runtuh Kekuasaannya Oleh Pihak Barat Dengan Mengatasnamakan Penguasa Otoriter Yang Selalu Melakukan Pelanggaran HAM,Mereka Melengserkan Penguasa Ke 2 RI Dengan Gerakan Reformasinya,Yang Membuat Beberapa Kota Di Indonesia Terjadi Kerusuhan,

Tidak Berbeda Jauh Dengan Apa Yang Dialami Negara Irak,Dengan Mengatasnamakan HAM bagaikan haiwan Mereka Memburu Saddam Husein  Meluluh Lantahkan Irak,.begitu juga dengan Libya...presiden Ghaddaffi juga menerima nasib yg sama.,Negara Itu Hancur Lebur Diserang Oleh Beberapa Pasukan Gabungan Dari Penguasa - Penguasa Negara Barat,Sudah Benarkah Apa Yang Dilakukan Oleh Penguasa - Penguasa Dunia Barat,
sedangkan Sampai Saat Ini tak tahu kebenarannya..

Apakah Ini Yang Dinamakan Keadilan Oleh Penguasa - Penguasa Barat,Dengan Mengatasnamakan Ham Mereka Tidak Segan Untuk Memberikan Sanksi Embargo,Bahkan Memeranginya Secara Bersama - Sama,Untuk Menjatuhkan Penguasa - Penguasa Yang Mereka Sebut Otoriter ( Pelanggar Ham )



Tapi Mengapa Bila Tentera Israel Menzhalimi Rakyat2 Palestina Dengan Secara Terbuka Mereka Semua Berdiam Diri...Sedangkan Yg Terbunuh Rakyat Awam Seperti Wanita,Dan Anak2 Yg Tidak Berdosa


Qunut nazilah:Allaahumman shur mujaahidiin fii Ghaza,Allaahumman shur mujaahidiin fii Ghaza,Allaahumman shur mujaahidiin fii Ghaza,Artinya : ya Allah berilah pertolongan kepada para pejuang di Gaza,Amin Ya Allah Ya Rabbal Alamin.

Hanya Allah Lah Yang Tahu Dan Akan Membalas Semua Kejahatan Zionis Israel Melalui Caranya Yang Telah Ada Dalam Al-Quran.











PALESTINA KU ( TANAH NABI ALLAH )


Bayangkan Jika Dinegara Indonesia Muslim Terbanyak Mengalami Hal Seperti Apa Yang Dialami Saudara Kita Dipalestina,Shalat Dikawal Oleh Ratusan Tentara Zionis Israel.ALLAHUAKBAR, ALLAHUAKBAR, ALLAHUAKBAR.
GAZA sekarang dikepung oleh zionis.. Lbh 1000 tank baja & mobil barakuda Israel di tempatkan di Rafah.! Maka gaza kpn saja bisa di bumihanguskan Zionis. Ismail Haneiya PM Palestina menegaskan : " Kami tdk meminta kalian berjihad bersama kami mengangkat senjata. sebab siap siaga utk mempertahankan tanah suci umat islam. Kami hanya meminta doa kalian. Krn doa senjata paling hebat yg tdk dimiliki kaum kafir. Tolong sebarkan kpd umat islam di seluruh dunia, kami saat ini Terkepung. Jika ingin membantu, bantulah sesuai kemampuan kalian. Jika menyebarkan informasi saja tdk mampu kalian lakukan, apakah kalian siap di minta pertanggung jawaban oleh Allah di akhirat.? ".mari para saudaraku semua kita berdoa utk saudara kita di PalestinaALLAHU AKBAR, BAGAIMANA KITA BISA LELAP TIDUR SEMENTARA DARAH SYUHADA TERUS MENGALIR!

Mohon kembali doa kalian sahabatku, aamiinkan setelah diipanjatkan dg kesungguhan. Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu: “Rasulullah berdoa Qunut selama sebulan penuh, beliau mendoakan keburukan terhadap Ri’lan, Dzakwan & ‘Ushayyah yg mendurhakai Allah & Rasul-Nya” [HR. Bukhari-Muslim). Doa Rasul panjatkan begitu keras krn mrk keterlaluan dg biadab membantai umat Rasulullah. Kini kembali doa sbg senjata dahsyat kita panjatkan u zionis israel dg sekutunya, "Allahumma ya Aziz ya Jabbar ya Mutakabbir ya Muntaqim, datangkanlah bala bencana adzab yg hebat pada zionis israel dg semua sekutunya, hinakan mrk, ceraiberaikan mrk, Alllahumma ya arhamar roohimiin, ya Salaam, selamatkan kaum muslimin muslimat, menangkan para mujaahidin, terimalah mrk yg wafat sbg syuhadaMu, satukan hati kami berjihad di jalanMu,

tolong lindungi saudara kami di Gaza Palestine, di Afghan, di Irak, di Suriah, di Sudan, di Somalia, di Rohigya Myammar, di Patani Thailand, di Moro Philipine & seluruh keberadaan umat Islam...aamiin ya Robbal aalamiin". Rasulullah mengingatkan, "Siapa yg tdk peduli dg keadaan umat Islam maka mrk bukan umat Islam". Panjatkan selalu doa ini di setiap selesai sholat fardhu & sholat dipenghujung malam kalian & sertakan jihad kalian dg harta kalian di jalan Allah, silahkan via KISPA (Komite Indonesia Solidaritas Palestina, pimpinan ustadz Ferry Nur) Bank Muammalat Indonesia 3110185622. Foto anak anak kita, korban kebiadaban Israel. Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, sebarkan doa ini sahabat sholehku.






DERITA PALESTINA DERITA KITA JUGA
Aamiinkan doa ini sahabatku
Ya Allah, jadikanlah anak-anak palestina ini sebagai syuhada dan kelak akan menghuni syurgaMu.
Ya Rabb, lindungilah anak-anak palestina yang masih hidup dari kekejaman para penjajah zionis.
Ya Rabb, berilah kekuatanmu kepada bangsa palestina untuk merdeka yang sesungguhnya.

Aamiin.

Daripada Abu Hurairah RA bahawa Nabi S.A.W bersabda yang bermaksud:

"Barangsiapa yang tidak mengambil berat akan hal saudaranya yang lain maka
dia bukanlah dari kalangan umatku'








Sebaliknya Jika Negara Muslim Yang Melakukannya Maka Negara Barat Akan Berkobar-Kobar Mengatakan Pelanggaran Ham,Sudah Puluhan Tahun

Palestina Dijajah Dan Di Serang Apakah Mereka Berteriak Tentang Masalah HAM ?

Friday 9 May 2014

Kisah Wali Allah


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

CERITA PERAMPOK DAN WALI ALLAH



Pada zaman dahulu di sebuah daerah di kota Baghdad ada seorang perompak yang sangat terkenal.Kehidupannya hanyalah bergantung kepada hasil rompakan sahaja.Tidak ada seorang pun yang berupaya menghalang dia daripada melakukan perbuatan keji itu.

Pada suatu malam, perompak itu telah berjaya memasuki sebuah rumah. Dia menyangka akan mendapat hasil yang banyak dari dalam rumah itu.Setelah puas dia menggeledah rumah itu, malangnya dia tidak menjumpai sesuatu apapun yang berharga.Apa yang didapatinya adalah sebuah beberapa bungkusan kain.Diapun mengumpulkan kesemua bungkusan tersebut untuk dibawa keluar.

Setelah penat dia memunggah bungkusan-bungkusan itu,dia terasa terlalu penat lalu dia berehat.Tatkala matanya hampir terlelap, dia terdengar bunyi orang masuk ke dalam rumah itu.Dia berasa terlalu takut lalu mencari tempat perlindungan, malangnya rumah itu tiada tempat yang boleh dijadikan tempat perlindungan.Maka dia cuma mendiamkan dirinya di dalam kegelapan rumah itu.Dari tempat dia berdiri, dia ternampak seorang lelaki tua masuk ke dalam sambil memegang sebuah lampu di tangannya.Oleh kerana rumah itu kecil dan diterangi pula dengan lampu akhirnya tuan rumah itu ternampak perompak itu berdiri di satu sudut di dalam rumahnya.

Tuan rumah itu mempelawa perompak itu duduk, pada mulanya dia berasa takut tetapi kerana lelaki tua itu terlalu baik dan lemah lembut serta berjanji untuk menolongnya mengangkut bungkusan itu barulah dia berasa senang dan gembira.

Kata orang tua itu “Bungkusan kain baju ini takkan boleh engkau angkut seorang diri, lebih baik kita jadikan dua bungkusan besar”.Kemudian engkau pikul satu bungkusan dan aku pikul satu bungkusan.
Perompak itu berkata pula “Baiklah tetapi biarlah aku memikul bungkusan yang besar kerana aku yang mula-mula masuk ke dalam rumah ini”.
“Baiklah” sahut orang tua itu.

lalu mereka pun keluar dari rumah itu.Setelah agak lama berjalan, orang tua itu terasa terlalu penat memikul bungkusan yang berat itu.Dia berjalan perlahan-lahan mengikuti perompak itu.Apabila dia melihat orang tua berjalan terlalu lambat, dia terus menengking orang tua itu “Hey!!Orang tua,cepat lah sikit.Kita mesti sampai ke tempat aku sebelum matahari naik.Kalau tidak kita berdua pasti akan di tangkap.”

Tanpa menghiraukan keadaan orang tua itu, perompak itu terus berjalan dengan lebih pantas meninggalkan orang tua itu jauh di belakang.Orang tua itu cuba mengejarnya tetapi dia tidak berdaya.Bahkan kerapkali terjatuh.Akhirnya mereka sampai juga ke tempat persembunyian perompak itu.Maka perompak itu berkata

“Sekarang kita telah sampai.Hai!!!orang tua, kau ambillah bahagian engkau dan pergi dari sini.”Sambil
merenung muka perompak itu orang tua itu berkata “Hai!!!anak muda, ambillah engkau ke semua barang itu.Aku tidak memerlukannya.Sebenarnya rumah yang engkau masuki tadi adalah rumah aku.Aku fikir engkau tentulah orang yang miskin hingga terpaksa menjadi pencuri.Aku harap barang-barang ini kelak akan meringgankan sedikit bebanan engkau.Sekarang engkau telah pun tahu rumah aku, apabila memerlukan bantuan datanglah ke rumah aku”.

Setelah orang tua pergi dari situ, pemuda itu menjadi tercenggang seolah-olah tidak percaya apa yang berlaku sebentar tadi.Dia bergitu hairan memikirkan kebaikan orang tua yang luar biasa itu.

“Apakah benar apa yang aku alami ini.Aku telah memasuki rumahnya dan mengambil barang-barangnya lalu dia datang pula menolong aku.Setelah itu, dia menjemput aku datang ke rumahnya jika aku perlukan bantuannya lagi.Ah!!!!!.......pelik sungguh orang itu,bisik hati kecilnya”.

Setelah sekian lama dari kejadian yang lalu, perompak itu pergi semula ke rumah orang tua itu pada waktu siang.Sebaik sahaja dia sampai di halaman rumah orang tua itu,, dia ternampak seorang lelaki sedang memotong kayu, lalu dia pun bertanya “ Wahai saudara, saya ingin tahu siapakah tuan punya rumah ini?”.Sambil tersenyum lelaki itu menjawab “Wahai saudara, saya kira saudara tentunya datang dari daerah luar kerana semua penduduk disini hingga kanak-kanak pun tahu rumah ini adalah rumah seorang wali Allah bernama Junaid”.

Sebaik sahaja dia mendengar nama itu, lantas dia pun menyesal di atas segala perbuatannya terhadap wali itu .Tanpa berlengah lagi ,dia terus masuk ke rumah ke dalam rumah wali itu untuk meminta maaf.Sebaik sahaja dia masuk ke dalam rumah itu , dia terus sujud di kaki wali Allah Junaid sambil menangis.Dengan tersenyum, wali Allah Junaid terus memaafkannya.Sebagai berkat kemaafannya dan sikapnya yeng penyantun akhirnya dia telah menjadi seorang yang soleh dan bertakwa.Tidak mungkin seorang yang jahat itu akan kekal jahat.Jikalau Allah menghendaki dia jadi baik, insyaAllah akan menjadikannya orang baik malah lebih baik.

Wallahu A'lam Bishawab




ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

KESUFIAN RAJA MUZAFFAR SHAH



Suatu hari Raja Muzaffar yang masih kanak-kanak bertanya kepada Bondanya tentang ALLAH.

“Bonda... dimana ALLAH dan bolehkah Anakanda melihatNya?”

“Oh... ALLAH itu di Arasy wahai Anakanda dan Anakanda tidak dapat melihatNya kerana ALLAH berada nun jauh diatas 7 petala langit. Sedangkan langit kedua pun manusia tidak nampak bagaimana hal keadaanNya lantas bagaimana mungkin Anakanda akan dapat melihat ALLAH yang berada di Arasy yang terletak lebih atas dan jauh daripada 7 petala langit?”

“Oh begitu… bagaimana dengan dalilnya Bonda?”

Dalilnya begini... “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah ALLAH Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy untuk mengatur segala urusan... dari Surah Yunus ayat ke 3.”

Maka giranglah hati Raja Muzaffar kerana telah mendapat jawapan daripada persoalan yang selama ini sentiasa semak difikirannya. Masa pun berlalu... hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun, maka telah remajalah Raja Muzaffar.

Suatu hari Raja Muzaffar diperintahkan Ayahandanya supaya belajar ilmu-ilmu agama dari Syeikh Abdullah selaku Mufti di Negeri Ayahandanya itu. Maka tidak sabar-sabarnya lagi Raja Muzaffar mahu berguru dengan Syeikh Abdullah sementelah pelajaran agama adalah yang paling diminatinya.

Suatu hari sambil duduk-duduk santai dengan Syeikh Abdullah tiba-tiba Raja Muzaffar ditanyai oleh Syeikh Abdullah dengan dua persoalan yang tidak asing baginya.

“Wahai Anakanda Putera Raja... dimana ALLAH dan bolehkah Anakanda Putera Raja melihatNya?”

Sambil tersenyum Raja Muzaffar menjawab sebagaimana yang telah diajarkan Bondanya dahulu... “ALLAH itu di Arasy wahai Syeikh Guru dan Beta tidak boleh melihatNya kerana ALLAH berada nun jauh diatas 7 petala langit.”

Tersenyum kecil Syeikh Abdullah mendengar jawapan muridnya itu dan sejenak selepas menghela nafasnya Syeikh Abdullah lalu bersuara.... “Begini Anakanda Putera Raja… ALLAH itu bukannya makhluk seperti kita lantaran itu ALLAH tidak seperti kita. Apa sahaja hukum yang terjadi pada makhluk tidak berlaku seperti itu atas ALLAH. Oleh itu ALLAH tidak bertempat kerana bertempat itu hukum bagi makhluk.”

“Lantas dimana ALLAH itu wahai Syeikh Guru?”

“ALLAH itu tidak bertempat kerana Dia bersifat qiammuhu binafsihi yang bermaksud ALLAH tidak berhajat pada sesuatu zat lain untuk ditempati. Jika kita mengatakan ALLAH berhajat pada sesuatu zat lain untuk ditempati maka ketika itu kita telah menyerupakan ALLAH dengan keadaan makhluk. Ketahuilah, ALLAH tidak serupa dengan makhluk berdasarkan kepada dalil dari Surah Asy-Syura ayat ke 11 yang bermaksud “Dia tidak menyerupai segala sesuatu.” ALLAH tidak berdiam di Arasy kerana Arasy itu adalah makhluk. Bagaimana mungkin makhluk dapat menanggung Zat ALLAH sedang bukit dihadapan Nabi Musa pun hancur kerana tidak dapat menanggung pentajalian ALLAH.”

Raja Muzaffar mengangguk-anggukkan kepalanya tanda faham.

Kemudian Syeikh Abdullah menambah... “Berkenaan tentang Anakanda Putera Raja tidak boleh melihat ALLAH itu adalah betul namun bukanlah kerana ALLAH itu jauh maka Anakanda Putera Raja tidak boleh melihatNya.”

“Jika bukan begitu lantas bagaimana Syeikh Guru?” Tanya Raja Muzaffar beria-ia ingin tahu.

“Sebenarnya kita tidak dapat melihat ALLAH bukanlah kerana asbab jarak tetapi kerana keterbatasan kemampuan penglihatan matamanusia yang tidak mampu melihat ZatNya. Ini bersesuai dengan firman ALLAH yang bermaksud “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui... dari Surah Al-An’am ayat 103.”

Terdiam Raja Muzaffar mendengar hujah Gurunya itu. Barulah beliau sedar bahawa apa yang menjadi pegangannya selama hari ini adalah salah. Pegangan yang mengatakan bahawa ALLAH itu diArasy dan ALLAH tidak boleh dilihat kerana asbab jarak adalah satu kesilapan.

Huraian daripada Gurunya melalui ilmu Kalam membuatkan Raja Muzaffar begitu kagum dengan kekuasaan akal yang dapat menghuraikan segala-galanya tentang Tuhan. Bermula dari hari tu Raja Muzaffar berpegang dengan hujah gurunya bahawa ALLAH itu tidak bertempat dan manusia tidak boleh melihat ALLAH kerana keterbatasan kemampuan penglihatan mata manusia. Akhirnya dengan berkat ketekunan dan kesungguhan, Raja Muzaffar telah berjaya menguasai ilmu-ilmu ketuhanan menurut peraturan ilmu kalam sebagaimana yang diajarkan oleh Syeikh Abdullah hingga mahir.

Masa terus berjalan dan kini Raja Muzaffar telah dewasa. Oleh kerana begitu minatnya yang mendalam tentang ilmu-ilmu ketuhanan maka beliau meminta izin daripada ayahandanya untuk menperdalamkan lagi ilmu pengetahuannya dengan belajar dari guru-guru yang berada diluar istana sementelah Syeikh Abdullah telah meninggal dunia.

Ayahandanya memberi izin lalu tanpa berlengah Raja Muzaffar menemui sahabat-sahabat sealiran Almarhum Syeikh Gurunya untuk melanjutkan pelajaran. Raja Muzaffar mempunyai sikap yang pelik. Saban hari apabila beliau melalui pekan-pekan kecil untuk sampai ke rumah guru-gurunya, beliau akan bertanya kepada setiap orang yang ditemuinya dengan soalan yang pernah ditanya kepada bondanya iaitu dimana ALLAH dan bolehkah manusia melihatNya?

Bagi sesiapa yang menjawab soalannya itu sebagaimana yang pernah dijawab oleh bondanya maka beliau akan membetulkan kefahaman orang itu dengan hujah Almarhum Gurunya Syeikh Abdullah. Jika orang itu tidak mahu tunduk dengan hujahnya maka orang itu akan dipukulnya sebelum diusir dari negerinya itu.

Begitulah sikap Raja Muzaffar setiap hari sehingga pada suatu hari beliau bertemu dengan seorang tua yang sedang bertungkus-lumus menyediakan air minuman untuk diberi minum kepada orang yang lalu-lalang disebuah pekan tanpa mengambil sebarang upah.

Melihat kelakuan pelik orang tua itu lantas Raja Muzaffar mendekatinya. “Hei orang Tua... mengapa kamu tidak mengambil upah atas usahamu itu?” Tanya Raja Muzaffar tegas.

Orang Tua yang sedari tadi begitu khusyuk mengagih-agihkan minumannya itu terkejut dengan pertanyaan Raja Muzaffar lalu meminta Raja Muzaffar memperkenalkan dirinya.

“Siapakah Tuan ini?” Tanya si Tua.

“Beta adalah Putera Raja negeri ini.” Jawab Raja Muzaffar tegas.

“Oh kalau begitu Tuan ini tentu Raja Muzaffar yang terkenal dengan ketinggian ilmu ketuhanan itu. Tapi sayang, Tuan hanya tahu ilmu tentang ALLAH tetapi Tuan sendiri belum mengenal ALLAH. Jika Tuan telah mengenal ALLAH sudah pasti tuan tidak akan bertanya kepada saya soalan Tuan tadi.”

Terkebil-kebil mata Raja Muzaffar mendengar kata-kata si Tua itu. Hatinya terpesona dengan ungkapan ‘mengenal ALLAH’ yang diucapkan orang tua itu.

Lantas beliau bertanya kepada orang tua itu. “Kemudian apa bezanya antara ‘tahu’ dengan ‘kenal’?”

Dengan tenang si Tua itu menjawab... “Ibarat seseorang yang datang kepada Tuan lantas menceritakan kepada Tuan tentang ciri-ciri buah nangka tanpa menunjukkan zat buah nangka, maka ini mertabat ‘tahu’ kerana ianya hanya sekadar maklumat dan orang yang berada pada mertabat ini mungkin akan menyangka bahawa buah cempedak itu adalah nangka kerana ciri-cirinya seakan sama. Berbanding seseorang yang datang kepada Tuan lantas menghulurkan sebiji buah nangka, maka ini mertabat ‘kenal’ kerana zatnya terus dapat ditangkap dengan penglihatan mata dan orang yang berada pada mertabat ini pasti dapat mengenal mana cempedak dan mana nangka dengan tepat.”

Raja Muzaffar mendengar dengan teliti huraian si Tua itu. Diam-diam, hatinya membenarkan apa yang diperkatakan si Tua itu. Kemudian terlintas dihatinya untuk bertanyakan soalan yang lazim ditanyanya kepada orang ramai.

“Kalau begitu wahai orang Tua silalah jawab persoalan Beta ini... dimana ALLAH dan bolehkah manusia melihatNya?”

“ALLAH berada dimana-mana sahaja dan manusia boleh melihatNya.” Jawab si Tua dengan tenang.

Tercengang Raja Muzaffar mendengar jawapan orang tua itu. Seketika kemudian terus saja orang Tua itu dipukulnya sehingga jatuh tersungkur. Melihat orang Tua itu tidak cuba mengelak pukulannya bahkan langsung tidak menunjukkan reaksi takut maka Raja Muzaffar pun lantas bertanya... “Kenapa kamu tidak mengelak pukulan beta wahai orang Tua?”

“Bukankah tadi sudah hamba bilang... Tuan ini hanya orang yang tahu tentang ALLAH tetapi bukannya orang yang benar-benar mengenal ALLAH.”

Terdiam Raja Muzaffar mendengar kata-kata si Tua itu. Kemudian beliau menenangkan dirinya lantas bersegera duduk diatas tanah dihadapan orang Tua itu.

“Baiklah orang Tua... Silalah huraikan jawapan kamu tadi sebab Beta berpegang bahawa ALLAH itu tidak bertempat dan manusia tidak boleh melihat ALLAH.”

“ALLAH itu tidak bertempat adalah menurut pandangan hukum akal sahaja sedang pada hakikatnya tidak begitu.” Ujar orang Tua itu sambil mengesat bucu bibirnya yang berdarah.

Kemudian beliau menyambung... “Bukankah ALLAH itu wujudNya Esa?”

“Benar.” Jawab Raja Muzaffar.

“Jika ALLAH itu wujudNya Esa maka sudah barang tentu tidak ada wujud sesuatu bersertaNya.”

“Benar.” Jawab Raja Muzaffar.

“Lantas bagaimanakah kedudukan wujud alam ini jika ALLAH itu diyakini wujud tanpa ada selain zat yang wujud bersertaNya dengan pandangan mata hati?”

Raja Muzaffar memejamkan matanya rapat-rapat lantas dikerahkan pandangan mata hatinya untuk memahami persoalan yang ditanyai orang Tua itu. Tiba-tiba akalnya dapat menangkap dan memahami hakikat alam ini jika ianya merujuk kepada ruang lingkup keesaan wujud ALLAH. Lantas beliau membuat satu kesimpulan... “Jika dipandang dari sudut Esanya wujud ALLAH maka alam ini tidak lain melainkan diriNya sendiri… Tiba-tiba sahaja perkataan itu terpacul keluar dari bibirnya. Terkebil-kebil matanya apabila mendengar ucapannya sendiri.

Maka lidahnya kelu dan akalnya lumpuh. Terkejut... tergamam... terkedu... “Jadi kalau begitu ketika Tuan memandang alam ini, siapa yang Tuan pandang pada hakikatnya?”

Pantas soalan itu diajukan kepada Raja Muzaffar. “Pada hakikatnya Beta memandang ALLAH...”

“Nah kalau begitu bukankah ALLAH ada berfirman yang bermaksud “Dimana sahaja kamu menghadap, disitulah wajah ALLAH” dari Surah Al-Baqarah ayat ke 115 dan dalam Surah Al-Hadiid ayat ke 3 yang bermaksud “Dialah yang awal, yang akhir, yang zahir dan yang batin.”

Kemudian orang Tua itu bertanya lagi... “Dan sekarang dapat atau tidak Tuan melihat ALLAH ketika ini”

“Ya.. Beta menyaksikan dengan ainul basyirah.”

Perlahan-lahan berjujuran air mata dari bucu mata Raja Muzaffar. Beliau menahan sebak kerana sekarang beliau sudah faham kenapa orang tua itu tidak mengambil upah atas usahanya dan tidak mengelak ketika dipukul. Semuanya kerana yang dipandangnya adalah pentajallian ALLAH. Dalam hati
perlahan-lahan beliau berkata... “Memang benar sesungguhnya pada sudut ini, ALLAH berada dimana-mana sahaja dan manusia boleh melihat ALLAH.”

“Makanya wahai Putera Raja.. inilah yang dinamai sebagai ilmu hakikat.”

Semenjak hari itu, Raja Muzaffar terus mendampingi orang tua itu untuk mempelajari lebih dalam selok-belok ilmu hakikat hingga diangkat beliau oleh gurunya menduduki kedudukan Syeikh ilmu hakikat. Demi memahami ilmu-ilmu hakikat yang halus-halus Raja Muzaffar telah menjadi seorang ahli ibadah yang alim-mualim. Beliau tidak lagi berpegang dengan fahaman Almarhum Gurunya iaitu Syeikh Abdullah kerana baginya jalan yang boleh membuatkan seseorang itu dapat mengenal ALLAH dengan haqqul yaqin ialah dengan ilmu hakikat. Beliau telah mengenepikan duduk didalam peraturan hukum akal sama sekali dan mulai duduk didalam peraturan musyahadah. Bagi beliau, ilmu kalam yang dituntutnya selama ini adalah semata-mata salah.

Setelah kemangkatan Ayahandanya maka Raja Muzaffar ditabalkan menjadi Sultan dinegerinya dan sekarang beliau menyandang gelaran Sultan Muzaffar Shah pada usia 50 tahun.

Beliau memerintah negerinya dengan adil dan saksama namun sikap ganjilnya yang dahulu masih diteruskannya. Dimana sahaja beliau pergi beliau tetap akan bertanyakan soalannya yang lazim itu.

Jika orang yang ditanya tidak dapat menjawab maka akan diajarkan jawabannya menurut ilmu hakikat dan jika orang itu membangkang akan dihukum bunuh.

Akhirnya kelaziman Sultan Muzaffar Shah ini membuatkan seluruh rakyat jelatanya menganut fahaman hakikat. Justeru itu rakyat jelata dinegerinya hidup aman dan makmur.

Suatu petang Sultan Muzaffar Shah yang terkenal sebagai Mursyid ilmu hakikat itu berjalan-jalan disebuah padang rumput yang luas dengan ditemani para pembesar istana.

Pandangannya tertarik pada gelagat seorang pemuda pengembala kambing dalam lingkungan usia 30an yang sedang berusaha menghalau seekor serigala yang cuba memakan kambing gembalaannya.

Baginda mendatangi pemuda gembala itu. Kelihatan pemuda itu hanya memakai pakaian yang diperbuat daripada guni dan tidak mempunyai kasut sebagai alas kaki. Rambutnya kering berdebu, bibirnya kering dan badannya kurus.

“Wahai pemuda... kenapa kamu menghalau serigala itu dari memakan kambing itu, tidakkah kamu menyaksikan hakikat serigala itu? Maka biarkan sahaja ALLAH bertindak menurut kemahuanNya.”

Mendengar kata-kata Sultan Muzaffar Shah itu sekonyong-konyong pemuda gembala itu lantas menggenggam pasir lalu dilemparkannya pasir itu ke muka Sultan Muzaffar Shah. Kemudian pemuda gembala itu membongkok lagi untuk kali kedua mengambil segenggam pasir lalu dilemparkan sekali lagi ke muka Sultan Muzaffar Shah.

Sultan Muzaffar Shah hanya tercegat sahaja mungkin terkejut dengan tindakkan pemuda gembala itu. Pemuda gembala itu terus mahu mengambil segenggam pasir lagi dan melihat itu seorang pembesar istana yang berada disitu terus memukul pemuda gembala itu hingga beliau jatuh pengsan.

Apabila sedar dari pengsan, pemuda gembala itu mendapati tangan dan lehernya telah dipasung dengan pasungan kayu didalam sebuah penjara. Tidak lama kemudian datang dua orang pengawal istana dengan kasar merenggut rantai besi yang terikat dibadannya dan dibawa ke suatu tempat yang amat asing baginya. Tidak lama berjalan akhirnya mereka sampai dihadapan singgahsana Sultan Muzaffar Shah.

“Mengapa kamu melempari muka Beta dengan pasir?” Tenang sahaja pertanyaan Sultan Muzaffar Shah.

“Kerana Tuanku mengatakan bahawa serigala itu adalah ALLAH yakni Tuhan saya.

“Bukankah hakikat serigala itu sememangnya begitu?” Tanya Sultan Muzaffar Shah hairan.

“Nampaknya dakwaan tuanku ini menunjukkan seorang yang mengenal ALLAH adalah kebohongan semata-mata.”

“Kenapa kamu berkata begitu?”

“Sebab orang yang sudah sempurna mengenal ALLAH pasti merindui untuk bertemu menemui ALLAH.”

Setelah 30 tahun baru hari ini hati Sultan Muzaffar Shah terpesona lagi apabila mendengar ungkapan ‘bertemu menemui ALLAH’ yang diucapkan oleh pemuda gembala itu.

Dahulu hatinya pernah terpesona dengan ungkapan ‘mengenal ALLAH’. Sejurus itu juga Sultan Muzaffar Shah memerintahkan agar pasung kayu yang dikenakan pada pemuda gembala itu ditanggalkan.

“Lantas apa utamanya ‘bertemu’ berbanding ‘kenal’?” Tanya Sultan Muzaffar Shah.

“Adakah Tuanku mengenali sifat-sifat Rasulullah?” Tanya pemuda gembala itu tiba-tiba...

“Ya... Beta kenal akan sifat-sifat Rasulullah.”

“Lantas apa keinginan Tuanku terhadap Rasulullah?”

“Semestinyalah Beta mahu dan rindu untuk menemuinya kerana baginda adalah kekasih ALLAH!”

“Nah begitulah… orang yang sempurna pengenalannya terhadap sesuatu pasti terbit rasa ingin bertemu dengan sesuatu yang telah dikenalinya itu dan bukannya hanya sekadar berputar-putar didaerah ‘mengenal’ semata-mata.”

Tiba-tiba sahaja Sultan Muzaffar Shah berteriak kuat dengan menyebut perkataan ‘Allahu Akbaaar...!.!.!’ sekuat-kuat hatinya lalu baginda jatuh pengsan tidak sedar diri. Tidak lama kemudian setelah wajahnya disapukan dengan air sejuk maka baginda kembali sedar.

Sultan Muzaffar Shah terus menangis teresak-esak hingga jubahnya dibasahi dengan air matanya. Baginda memuhassabah dirinya.. “Memang... memang selama ini beta mengenali ALLAH melalui ilmu hakikat tetapi tidak pernah hadir walau sekelumit rasa untuk bertemu denganNya.

Rupa-rupanya ilmu hakikat yang beta pegangi selama ini juga salah sepertimana ilmu bonda dan ilmu Syeikh Abdullah”... bisik hatinya.

Kemudian terlintas difikiran Sultan Muzaffar Shah untuk menanyakan soalan lazimnya kepada pemuda gembala itu.

“Kalau begitu wahai orang muda, silalah jawab persoalan Beta ini... dimana ALLAH?”

Dengan tenang pemuda gembala itu menjawab... “ALLAH berada dimana Dia berada sekarang.”

“Kalau begitu, dimana ALLAH sekarang?

“Sekarang ALLAH berada dimana Dia berada dahulu.”

“Dimana ALLAH berada dahulu dan sekarang?”

“Dahulu dan sekarang Dia berada ditempat yang hanya Dia sahaja yang ketahui.”

“Dimana tempat itu?”

“Didalam pengetahuan ilmu ALLAH.”

Sultan Muzaffar Shah terdiam sebentar sambil keningnya berkerut merenung jawapan yang diberi pemuda gembala itu. Kemudian baginda meneruskan pertanyaannya lagi.

“Bolehkah manusia melihat ALLAH?”

“Kunhi ZatNya tidak boleh dicapai dengan pandangan mata kepala dan pandangan hati.”

“Sila perjelaskan lagi wahai anak muda.” Pinta Sultan Muzaffar Shah.

“Begini Tuanku... adapun jawapan yang diberikan oleh Bonda Tuanku itu diatas dasar soalan lazim yang Tuanku berikan itu adalah sebenarnya betul menurut tahapan akal Tuanku yang ketika itu dinilai masih kanak-kanak.

Adapun jawapan yang diberikan oleh Syeikh Abdullah itujuga betul jika dinilai dari sudut hukum akal... Dan jawapan yang diberikan oleh Syeikh Tua itu juga betul jika dinilai dari sudut pengamalan musyahadah terhadap ilmu hakikat. Begitu jugalah dengan jawapan yang saya berikan juga betul jika dinilai dari sudut ilmu ma’rifat.

Tiada yang salah cuma ilmu itu bertahap-tahap dan tuanku telah pun melalui tahapan-tahapan itu. Dari tahapan jahil (ilmu bonda) ke tahapan awam (ilmu kalam) kemudian ke tahapan khusus (ilmu hakikat) dan akhir sekali ke tahap khawasul khawas (ilmu ma’rifat).”

Kemudian pemuda gembala itu terus menyambung kata-katanya... “Jika ilmu hakikat itu jalan fana kerana menilik kepada Zat ALLAH maka ilmu ma’rifat pula jalan baqa kerana menilik terus kepada Kunhi Zat ALLAH. Maka jawapan bagi persoalan tuanku itu secara yang dapat saya simpulkan ialah Tiada yang tahu dimana ALLAH melainkan ALLAH dan tiada sesiapa yang dapat
melihat ALLAH melainkan diriNya sendiri.”

Sultan Muzaffar Shah mengangguk-anggukkan kepalanya tanda faham... “Jadi bagaimana hendak sampai ke tahap mengenal ALLAH dengan sempurna sehingga terbit rasa ingin untuk menemuiNya?”

“Jangan mengenal ALLAH dengan akal sebaliknya mengenal ALLAH dengan ALLAH.”

“Kemudian, apakah cara-caranya untuk dapat bertemu dengan ALLAH?”

“Sebagaimana firman ALLAH yang bermaksud... “Barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan amalan soleh dan janganlah dia mempersekutukan Tuhannya dalam beribadat kepadanya”... dari Surah Al-Kahfi ayat ke 110.

Mendengar penjelasan daripada pemuda gembala itu hati Sultan Muzaffar Shah menjadi tenang dan akhirnya baginda diterima menjadi murid si pemuda gembala itu. Kerana kesungguhan yang luarbiasa dalam mengerti ilmu ma’rifat maka baginda mahsyur terkenal sebagai seorang Sultan yang arifbillah lagi zuhud serta warak.

Kemudian rakyatnya dibiarkan bebas untuk berpegang pada mana-mana fahaman pun asalkan ajarannya masih didalam ruang lingkup yang mengikuti pegangan Ahlussunnah Wal Jamaah.

Dan sekarang pada usia 70 tahun barulah Sultan Muzaffar Shah sedar dan faham bahawa untuk memahami tentang ALLAH maka seseorang itu harus melalui tahapan-tahapan yang tertentu sebelum seseorang itu layak dinobatkan sebagai arifbillah. Baginya samada ilmu kalam, ilmu hakikat atau ilmu ma’rifat maka kesemuanya adalah sama penting untuk dipelajari, difahami, dimengerti bagi mewujudkan kesempurnaan untuk mencapai kedudukan insan kamil yang ma’rifatullah.

Kini Sultan Muzaffar Shah sudah memahami bagaimana rasanya rindu kepada ALLAH dan bagaimana rasanya benar-benar tidak sabar untuk bertemu ALLAH. Sejak semalam mulutnya tidak henti-henti asyik mengucapkan kalimah Ismu Zat Allah..Allah..Allah dan kadang-kadang terlihat deruan air mata jernih mengalir perlahan dipipinya sewaktu dipembaringan.

Perlahan-lahan pemuda gembala menghampiri Sultan Muzaffar Shah yang sejak 20 tahun lalu tinggal bersama dengannya dirumah usangnya lantas meletakkan kepala muridnya itu diribaan silanya dengan linangan air mata. Kini nafasnya mulai tersekat-sekat dan melihat itu, pemuda gembala merapatkan bibirnya ke telinga Sultan Muzaffar Shah lantas mentalqinkan baginda dengan kalimah tauhidan seraya diikuti baginda dengan senyuman. Sejurus kemudian Sultan Muzaffar Shah menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Suasana menjadi hening… pemuda gembala menunduk sahaja dan sebentar kemudian dia berkata. “Alangkah beruntungnya dia.. sekarang Tuanku benar-benar telah menemui ALLAH dan dapat mengenalNya dengan sebenar-benar kenal. "Ya... ALLAH masih belum layakkah untuk aku bertemu denganMu, aku mencemburui Sultan Muzaffar Shah ini maka jemputlah aku menghadapMu…”

Sebentar kemudian pemuda gembala itu pun turut rebah dan menghembuskan nafasnya yang terakhir...

Tiba-tiba hujan pun turun seolah-oleh menangisi permergian dua insan yang mulia akhlaknya itu. Wallahu 'Alam...

Friday 25 April 2014

Sheila on 7 - Sajadah Panjang



Kita Lupakan Sajadah,Lebih Mengutamakan Tunduk Kepada Kedunia'an,Rejeki Kita Lancar Semuanya Lancar Tapi Mengapa Kita Tidak Sujud Dalam Sehari Semalam Untuk Tunduk Kepada Yang Menciptakan,Dan Setelah Itu Kita Kembali Busungkan Dada Pada Dunia Untuk  ( Mencari Rejeki ),Karena Hanya Dialah Yang Pantas Kita Tunduk'kan Kepala,Setelah Kita Busungkan Dada Untuk Mencari Dunia...:)


Tuesday 11 February 2014

Tanda-tanda Kiamat Menurut Islam


Daripada Huzaifah bin Asid Al-Ghifari ra. berkata:Datang kepada kami Rasulullah saw. dan kami pada waktu itu sedang berbincang-bincang. Lalu beliau bersabda: “Apa yang kamu perbincangkan?”. Kami menjawab: “Kami sedang berbincang tentang hari qiamat”.

Lalu Nabi saw. bersabda: “Tidak akan terjadi hari qiamat sehingga kamu melihat sebelumnya sepuluh macam tanda-tandanya”. Kemudian beliau menyebutkannya: “Asap, Dajjal, binatang, terbit matahari dari tempat tenggelamnya, turunnya Isa bin Maryam alaihissalam, Ya’juj dan Ma’juj, tiga kali gempa bumi, sekali di timur, sekali di barat dan yang ketiga di Semenanjung Arab yang akhir sekali adalah api yang keluar dari arah negeri Yaman yang akan menghalau manusia kepada Padang Mahsyar mereka”.

H.R Muslimi

Keterangan:
Sepuluh tanda-tanda qiamat yang disebutkan Rasulullah saw. dalam hadis ini adalah tanda-tanda qiamat yang besar-besar, akan terjadi di saat hampir tibanya hari qiamat. Sepuluh tanda itu ialah:
  1. Dukhan (asap) yang akan keluar dan mengakibatkan penyakit yang seperti selsema di kalangan orang-orang yang beriman dan akan mematikan semua orang kafir.
  2. Dajjal yang akan membawa fitnah besar yang akan meragut keimanan, hinggakan ramai orang yang akan terpedaya dengan seruannya.
  3. Dabbah-Binatang besar yang keluar berhampiran Bukit Shafa di Mekah yang akan bercakap bahawa manusia tidak beriman lagi kepada Allah swt.
  4. Matahari akan terbit dari tempat tenggelamnya. Maka pada saat itu Allah swt. tidak lagi menerima iman orang kafir dan tidak menerima taubat daripada orang yang berdosa.
  5. Turunnya Nabi Isa alaihissalam ke permukaan bumi ini. Beliau akan mendukung pemerintahan Imam Mahadi yang berdaulat pada masa itu dan beliau akan mematahkan segala salib yang dibuat oleb orang-orang Kristian dan beliau juga yang akan membunuh Dajjal.
  6. Keluarnya bangsa Ya’juj dan Ma’juj yang akan membuat kerusakan dipermukaan bumi ini, iaitu apabila mereka berjaya menghancurkan dinding yang dibuat dari besi bercampur tembaga yang telah didirikan oleh Zul Qarnain bersama dengan pembantu-pembantunya pada zaman dahulu.
  7. Gempa bumi di Timur.. Bisa jadi ini mengacu kepada gempa di China, Tsunami di Aceh.
  8. Gempa bumi di Barat. Bisa jadi ini akan terjadi di daerah Mexico, Argentina, Brazilia dan negara-negara Amerika Latin
  9. Gempa bumi di Semenanjung Arab.. Kemungkinan kasus longsor di Mesir sebagai pembukanya.
  10. Api besar yang akan menghalau manusia menuju ke Padang Mahsyar. Api itu akan bermula dari arah negeri Yaman. (Apa ini bahaya Nuklir?)
Mengikut pendapat Imam Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam kitab Fathul Bari beliau mengatakan: “Apa yang dapat dirajihkan (pendapat yang terpilih) dari himpunan hadis-hadis Rasulullah Saw. bahawa keluarnya Dajal adalah yang mendahului segala petanda-petanda besar yang mengakibatkan perubahan besar yang berlaku dipermukaan bumi ini. Keadaan itu akan disudahi dengan kematian Nabi Isa alaihissalam (setelah belian turun dari langit). Kemudian terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya adalah permulaan tanda-tanda qiamat yang besar yang akan merusakkan sistem alam cakrawala yang mana kejadian ini akan disudahi dengan terjadinya peristiwa qiamat yang dahsyat itu. Barangkali keluarnya binatang yang disebutkan itu adalah terjadi di hari yang matahari pada waktu itu terbit dari tempat tenggelamnya

Wallahu A'lam Bishawab

Sumbernya http://misteridunia.wordpress.com/2011/10/07/tanda-tanda-kiamat-menurut-islam/

Jin Dalam Pandangan Islam




Berinteraksi dengan Jin
Penulis: Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf

Jin memang diakui keberadaannya dalam syariat. Sayangnya, banyak masyarakat yang menyikapinya dengan dibumbui klenik mistis. Bahkan belakangan, tema jin dan alam ghaib menjadi salah satu komoditi yang menyesaki tayangan berbagai media.

Fenomena alam jin akhir-akhir ini menjadi topik yang ramai diperbincangkan dan hangat di bursa obrolan. Menggugah keinginan banyak orang untuk mengetahui lebih jauh dan menyingkap tabir rahasianya, terlebih ketika mereka banyak disuguhi tayangan-tayangan televisi yang sok berbau alam ghaib. Lebih parah lagi, pembahasan seputar itu tak lepas dari pemahaman mistik yang menyesatkan dan membahayakan aqidah. Padahal alam ghaib, jin, dan sebagainya merupakan perkara yang harus diimani keberadaannya dengan benar.

Membahas topik seputar jin sendiri sejatinya sangatlah panjang. Sampai-sampai guru kami Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu mengatakan: “Bila ada seseorang yang menulisnya, tentu akan keluar menjadi sebuah buku seperti Bulughul Maram atau Riyadhus Shalihin, dilihat dari sisi klasifikasinya, yang muslim dan yang kafir, penguasaan jin dan setan, serta godaan-godaannya terhadap Bani Adam.”

——————————————
RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————

Keagamaan Kaum Jin

Jin tak jauh berbeda dengan Bani Adam. Di antara mereka ada yang shalih dan ada pula yang rusak lagi jahat. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala menghikayatkan mereka:
وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُوْنَ وَمِنَّا دُوْنَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا

“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang shalih dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (Al-Jin: 11)

Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَنَّا مِنَّا الْمُسْلِمُوْنَ وَمِنَّا الْقَاسِطُوْنَ فَمَنْ أَسْلَمَ فَأُولَئِكَ تَحَرَّوْا رَشَدًا

“Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran.” (Al-Jin: 14)

Di antara mereka ada yang kafir, jahat dan perusak, ada yang bodoh, ada yang sunni, ada golongan Syi’ah, serta ada juga golongan sufi.

Diriwayatkan dari Al-A’masy, beliau berkata: “Jin pernah datang menemuiku, lalu kutanya: ‘Makanan apa yang kalian sukai?’ Dia menjawab: ‘Nasi.’ Maka kubawakan nasi untuknya, dan aku melihat sesuap nasi diangkat sedang aku tidak melihat siapa-siapa. Kemudian aku bertanya: ‘Adakah di tengah-tengah kalian para pengikut hawa nafsu seperti yang ada di tengah-tengah kami?’ Dia menjawab: ‘Ya.’

‘Bagaimana keadaan golongan Rafidhah yang ada di tengah kalian?” tanyaku. Dia menjawab: ‘Merekalah yang paling jelek di antara kami’.”

Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Aku perlihatkan sanad riwayat ini pada guru kami, Al-Hafizh Abul Hajjaj Al-Mizzi, dan beliau mengatakan: ‘Sanad riwayat ini shahih sampai Al-A’masy’.” (Tafsir Al-Qur`anul ’Azhim, 4/451)

——————————————
RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————

Mendakwahi Jin

Dakwah memiliki kedudukan yang sangat agung. Dakwah merupakan bagian dari kewajiban yang paling penting yang diemban kaum muslimin secara umum dan para ulama secara lebih khusus. Dakwah merupakan jalan para rasul, di mana mereka merupakan teladan dalam persoalan yang besar ini.

Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan para ulama untuk menerangkan kebenaran dengan dalilnya dan menyeru manusia kepadanya. Sehingga keterangan itu dapat mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan, dan mendorong mereka untuk melaksanakan urusan dunia dan agama sesuai dengan apa yang telah diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dakwah yang diemban Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dakwah yang universal, tidak terbatas kepada kaum tertentu tetapi untuk seluruh manusia. Bahkan kaum jin pun menjadi bagian dari sasaran dakwahnya.

Al-Qur`an telah mengabarkan kepada kita bahwa sekelompok kaum jin mendengarkan Al-Qur`an, sebagaimana tertera dalam surat Al-Ahqaf ayat 29-32. Kemudian Allah menyuruh Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memberitahukan yang demikian itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْ أُوْحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا

“Katakanlah (hai Muhammad): ‘Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan Al-Qur`an, lalu mereka berkata: ‘Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur`an yang menakjubkan’,” dan seterusnya. (Lihat Al-Qur`an surat Al-Jin: 1)

Tujuan dari itu semua adalah agar manusia mengetahui ihwal kaum jin, bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus kepada segenap manusia dan jin. Di dalamnya terdapat petunjuk bagi manusia dan jin serta apa yang wajib bagi mereka yakni beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya, dan hari akhir. Juga taat kepada Rasul-Nya dan larangan dari melakukan kesyirikan dengan jin.

Jika jin itu sebagai makhluk hidup, berakal dan dibebani perintah dan larangan, maka mereka akan mendapatkan pahala dan siksa. Bahkan karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun diutus kepada mereka, maka wajib atas seorang muslim untuk memberlakukan di tengah-tengah mereka seperti apa yang berlaku di tengah-tengah manusia berupa amar ma’ruf nahi mungkar dan berdakwah seperti yang telah disyariatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Juga seperti yang telah diserukan dan dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas mereka. Bila mereka menyakiti, maka hadapilah serangannya seperti saat membendung serangan manusia. (Idhahu Ad-Dilalah fi ‘Umumi Ar-Risalah, hal. 13 dan 16)

Mendakwahi kaum jin tidaklah mengharuskan seseorang untuk terjun menyelami seluk-beluk alam dan kehidupan mereka, serta bergaul langsung dengannya. Karena semua ini tidaklah diperintahkan. Sebab, lewat majelis-majelis ta’lim dan kegiatan dakwah lainnya yang dilakukan di tengah-tengah manusia berarti juga telah mendakwahi mereka.
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu berkata: “Bisa jadi ada sebagian orang mengira bahwa para jin itu tidak menghadiri majelis-majelis ilmu. Ini adalah sangkaan yang keliru. Padahal tidak ada yang dapat mencegah mereka untuk menghadirinya, kecuali di antaranya ada yang mengganggu dan ada setan-setan.
Maka kita katakan:
وَقُلْ رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ. وَأَعُوْذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُوْنِ

“Ya Rabbku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Rabbku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (Al-Mu`minun: 97-98) [lihat Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin]

——————————————
RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————

Adakah Rasul dari Kalangan Jin?

Para ulama berselisih pendapat tentang masalah ini, apakah dari kalangan jin ada rasul, ataukah rasul itu hanya dari kalangan manusia? Sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَامَعْشَرَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّوْنَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُوْنَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِيْنَ

“Wahai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini?” Mereka berkata: ‘Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri’. Kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.” (Al-An’am: 130)

Sebagian ulama berdalil dengan ayat ini untuk menyatakan bahwa ada rasul dari kalangan jin. Juga berdalilkan dengan sebuah atsar (riwayat) dari Adh-Dhahhak ibnu Muzahim. Beliau mengatakan bahwa ada rasul dari kalangan jin. Yang berpendapat seperti ini di antaranya adalah Muqatil dan Abu Sulaiman, namun keduanya tidak menyebutkan sandaran (dalil)-nya. (Zadul Masir, 3/125) Yang benar, wal ’ilmu ’indallah, tidak ada rasul dari kalangan jin. Dan pendapat inilah yang para salaf dan khalaf berada di atasnya. Adapun atsar yang datang dari Adh-Dhahhak, telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya (12/121). Namun di dalam sanadnya ada syaikh (guru) Ibnu Jarir yang bernama Ibnu Humaid yakni Muhammad bin Humaid Abu Abdillah Ar-Razi. Para ulama banyak membicarakannya, seperti Al-Imam Al-Bukhari telah berkata tentangnya: “Fihi nazhar (perlu ditinjau kembali, red.).” Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullahu berkata: “Dia, bersamaan dengan kedudukannya sebagai imam, adalah mungkarul hadits, pemilik riwayat yang aneh-aneh.” (Siyarul A’lam An-Nubala`, 11 / 530). Lebih lengkapnya silahkan pembaca merujuk kitab-kitab al-jarhu wa ta’dil.

Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Tidak ada rasul dari kalangan jin seperti yang telah dinyatakan Mujahid dan Ibnu Juraij serta yang lainnya dari para ulama salaf dan khalaf. Adapun berdalil dengan ayat –yakni Al-An’am: 130–, maka perlu diteliti ulang karena masih terdapatnya kemungkinan, bukan merupakan sesuatu yang sharih (jelas pendalilannya). Sehingga kalimat ‘dari golongan kamu sendiri’ maknanya adalah ‘dari salah satu golongan kamu’.” (Lihat Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 2/188)

——————————————
RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————

Menikah dengan Jin

Menikah adalah satu-satunya cara terbaik untuk mendapatkan keturunan. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyariatkannya untuk segenap hamba-hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَنْكِحُوا اْلأَيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan.”(An-Nuur: 32)

Kaum jin memiliki keturunan dan anak keturunannya beranak-pinak, sebagaimana manusia berketurunan dan anak keturunannya beranak-pinak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
أَفَتَتَّخِذُوْنَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ

“Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain-Ku, sedangkan mereka adalah musuh kalian?” (Al-Kahfi: 50)

Kalangan kaum jin itu ada yang berjenis laki-laki dan ada juga perempuan, sehingga untuk mendapatkan keturunan merekapun saling menikah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلاَ جَانٌّ

“Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.” (Ar-Rahman: 56)

Artha’ah Ibnul Mundzir rahimahullahu berkata: “Dhamrah ibnu Habib pernah ditanya: ‘Apakah jin akan masuk surga?’ Beliau menjawab: ‘Ya, dan mereka pun menikah. Untuk jin yang laki-laki akan mendapatkan jin yang perempuan, dan untuk manusia yang jenis laki-laki akan mendapatkan yang jenis perempuan’.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya, 4/288)

Termasuk kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap Bani Adam, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan untuk mereka suami-suami atau istri-istri dari jenis mereka sendiri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (Ar-Rum: 21)

Perkara ini, yakni pernikahan antara manusia dengan manusia adalah hal yang wajar, lumrah dan sesuai tabiat, karena adanya rasa cinta dan kasih sayang di tengah-tengah mereka. Persoalannya, mungkinkah terjadi pernikahan antara manusia dengan jin, atau sebaliknya jin dengan manusia?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Pernikahan antara manusia dengan jin memang ada dan dapat menghasilkan anak. Peristiwa ini sering terjadi dan populer. Para ulama pun telah menyebutkannya. Namun kebanyakan para ulama tidak menyukai pernikahan dengan jin.” (Idhahu Ad-Dilalah hal. 16) 1

Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi rahimahullahu mengatakan: “Para ulama telah berselisih pendapat tentang perkara ini sebagaimana dalam kitab Hayatul Hayawan karya Ad-Dimyari. Namun menurutku, hal itu diperbolehkan, yakni laki-laki yang muslim menikahi jin wanita yang muslimah. Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepada-nya…” (Ar-Rum: 21),

maka –maknanya– ini adalah anugrah yang terbesar di mana manusia yang jenis laki-laki menikah dengan manusia yang jenis perempuan, dan jin laki-laki dengan jin perempuan.

Tetapi jika seorang laki-laki dari kalangan manusia menikah dengan seorang perempuan dari kalangan jin, maka kita tidak memiliki alasan dari syariat yang dapat mencegahnya. Demikian juga sebaliknya. Hanya saja Al-Imam Malik rahimahullahu tidak menyukai bila seorang wanita terlihat dalam keadaan hamil, lalu dia ditanya: “Siapa suamimu?” Dia menjawab: “Suamiku dari jenis jin.”

Saya (Asy-Syaikh Muqbil) katakan: “Memungkinkan sekali fenomena yang seperti ini membuka peluang terjadinya perzinaan dan kenistaan.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)

——————————————
RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————

Meminta Bantuan Jin

Sangat rasional dan amatlah sesuai dengan fitrah bila yang lemah meminta bantuan kepada yang kuat, dan yang kekurangan meminta bantuan kepada yang serba kecukupan.

Manusia lebih mulia dan lebih tinggi kedudukannya daripada jin. Sehingga sangatlah jelek dan tercela bila manusia meminta bantuan kepada jin. Selain itu, bila ternyata yang dimintai bantuannya adalah setan, maka secara perlahan, setan itu akan menyuruh kepada kemaksiatan dan penyelisihan terhadap agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ اْلإِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًا

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin. Maka jin-jin itu menambah ketakutan bagi mereka.” (Al-Jin: 6)

Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: “Ada sekelompok orang dari kalangan manusia yang menyembah beberapa dari kalangan jin, lalu para jin itu masuk Islam. Sementara sekelompok manusia yang menyembahnya itu tidak mengetahui keislamannya, mereka tetap menyembahnya sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela mereka.” (Diambil dari Qa’idah ’Azhimah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah hal. 24)

Jin tidak mengetahui perkara yang ghaib dan tidak punya kekuatan untuk memberikan kemudharatan tidak pula mendatangkan kemanfaatan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلاَّ دَابَّةُ اْلأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُوْنَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِيْنِ

“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kematiannya itu kepada mereka kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.” (Saba`: 14)

Jin tidak memiliki kemampuan untuk menolak mudharat atau memindahkannya. Jin tidak bisa mentransfer penyakit dari tubuh manusia ke dalam tubuh binatang. Demikian pula manusia, tidak punya kemampuan untuk itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَا كَانَ لَهُ عَلَيْهِمْ مِنْ سُلْطَانٍ إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَنْ يُؤْمِنُ بِاْلآخِرَةِ مِمَّنْ هُوَ مِنْهَا فِي شَكٍّ وَرَبُّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَفِيْظٌ. قُلِ ادْعُوا الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُوْنِ اللهِ لاَ يَمْلِكُوْنَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَوَاتِ وَلاَ فِي اْلأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيْهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيْرٍ

“Dan tidak adalah kekuasaan Iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar Kami dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang ragu-ragu tentang itu. Dan Rabbmu Maha Memelihara segala sesuatu. Katakanlah: ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai sesembahan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi. Dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya’.” (Saba`: 21-22)

——————————————
RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————

Gangguan Jin

Secara umum, gangguan jin merupakan sesuatu yang tidak diragukan lagi keberadaannya, baik menurut pemberitaan Al-Qur`an, As-Sunnah, maupun ijma’. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Fushshilat: 36)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ عَرَضَ لِي فَشَدَّ عَلَيَّ لِيَقْطَعَ الصَّلاَةَ عَلَيَّ فَأَمْكَنَنِي اللهُ مِنْهُ فَذَعَتُّهُ وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أُوْثِقَهُ إِلَى سَارِيَةٍ حَتَّى تُصْبِحُوا فَتَنْظُرُوا إِلَيْهِ فَذَكَرْتُ قَوْلَ سُلَيْمَانَ عَلَيْهِ السَّلاَم: رَبِّ هَبْ لِي مُلْكًا لاَ يَنْبَغِي لأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي. فَرَدَّهُ اللهُ خَاسِيًا

“Sesungguhnya setan menampakkan diri di hadapanku untuk memutus shalatku. Namun Allah memberikan kekuasaan kepadaku untuk menghadapinya. Maka aku pun membiarkannya. Sebenarnya aku ingin mengikatnya di sebuah tiang hingga kalian dapat menontonnya. Tapi aku teringat perkataan saudaraku Sulaiman ‘alaihissalam: ‘Ya Rabbi anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki seorang pun sesudahku’. Maka Allah mengusirnya dalam keadaan hina.” (HR. Al-Bukhari no. 4808, Muslim no. 541 dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang mendirikan shalat, lalu didatangi setan. Beliau memegangnya dan mencekiknya. Beliau bersabda:
حَتَّى إِنِّي لأَجِدُ بَرْدَ لِسَانِهِ فِي يَدَيَّ

“Hingga tanganku dapat merasakan lidahnya yang dingin yang menjulur di antara dua jariku: ibu jari dan yang setelahnya.” (HR. Ahmad, 3/82-83 dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu)

Diriwayatkan dari ‘Utsman bin Abil ‘Ash radhiallahu ‘anhu, ia berkata:
يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ حَالَ بَيْنِي وَبَيْنَ صَلاَتِي وَقِرَاءَتِي يَلْبِسُهَا عَلَيَّ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلاَثًا. قَالَ: فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللهُ عَنِّي

“Wahai Rasulullah, setan telah menjadi penghalang antara diriku dan shalatku serta bacaanku.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Itulah setan yang bernama Khanzab. Jika engkau merasakannya, maka berlindunglah kepada Allah darinya dan meludahlah ke arah kiri tiga kali.” Aku pun melakukannya dan Allah telah mengusirnya dari sisiku. (HR. Muslim no. 2203 dari Abul ’Ala`)

Gangguan jin juga bisa berupa masuknya jin ke dalam tubuh manusia yang diistilahkan orang sekarang dengan kesurupan atau kerasukan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu berkata: “Keberadaan jin merupakan perkara yang benar menurut Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya serta kesepakatan salaful ummah dan para imamnya. Demikian pula masuknya jin ke dalam tubuh manusia adalah perkara yang benar dengan kesepakatan para imam Ahlus Sunnah wal Jamaah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبَا لاَ يَقُوْمُوْنَ إِلاَّ كَمَا يَقُوْمُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah: 275)

Dan dalam hadits yang shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِ

“Sesungguhnya setan itu berjalan di dalam diri anak Adam melalui aliran darah.”

Tidak ada imam kaum muslimin yang mengingkari masuknya jin ke dalam tubuh orang yang kesurupan. Siapa yang mengingkarinya dan menyatakan bahwa syariat telah mendustakannya, berarti dia telah mendustakan syariat itu sendiri. Tidak ada dalil-dalil syar’i yang menolaknya.” (Majmu’ul Fatawa, 24/276-277, diambil dari tulisan Asy-Syaikh Ibnu Baz, Idhahul Haq)

Ibnul Qayyim juga telah panjang lebar menerangkan masalah ini. (Lihat Zadul Ma’ad, 4/66-69)

——————————————
RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————

Golongan yang Mengingkari Masuknya Jin ke dalam Tubuh Manusia (Kesurupan)

a. Kaum orientalis, musuh-musuh Islam yang tidak percaya kecuali kepada hal-hal yang bisa diraba panca indra.

b. Para ahli filsafat dan antek-anteknya, mereka mengingkari keberadaan jin. Maka secara otomatis merekapun mengingkari merasuknya jin ke dalam tubuh manusia.

c. Kaum Mu’tazilah, mereka mengakui adanya jin tetapi menolak masuknya jin ke dalam tubuh manusia.

d. Prof. Dr. ‘Ali Ath-Thanthawi, guru besar Universitas Al-Azhar, Kairo. Ia mengingkari dan mendustakan terjadinya kesurupan karena jin dan menganggap hal itu hanyalah sesuatu yang direkayasa (lihat artikel Idhahul Haq fi Dukhulil Jinni Fil Insi, Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullahu)

e. Dr. Muhammad Irfan. Dalam surat kabar An-Nadwah tanggal 14/10/1407 H, menyatakan bahwa: “Masuknya jin ke dalam tubuh manusia dan bicaranya jin lewat lisan manusia adalah pemahaman ilmiah yang salah 100%.” (Idhahul Haq)

f. Persatuan Islam (PERSIS). Dalam Harian Pikiran Rakyat tanggal 5 September 2005, mengeluarkan beberapa pernyataan yang diwakili Dewan Hisbahnya, sebagai berikut: “Poin 7 …Tidak ada kesurupan jin, keyakinan dan pengobatan kesurupan jin adalah dusta dan syirik.”

Semua pengingkaran atas kemampuan masuknya jin ke dalam tubuh manusia adalah batil. Hanya terlahir dari sedikitnya ilmu akan perkara-perkara yang syar’i dan terhadap apa yang ditetapkan ahlul ilmi dari kalangan Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Abdullah bin Ahmad bin Hambal berkata: “Aku pernah berkata pada ayahku: ‘Sesungguhnya ada sekumpulan kaum yang berkata bahwa jin tidak dapat masuk ke tubuh manusia yang kerasukan.’ Maka ayahku berkata: ‘Wahai anakku, tidak benar. Mereka itu berdusta. Bahkan jin dapat berbicara lewat lidahnya’.” (Idhahu Ad-Dilalah, atau lihat Majmu’ul Fatawa, 19/10)

Berikut ini pernyataan para mufassir (ahli tafsir) berkenaan dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ الرِّبَا لاَ يَقُوْمُوْنَ إِلاَّ كَمَا يَقُوْمُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ

“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila.” (Al-Baqarah: 275)

 Al-Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari rahimahullahu mengatakan: “Yakniq bahwa orang-orang yang menjalankan praktek riba ketika di dunia, maka pada hari kiamat nanti akan bangkit dari dalam kuburnya seperti bangkitnya orang yang kesurupan setan yang dirusak akalnya di dunia. Orang itu seakan kerasukan setan sehingga menjadi seperti orang gila.” (Jami’ Al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur`an, 3/96)

 Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu menegaskan: “Ayat ini adalahq argumen yang mementahkan pendapat orang yang mengingkari adanya kesurupan jin dan menganggap yang terjadi hanyalah faktor proses alamiah dalam tubuh manusia serta bahwa setan sama sekali tidak dapat merasuki manusia.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an, 3/355)

 Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Yakni mereka tidak akanq bangkit dari kuburnya pada hari kiamat melainkan seperti bangkitnya orang yang kesurupan setan saat setan itu merasukinya.” (Tafsir Al-Qur`anul ‘Azhim, 1/359)

——————————————
RAHASIA ALAM JIN – MISTERI KEHIDUPAN JIN – HAKEKAT JIN MENURUT AGAMA ISLAM – MENGATASI GANGGUAN KESURUPAN JIN
——————————————

Penyebab Kesurupan

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu menjelaskan bahwa masuknya jin pada tubuh manusia bisa jadi karena dorongan syahwat, hawa nafsu dan rasa cinta kepada manusia, sebagaimana yang terjadi antara manusia satu sama lainnya. Terkadang -atau bahkan mayoritasnya- juga karena dendam dan kemarahan atas apa yang dilakukan sebagian manusia seperti buang air kecil, menuangkan air panas yang mengenai sebagian mereka, serta membunuh sebagian mereka meskipun manusia tidak mengetahuinya.

Kalangan jin juga banyak melakukan kedzaliman dan banyak pula yang bodoh, sehingga mereka melakukan pembalasan di luar batas. Masuknya jin ke tubuh manusia terkadang disebabkan keisengan sebagian mereka dan tindakan jahat yang dilakukannya. (Idhahu Ad-Dilalah Fi ‘Umumi Ar-Risalah, hal. 16)

Bagaimana kita menghindari gangguan-gangguan itu?

Ibnu Taimiyah rahimahullahu menjelaskan: “Adapun orang yang melawan permusuhan jin dengan cara yang adil sebagaimana Allah dan Rasul-Nya perintahkan, maka dia tidak mendzalimi jin. Bahkan ia taat kepada Allah dan Rasul-Nya dalam menolong orang yang terdzalimi, membantu orang yang kesusahan, dan menghilangkan musibah dari orang yang tertimpanya, dengan cara yang syar’i dan tidak mengandung syirik serta tidak mengandung kedzaliman terhadap makhluk. Yang seperti ini, jin tidak akan mengganggunya, mungkin karena jin tahu bahwa dia orang yang adil atau karena jin tidak mampu mengganggunya. Tapi bila jin itu dari kalangan yang sangat jahat, bisa jadi dia tetap mengganggunya, tetapi dia lemah. Untuk yang seperti ini, semestinya ia melindungi diri dengan membaca ayat Kursi, Al-Falaq, An-Nas (atau bacaan lain yang semakna, ed), shalat, berdoa, dan semacam itu yang bisa menguatkan iman dan menjauhkan dari dosa-dosa…” (Idhahu Ad-Dilalah, hal. 138)

Pembaca, demikian yang dapat kami paparkan di sini, mudah-mudahan dapat mewakili apa yang belum lengkap penjelasannya.

Wal’ilmu ’indallah.

1 Di antara ulama yang berpendapat terlarangnya hal itu adalah Asy-Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi rahimahullahu. Beliau mengatakan: “Saya tidak mengetahui dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adanya dalil yang menunjukkan bolehnya pernikahan antara manusia dan jin. Bahkan yang bisa dijadikan pendukung dari dzahir ayat adalah tidak bolehnya hal itu.” (Adhwa`ul Bayan, 3/321)

Badruddin Asy-Syibli dalam bukunya Akamul Mirjan mengemukakan bahwa sekelompok tabi’in membenci pernikahan jin dengan manusia. Di antara mereka adalah Al-Hasan, Qatadah, Az-Zuhri, Hajjaj bin Arthah, demikian pula sejumlah ulama Hanafiyah.

 sumbernya yaitu : http://www.asysyariah.com



My Blog List

Pages

Pages - Menu

Followers

Become our Fan

The Amazing of Islam
SEBELUM MEMBACA UCAPKANLAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, ALLAHUMMA SHALLI ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA'ALA ALI SAYYIDINA MUHAMMAD !!