Tuesday 17 March 2015

ADAB BERTAMU DALAM ISLAM


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Pernahkah Anda kedatangan orang, yang masuk ke rumah Anda tanpa permisi alias slonongboy..???
Tetangga saya pernah mengalami itu. Dan itu ternyata sangat tidak menyenangkan, apa lagi yang selonongboy itu adalah berlainan jenis dengan sang tuan rumah. Maka sebagai wawasan untuk saya, saya mencari diberbagai sumber di internet. Kebetulan saya tidak punya buku tentang etika bertamu. Dan saya dapatkan beberapa sumber yang bisa menambah wawasan saya tentang etika bertamu. Dan saya coba rangkum intisari dari beberapa sumber tersebut.
Tamu harus dihormati sebagaimana perintah Rasulullah . Menghormati tamu adalah tanda kesempurnaan iman (HR. Bukhari).

Sebaliknya, tamu juga harus tahu diri agar tidak menempatkan tuan rumah dalam posisi serba salah, sehingga tidak bisa menghormati tamu dengan baik.
Alquran ataupun hadis yang menekankan pentingnya saling mengenal dan mempererat tali persaudaraan. Seperti tertera dalam Alquran, Allah berfirman: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.” (Al Hujurat: 13)

Rasulullah bersabda: “Bila seseorang mengunjungi saudaranya, maka Allah berkata kepadanya: “Engkau dan perjalananmu itu adalah baik, dan engkau telah menyiapkan suatu tempat tinggal di al jannah (surga).” (Shahih Al Adabul Mufrad no. 345, dari shahabat Abu Hurairah )

Akan tetapi, walaupun bertamu amatlah mulia dan bernilai ibadah, namun ada etika yang harus diperhatikan, baik oleh tamu ataupun sang tuan rumah. Sebagai agama yang sempurna, Islam telah menetapkan ketentuan yang bisa menjadi acuan seorang Muslim saat bertamu kepada saudaranya.
Etika untuk bertamu

1.Beri’tikad Yang Baik

Di dalam bertamu hendaknya yang paling penting untuk diperhatikan adalah memiliki i’tikad dan niat yang baik. Bermula dari i’tikad dan niat yang baik ini akan mendorong kunjungan yang dilakukan itu senantiasa terwarnai dengan rasa kesejukan dan kelembutan kepada pihak yang dikunjungi.

2.Beritahu Lebih Dahulu

Di kota besar seperti Jakarta, di mana banyak penghuni rumah sibuk bekerja, sebaiknya beritahu dulu lewat telepon bila ingin bertamu. Bagi orang yang dikunjungi, ini jadi semacam pemberitahuan, dan dia akan merasa dihargai bila ditanya lebih dulu. Bisa saja pada waktu Anda datang, dia ada acara lain atau tidak mau diganggu tamu. Bagi Anda, akan mendapat kepastian, apakah si penghuni ada di rumah dan siap Anda kunjungi.

3.Tepat Waktu

Bila Anda berjanji datang jam sekian, usahakan tepat waktu. Ini akan memberi kesan yang baik kepada tuan rumah. Dan memudahkan tuan rumah mengatur waktu. Bisa saja ia punya kegiatan yang amat sangat padat, sehingga ketika menyetujui Anda datang pada waktu tertentu, hanya itu waktu yang ia punya untuk Anda.

4.Memilih Waktu Berkunjung

Hendaknya bagi orang yang ingin bertamu juga memperhatikan dengan cermat waktu yang tepat untuk bertamu. Karena waktu yang kurang tepat terkadang bisa menimbulkan perasaan yang kurang baik dari tuan rumah bahkan tetangganya.

5.Tidak Memberatkan Bagi Tuan Rumah

Hendaknya bagi seorang tamu berusaha untuk tidak membuat repot atau menyusahkan tuan rumah, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah: “Tidak halal bagi seorang muslim untuk tinggal di tempat saudaranya yang kemudian saudaranya itu terjatuh ke dalam perbuatan dosa. Para shahabat bertanya: “Bagaimana bisa dia menyebabkan saudaranya terjatuh ke dalam perbuatan dosa?” Beliau menjawab: “Dia tinggal di tempat saudaranya, padahal saudaranya tersebut tidak memiliki sesuatu yang bisa disuguhkan kepadanya.” (HR. Muslim)

6.Meminta Izin Kepada Tuan Rumah

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu selalu ingat.” (An Nur: 27)
“Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (An-Nur 27-28)

Rumah itu seperti penutup aurat bagi segala sesuatu yang ada di dalamnya sebagaimana pakaian itu sebagai penutup aurat bagi tubuh. Jika seorang tamu meminta izin kepada penghuni rumah terlebih dahulu, maka ada kesempatan bagi penghuni rumah untuk mempersiapkan kondisi di dalam rumahnya tersebut. Sehingga tidaklah dibenarkan ia melihat ke dalam rumah melalui suatu celah atau jendela untuk mengetahui ada atau tidaknya tuan rumah sebelum dipersilahkan masuk.
Bagaimana Tata Cara Meminta Izin?

a.Mengucapkan salam

Diperintahkan untuk mengucapkan salam terlebih dahulu, sebagaimana ayat di atas (An Nur: 27).
Pernah salah seorang shahabat beliau dari Bani ‘Amir meminta izin kepada Rasulullah yang ketika itu beliau sedang berada di rumahnya. Orang tersebut mengatakan: “Bolehkah saya masuk?” Maka Rasulullah pun memerintahkan pembantunya dengan sabdanya: “Keluarlah, ajari orang ini tata cara meminta izin, katakan kepadanya: Assalamu ‘alaikum, bolehklah saya masuk? Sabda Rasulullah tersebut didengar oleh orang tadi, maka dia mengatakan: “Akhirnya Nabi pun mempersilahkannya untuk masuk rumah beliau.” (HR. Abu Dawud)

b.Meminta izin sebanyak tiga kali
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia berkata, Abu Musa telah meminta izin tiga kali kepada Umar untuk memasuki rumahnya, tetapi tidak ada yang menjawab, lalu dia pergi, maka sahabat Umar menemuinya dan bertanya, “Mengapa kamu kembali?” Dia menjawab, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, Barangsiapa meminta izin tiga kali, lalu tidak ada jawaban, maka hendaklah kembali. (Shahih HR. Ahmad)

7.Tidak Menghadap Ke Arah Pintu Masuk, Namun Disisi Kanan atau Kirinya

Ketika tamu tiba di depan rumah, hendaknya tidak menghadap ke arah pintu. Tetapi hendaknya dia berdiri di sebelah pintu, baik di kanan maupun di sebelah kiri. Hal ini dicontohkan Rasululloh SAW.Dari Abdulloh bin Bisyer ia berkata,“Adalah Rasululloh SAW apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya ke depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan”Assalamu ‘alaikum … assalamu ‘alaikum …”(Shahih HR. Abu Dawud)

8.Mengenalkan Identitas Diri

Ketika Rasulullah menceritakan tentang kisah Isra’ Mi’raj, beliau bersabda (artinya) : “Kemudian Jibril naik ke langit dunia dan meminta izin untuk dibukakan pintu langit. Jibril ditanya: “Siapa anda?” Jibril menjawab: “Jibril.” Kemudian ditanya lagi: “Siapa yang bersama anda?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Kemudian Jibril naik ke langit kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya di setiap pintu langit, Jibril ditanya: “Siapa anda?” Jibril menjawab: “Jibril.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Saya datang kepada Rasulullah untuk membayar hutang ayahku. Lalu aku mengetuk pintu rumahnya. Lalu beliau bertanya, “Siapa itu?” Lalu aku menjawab, “Saya.” Nabi berkata, “Saya?… Saya? … seakan-akan beliau tidak menyukainya. (HR. Bukhari)

9.Dilarang Mengintai Ke Dalam Bilik

Jika kita hendak bertamu dan telah sampai di halaman rumah, tidak diizinkan mengintip melalui jendela atau bilik, walaupun tujuannya ingin mengetahui penghuninya ada atau tidak.
Dari Anas bin Malik, sesungguhnya ada seorang laki-laki mengintip sebagian kamar Nabi, lalu Nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar atau beberapa anak panah yang lebar, dan seakan-akan aku melihat beliau menanti peluang untuk menusuk orang itu. (HR. Bukhari)

10.Tidak Masuk Rumah Walaupun Terbuka Pintunya.

Dari ayat 27 An Nuur, sebagaimana telah ditulis di atas, kita baru boleh masuk rumah orang lain harus mendapatkan izin dari pemilik rumah.

11.Bila Diminta Pulang, Hendaknya Pulang

Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (lihat ayat diatas)

12.Menyebutkan Keperluannya

Di antara adab seorang tamu adalah menyebutkan urusan atau keperluan dia kepada tuan rumah. Supaya tuan rumah lebih perhatian dan menyiapkan diri ke arah tujuan kunjungan tersebut, serta dapat mem-pertimbangkan dengan waktu/ keperluannya sendiri. Hal ini sebagaimana Allah mengisahkan para malaikat yang bertamu kepada Ibrahim u di dalam Al Qur’an (artinya): “Ibrahim bertanya: Apakah urusanmu wahai para utusan?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa.” (Adz Dzariyat: 32)

13.Tidak Masuk Bila Yang Mengizinkan Wanita

Seorang tamu pria hendaknya tidak masuk rumah apabila yang mempersilahkan masuk adalah seorang wanita. Kecuali wanita tersebut telah diizinkan oleh suaminya atau mahromnya.
Amr berkata, Rasulullah melarang kami meminta izin untuk menemui wanita tanpa mendapat izin suaminya. (Shahih HR. Ahmad)
Dari Amr bin Al-Ash dia berkata, Sesungguhnya Rasulullah melarang kami masuk di rumah wanita yang tidak ada mahromnya. (Shahih HR. Ahmad)

14.Segera Kembali Setelah selesai Urusannya

Termasuk pula adab dalam bertamu adalah segera kembali bila keperluannya telah selesai, supaya tidak mengganggu tua rumah. Sebagaimana penerapan dari kandungan firman Allah Ta’ala: “…tetapi jika kalian diundang maka masuklah, dan bila telah selesai makan kembalilah tanpa memperbanyak percakapan,…” (Al Ahzab: 53)

15.Tidak Menceritakan Aibnya Kepada Orang Lain

Abu Hurairoh, dia berkata, Sesungguhnya Rasulullah bersabda, “Tahukah kamu apa ghibah itu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Lalu beliau bersabda, “Ghibah adalah engkau menyebutkan saudaramu (kepada orang lain) dengan sesuatu yang ia benci.” Lalu dikatakan kepadanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu bila aib yang kuceritakan itu memang benar?” Beliau menjawab, “Jika apa yang kamu ceritakan itu benar, berarti kemu meng-ghibah-nya. Jika tidak, berarti engkau berbuat dusta.” (HR. Muslim)

16.Mendo’akan Tuan Rumah

Hendaknya seorang tamu mendoakan atas jamuan yang diberikan oleh tuan rumah, lebih baik lagi berdo’a sesuai dengan do’a yang telah dituntunkan Nabi , yaitu : “Ya Allah…, berikanlah barakah untuk mereka pada apa yang telah Engkau berikan rizki kepada mereka, ampunilah mereka, dan rahmatilah mereka.” (HR. Muslim)

Wallahu ‘alam Bishawab

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Hukum Bersalaman Dengan ( Wanita / Pria ) Bukan Mahram



BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Gejala Ikhtilath (percampuran di antara kaum lelaki dengan wanita) semakin dianggap perkara biasa. Mereka saling bersentuhan kulit, bersalaman tangan, bertepuk-tampar, bersenda-gurau, sehingga ada yang berpelukan sesama sendiri tanpa timbul sebarang rasa bersalah. Lebih merisaukan apabila ada yang menganggap bahawa ia tidak termasuk kesalahan di sisi agama. Di antara sebab-sebab perkara ini terus berleluasa mungkin adalah kerana faktor lemahnya iman, budaya persekitaran yang penuh syubhat, terkesan dengan pelbagai adegan filem dan drama, dan ketidak-tahuan mereka terhadap dalil-dalil berkaitan yang menjelaskan persoalan tersebut secara jelas.

Di samping adanya beberapa fatwa meragukan dari tokoh-tokoh tertentu masakini yang mengharuskan bersalaman di antara lelaki dan wanita ajnabiyah (bukan mahram) dalam keadaan tertentu. Ini adalah sebagaimana yang diutarakan dan ditunjukkan antaranya oleh Dr. Yusuf al-Qaradhawi berpandukan beberapa tafsiran dan takwilan yang dikemukakannya. Apa pun, fatwa beliau tersebut wajar ditinggalkan dengan mendahulukan apa yang telah jelas dan bebas dari syubhat sebagaimana ditunjukkan oleh akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya sebagaimana dalil-dalil yang bakal dikemukakan.

Dalil pertama

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

لأن يطعن في رأس رجل بمخيط من حديد خير من أن يمس امرأة لا تحل له

“Sekiranya kepala salah seorang daripada kamu ditusuk dengan jarum besi, itu adalah lebih baik bagi kamu daripada kamu menyentuh wanita yang tidak halal bagi kamu.” (Hadis Riwayat ath-Thabrani. Dinilai sahih oleh al-Mundziri, al-Haitsami, dan al-Albani)

Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Pada hadis ini terdapat ancaman yang keras (tegas) kepada sesiapa sahaja yang menyentuh wanita ajnabiyah (yang bukan mahram). Padanya juga terdapat dalil atas haramnya bersalaman (mushofahah) dengan wanita. Sebab itu, tidak diragukan bahawa bersalaman itu mengandungi unsur bersentuhan. Pada masa ini, umat Islam banyak diuji dengan situasi ini, dan di antara mereka adalah dari kalangan ahli ilmu. Sekiranya mereka mengingkari perkara tersebut dengan hati mereka, tentu ada sedikit kemudahan untuk menasihati mereka. Tetapi sayangnya, mereka menghalalkan perkara tersebut dengan pelbagai cara (jalan) dan takwilan (penafsiran).” (Rujuk: al-Albani, as-Silsilah ash-Shahihah, 1/225)

Dalil Kedua

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنْ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

“Persoalan anak Adam berkaitan zina telah ditentukan. Tidak mustahil ia pasti melakukannya. Dua mata berzina dengan melihat, dua telinga berzina dengan mendengar, lidah berzina dengan berkata-kata, tangan berzina dengan menyentuh, kaki berzina dengan melangkah, hati berzina dengan angan-angan (kehendak), dan kemaluanlah yang akan membenarkan (merealisasikan) atau mendustakan semua itu.” (Sahih: Hadis Riwayat Muslim)

Kaedah pengambilan dalil dari hadis ini adalah berdasarkan sabda Rasulullah,

وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ

“... dan tangan berzina dengan menyentuh.” (Dari hadis di atas)

Dalam riwayat Ahmad disebutkan,

وَالْيَدُ زِنَاهَا اللَّمْسُ

“... dan tangan berzina dengan menyentuh.”

Dalam riwayat Ibnu Hibban juga disebutkan,

وَالْيَدُ زِنَاؤُهَا اللَّمْسُ

“... dan tangan berzina dengan menyentuh.”

Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Makna hadis di atas adalah bahawa setiap anak Adam itu mungkin ada yang ditakdirkan untuk melakukan perbuatan zina. Di antara mereka ada yang melakukan zina dengan sebenar-benarnya, iaitu dengan memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan wanita secara haram. Di antara mereka ada yang zinanya secara majaz (kiasan), iaitu dengan melihat perkara-perkara yang haram, atau dengan mendengar sesuatu yang mengajak kepada perzinaan dan usaha-usaha untuk melakukan kepada zina, atau dengan sentuhan tangan, atau menyentuh wanita ajnabiyah (yang bukan mahram) dengan tangannya, atau menciumnya. Atau dengan melangkah kaki menuju tempat perzinaan, melihat, menyentuh, atau berkata-kata dengan cara yang haram bersama dengan wanita ajnabiyah (yang bukan mahram), atau berangan-angan (imaginasi atau berniat) dengan hatinya. (an-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, 16/206)

Dalil ketiga

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak pernah bersalaman dengan wanita yang bukan mahram baginya walaupun dalam perlaksanaan proses bai’at. Secara umumnya tuntutan proses ini berlaku dengan cara bersalaman, iaitu apabila dilakukan di antara Nabi dengan para sahabat lelaki yang lain.

Umaimah Binti Ruqaiqah menyatakan,

أتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم في نساء لنبايعه، فأخذ علينا ما في القرآن: { أَنْ لا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا } الآية، وقال: "فيما استطعتن وأطقتن"، قلنا: الله ورسوله أرحم بنا من أنفسنا، قلنا: يا رسول الله، ألا تصافحنا؟ قال "إني لا أصافح النساء، إنما قولي لامرأة واحدة كقولي لمائة امرأة

“Aku pernah pergi menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersama beberapa orang wanita untuk melakukan bai’at (perjanjian taat setia) kepada beliau. Maka beliau pun membai’at kami dengan apa yang terdapat dalam al-Qur’an, iaitu kami tidak boleh mensyirikkan Allah dengan segala sesuatu. Lalu beliau bersabda, “Iaitu berkenaan dengan apa yang kamu mampu dan sanggupi.”

Maka kami pun berkata, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih menyayangi kami daripada diri kami sendiri.” Seterusnya kami bertanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah kita perlu bersalaman?”

Beliau menjawab, “Sesungguhnya aku tidak bersalaman dengan wanita. Ucapanku kepada seorang wanita bersamaan dengan untuk seratus orang wanita.” (Sahih: Hadis Riwayat Ahmad)

Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syanqithi rahimahullah berkata, “Bahawasanya telah tsabit daripada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam beliau bersabda, “Sesungguhnya aku tidak pernah bersalaman dengan kaum wanita.” Dan Allah telah berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu contoh tauladan yang baik.” Dengan itu, demi untuk mencontohi (mengikuti) beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, maka kita tidak bersalaman tangan dengan wanita ajnabiyah... dan sikap beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang tidak bersalaman tangan dengan wanita di ketika melakukan bai’ah adalah merupakan dalil yang sangat jelas bahawa seseorang lelaki tidak boleh bersalaman tangan dengan wanita yang bukan mahramnya dan tidak dibenarkan sama sekali dari anggota badannya menyentuhnya. Ini adalah kerana bentuk sentuhan yang paling ringan adalah dengan bersalaman. Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sendiri enggan untuk bersalaman dengan wanita ajnabiyah di ketika waktu-waktu yang sangat diperlukan untuk bersalaman iaitu di ketika waktu berbai’ah, maka ini menunjukkan bahawa bersalaman tangan dengan kaum wanita ajnabiyah adalah tidak dibenarkan. Sesiapa pun tidak wajar untuk menyelisihi beliau. Kerana beliau adalah yang menetapkan syari’at untuk umat beliau sama ada dengan ucapan, perbuatan, ataupun pembenaran (taqrir).” (al-Amin asy-Syanqitihi, Adhwa’ul Bayan fii Idhahal Qur’an bil Qur’an, 6/256)

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Perkataan (suara) wanita ajnabiyah boleh kita dengari apabila ada keperluan, dan suaranya tidak termasuk aurat (apabila tidak berlebih-lebihan – pent.). Menyentuh kulit wanita ajnabiyah tidak dibolehkan tanpa adanya alasan darurat seperti sebab perubatan, pendarahan, bekam, mencabut gigi, dan seumpamanya, di mana apabila tiada wanita yang boleh melakukannya. Maka pada ketika itu lelaki yang bukan mahram dibenarkan melakukannya atas faktor keterpaksaan tertentu.” (Imam an-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, 13/10)

Beliau juga berkata, “Disebabkan melihat wanita yang bukan mahram itu diharamkan (terdapat perintah menundukkan pandangan – pent.), sudah tentu menyentuh kulitnya lebih diharamkan lagi. Ini adalah kerana menyentuh lebih mudah membangkitkan syahwat.” (Imam an-Nawawi, Raudhatut Thalibin wa ‘Umdatul Muftiin, 7/27)

Demikianlah antara dalil-dalil utama dan penegasan para ulama ahlus Sunnah wal-jama’ah dalam persoalan hukum bersentuhan kulit (termasuk bersalaman) di antara lelaki dengan wanita bukan mahram yang disengajakan. Sama ada berlapik atau bersarung tangan, maka ia tetap terlarang. Tidak pernah pula dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Walau bagaimanapun, bersalaman atau bersentuhan di antara suami dengan isteri adalah dibenarkan walaupun dalam keadaan berwudhu’ dan tidak terbatal wudhu’ mereka. Semoga kita selaku umat Islam diberikan kemudahan untuk memahami persoalan ini dengan baik. Sekiranya bersalaman dan bersentuhan pun termasuk perkara yang terlarang, fikirkanlah yang melampau dari itu!

Wallahu ‘alam Bishawab

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Friday 13 March 2015

DISURGA TIDAK ADA NENEK-NENEK


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Diriwayatkan dari Al-Hasan rahimahllah, ia menceritakan bahwa ada seorang nenek-nenek menemui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, lalu berkata: “Wahai Rasulullah, doakan aku kepada Allah agar memasukkan aku ke dalam Surga.”

Maka Rasulullah bersabda: “Wahai Ummu Fulan, sesungguhnya surge itu tidak dimasuki oleh nenek-nenek tua.” Ia (Al-Hasan) berkata: “Maka nenek itu pergi dalam keadaan menangis.”
Lalu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “

Beritahukan kepada nenek itu, bahwa ia tidaklah masuk ke dalam surga dalam keadaan tua (nenek-nenek). Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al-Waqi’ah: 35- 37). (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dan dinyatakan SHOHIH dengan Syawahidnya (riwayat-riwayat penguat lainnya) oleh syaikh Al-Albani rahimahullah di dalam Silsilatu Al-Ahadits Ash-Shohihah no.2987).
ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Saturday 7 March 2015

Biodata : Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf



BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf adalah salah satu putra dari 16 bersaudara putra-putri Alm.
Al-Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf ( tokoh alim dan imam Masjid Jami’ Asegaf di Pasar Kliwon Solo), berawal dari pendidikan yang diberikan oleh guru besarnya yang sekaligus ayah handa tercinta, Habib Syech mendalami ajaran agama dan Ahlaq leluhurnya,
Berlanjut sambung pendidikan tersebut oleh paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaout.

Habib Syech juga mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam, Al-Arifbillah, Al-Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsyi (Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi). Berkat segala bimbingan, nasehat, serta kesabaranya, Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf menapaki hari untuk senantiasa melakukan syiar cinta Rosul yang diawali dari Kota Solo.

Waktu demi waktu berjalan mengiringi syiar cinta Rosulnya, tanpa disadari banyak umat yang tertarik dan mengikuti majelisnya, hingga saat ini telah ada ribuan jama’ah yang tergabung dalam Ahbabul Musthofa. Mereka mengikuti dan mendalami tetang pentingnya Cinta kepada Rosul SAW dalam kehidupan ini.
Ahbabul Musthofa, adalah salah satu dari beberapa majelis yang ada untuk mempermudah umat dalam memahami dan mentauladani Rosul SAW, berdiri sekitar Tahun 1998 di kota Solo, tepatnya Kampung Mertodranan, berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut Duror Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW.


Sampai sekarang, Habib Syech masih melantunkan syair-syair indah nan menggetarkan hati Sholawat Shimthud Durror di berbagai tempat, untuk di Jogja setiap malam Jumat Pahing di IAIN SUKA, Timoho.
Sholawat rutin :
setiap hari Rabu Malam dan Sabtu Malam Ba’da Isyak di Kediaman Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf .
Pengajian Rutin Selapanan Ahbabul Musthofa
– Purwodadi ( Malam Sabtu Kliwon ) di Masjid Agung Baitul Makmur Purwodadi.
– Kudus ( Malam Rabu Pahing ) di Halaman Masjid Agung Kudus.
– Jepara ( Malam Sabtu Legi ) di Halaman Masjid Agung Jepara .
– Sragen ( Malam Minggu Pahing ) di Masjid Assakinah, Puro Asri, Sragen.
– Jogja ( Malam Jum’at Pahing ) di Halaman PP. Minhajuttamyiz, Timoho, di belakang Kampus IAIN.
– Solo ( Malam Minggu Legi ) di Halaman Mesjid Agung Surakarta.

Jangan hanya main band meniru dan mengidolakan gaya orang-orang kafir, tapi Nabi sendiri tidak pernah ditiru dan dipuji puji! Sudah saatnya bersholawat, menjunjung, memuji dan meniru Nabi Muhammad SAW agar memperoleh syafaatnya dan beliau mengakui kita sebagai umatnya, karena percuma saja kita yg mengaku ngaku umatnya, tapi tidak pernah bersholawat.

Demikian Biodata singkat ini di buat.Mohon maaf apabila ada kesalahan.

Wallahu A'lam Bishawab

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Biodata : Habib Munzir bin Fuad Al Musawa


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Biografi : Habib Munzir bin Fuad Al Musawa.

Ayah saya bernama Fuad Abdurrahman Almusawa, yang lahir di Palembang, Sumatera selatan, dibesarkan di Makkah Al mukarramah, dan kemudian mengambil gelar sarjana di Newyork University, di bidang Jurnalistik, yang kemudian kembali ke Indonesia dan berkecimpung di bidang jurnalis, sebagai wartawan luar negeri, di harian Berita Yudha, yang kemudian di harian Berita Buana, beliau menjadi wartawan luar negeri selama kurang lebih empat puluh tahun, pada tahun 1996 beliau wafat dan dimakamkan di Cipanas cianjur jawa barat.”
Nama saya Munzir bin Fuad bin Abdurrahman Almusawa, saya dilahirkan di Cipanas Cianjur Jawa barat, pada hari jum’at 23 februari 1973, bertepatan 19 Muharram 1393 H.

Setelah saya menyelesaikan sekolah menengah atas, saya mulai mendalami Ilmu Syariah Islam di Ma’had Assaqafah Al Habib Abdurrahman Assegaf di Bukit Duri Jakarta Selatan, lalu mengambil kursus bhs.Arab di LPBA Assalafy Jakarta timur, lalu memperdalam lagi Ilmu Syariah Islamiyah di Ma’had Al Khairat, Bekasi Timur, kemudian saya meneruskan untuk lebih mendalami Syari’ah ke Ma’had Darul Musthafa, Tarim Hadhramaut Yaman, selama empat tahun, disana saya mendalami Ilmu Fiqh, Ilmu tafsir Al Qur’an, Ilmu hadits, Ilmu sejarah, Ilmu tauhid, Ilmu tasawuf, mahabbaturrasul saw, Ilmu dakwah, dan ilmu ilmu syariah lainnya.

saya adalah seorang anak yg sangat dimanja oleh ayah saya, ayah saya selalu memanjakan saya lebih dari anaknya yg lain, namun dimasa baligh, justru saya yg putus sekolah, semua kakak saya wisuda, ayah bunda saya bangga pada mereka, dan kecewa pada saya, karena saya malas sekolah, saya lebih senang hadir majelis maulid Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin Hud Alalttas, dan Majelis taklim kamis sore di empang bogor, masa itu yg mengajar adalah Al Marhum Al Allamah Alhabib Husein bin Abdullah bin Muhsin Alattas dg kajian Fathul Baari.

sisa hari hari saya adalah bershalawat 1000 siang 1000 malam, zikir beribu kali, dan puasa nabi daud as, dan shalat malam berjam jam, saya pengangguran, dan sangat membuat ayah bunda malu.
ayah saya 10 tahun belajar dan tinggal di Makkah, guru beliau adalah Almarhum Al Allamah Alhabib Alwi Al Malikiy, ayah dari Al Marhum Al Allamah Assayyid Muhammad bin Alwi Al Malikiy, ayah saya juga sekolah di Amerika serikat, dan mengambil gelar sarjana di New york university.

almarhum ayah sangat malu, beliau mumpuni dalam agama dan mumpuni dalam kesuksesan dunia, beliau berkata pada saya : kau ini mau jadi apa?, jika mau agama maka belajarlah dan tuntutlah ilmu sampai keluar negeri, jika ingin mendalami ilmu dunia maka tuntutlah sampai keluar negeri, namun saranku tuntutlah ilmu agama, aku sudah mendalami keduanya, dan aku tak menemukan keberuntungan apa apa dari kebanggaan orang yg sangat menyanjung negeri barat, walau aku sudah lulusan New York University, tetap aku tidak bisa sukses di dunia kecuali dg kelicikan, saling sikut dalam kerakusan jabatan, dan aku menghindari itu.
maka ayahanda almarhum hidup dalam kesederhanaan di cipanas, cianjur, Puncak. Jawa barat, beliau lebih senang menyendiri dari ibukota, membesarkan anak anaknya, mengajari anak2nya mengaji, ratib, dan shalat berjamaah.

namun saya sangat mengecewakan ayah bunda karena boleh dikatakan : dunia tidak akhiratpun tidak.
namun saya sangat mencintai Rasul saw, menangis merindukan Rasul saw, dan sering dikunjungi Rasul saw dalam mimpi, Rasul saw selalu menghibur saya jika saya sedih, suatu waktu saya mimpi bersimpuh dan memeluk lutut beliau saw, dan berkata wahai Rasulullah saw aku rindu padamu, jangan tinggalkan aku lagi, butakan mataku ini asal bisa jumpa dg mu.., ataukan matikan aku sekarang, aku tersiksa di dunia ini,,, Rasul saw menepuk bahu saya dan berkata :
munzir, tenanglah, sebelum usiamu mencapai 40 tahun kau sudah jumpa dgn ku..,
maka saya terbangun..

akhirnya karena ayah pensiun, maka ibunda membangun losmen kecil didepan rumah berupa 5 kamar saja, disewakan pada orang yg baik baik, untuk biaya nafkah, dan saya adalah pelayan losmen ibunda saya.
setiap malam saya jarang tidur, duduk termenung dikursi penerimaan tamu yg cuma meja kecil dan kursi kecil mirip pos satpam, sambil menanti tamu, sambil tafakkur, merenung, melamun, berdzikir, menangis dan shalat malam demikian malam malam saya lewati,
siang hari saya puasa nabi daud as, dan terus dilanda sakit asma yg parah, maka itu semakin membuat ayah bunda kecewa, berkata ibunda saya : kalau kata orang, jika banyak anak, mesti ada satu yg gagal, ibu tak mau percaya pada ucapan itu, tapi apakah ucapan itu kebenaran?.
saya terus menjadi pelayan di losmen itu, menerima tamu, memasang seprei, menyapu kamar, membersihkan toilet, membawakan makanan dan minuman pesanan tamu, berupa teh, kopi, air putih, atau nasi goreng buatan ibunda jika dipesan tamu.

sampai semua kakak saya lulus sarjana, saya kemudian tergugah untuk mondok, maka saya pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf di Bukit duri jakarta selatan, namun hanya dua bulan saja, saya tidak betah dan sakit sakitan karena asma terus kambuh, maka saya pulang.
ayah makin malu, bunda makin sedih, lalu saya prifat saja kursus bahasa arab di kursus bahasa arab assalafi, pimpinan Almarhum Hb Bagir Alattas, ayahanda dari hb Hud alattas yg kini sering hadir di majelis kita di almunawar.

saya harus pulang pergi jakarta cipanas yg saat itu ditempuh dalam 2-3 jam, dg ongkos sendiri, demikian setiap dua kali seminggu, ongkos itu ya dari losmen tsb.
saya selalu hadir maulid di almarhum Al Arif Billah Alhabib Umar bin Hud alattas yg saat itu di cipayung, jika tak ada ongkos maka saya numpang truk dan sering hujan hujanan pula.

sering saya datang ke maulid beliau malam jumat dalam keadaan basah kuyup, dan saya diusir oleh pembantu dirumah beliau, karena karpet tebal dan mahal itu sangat bersih, tak pantas saya yg kotor dan basah menginjaknya, saya terpaksa berdiri saja berteduh dibawah pohon sampai hujan berhenti dan tamu tamu berdatangan, maka saya duduk dil;uar teras saja karena baju basah dan takut dihardik sang penjaga.
saya sering pula ziarah ke luar batang, makam Al Habib husein bin Abubakar Alaydrus, suatu kali saya datang lupa membawa peci, karena datang langsung dari cipanas, maka saya berkata dalam hati, wahai Allah, aku datang sebagai tamu seorang wali Mu, tak beradab jika aku masuk ziarah tanpa peci, tapi uangku pas pasan, dan aku lapar, kalau aku beli peci maka aku tak makan dan ongkos pulangku kurang..,
maka saya memutuskan beli peci berwarna hijau, karena itu yg termurah saat itu di emperan penjual peci, saya membelinya dan masuk berziarah, sambil membaca yaasin utk dihadiahkan pada almarhum, saya menangisi kehidupan saya yg penuh ketidak tentuan, mengecewakan orang tua, dan selalu lari dari sanak kerabat, karena selalu dicemooh, mereka berkata : kakak2mu semua sukses, ayahmu lulusan makkah dan pula new york university, koq anaknya centeng losmen..
maka saya mulai menghindari kerabat, saat lebaranpun saya jarang berani datang, karena akan terus diteror dan dicemooh.

walhasil dalam tangis itu saya juga berkata dalam hati, wahai wali Allah, aku tamumu, aku membeli peci untuk beradab padamu, hamba yg shalih disisi Allah, pastilah kau dermawan dan memuliakan tamu, aku lapar dan tak cukup ongkos pulang..,
lalu dalam saya merenung, datanglah rombongan teman teman saya yg pesantren di Hb Umar bin Abdurrahman Assegaf dg satu mobil, mereka senang jumpa saya, sayapun ditraktir makan, saya langsung teringat ini berkah saya beradab di makam wali Allah..
lalu saya ditanya dg siapa dan mau kemana, saya katakan saya sendiri dan mau pulang ke kerabat ibu saya saja di pasar sawo, kb Nanas Jaksel, mereka berkata : ayo bareng saja, kita antar sampai kebon nanas, maka sayapun semakin bersyukur pada Allah, karena memang ongkos saya tak akan cukup jika pulang ke cipanas, saya sampai larut malam di kediaman bibi dari Ibu saya, di ps sawo kebon nanas, lalu esoknya saya diberi uang cukup untuk pulang, sayapun pulang ke cipanas..

tak lama saya berdoa, wahai Allah, pertemukan saya dg guru dari orang yg paling dicintai Rasul saw, maka tak lama saya masuk pesantren Al Habib Hamid Nagib bin Syeikh Abubakar di Bekasi timur, dan setiap saat mahal qiyam maulid saya menangis dan berdoa pada Allah untuk rindu pada Rasul saw, dan dipertemukan dg guru yg paling dicintai Rasul saw, dalam beberapa bulan saja datanglah Guru Mulia Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh ke pondok itu, kunjungan pertama beliau yaitu pd th 1994.

selepas beliau menyampaikan ceramah, beliau melirik saya dg tajam.., saya hanya menangis memandangi wajah sejuk itu.., lalu saat beliau sudah naik ke mobil bersama almarhum Alhabib Umar maula khela, maka Guru Mulia memanggil Hb Nagib Bin Syeikh Abubakar, Guru mulia berkata bahwa beliau ingin saya dikirim ke Tarim Hadramaut yaman untuk belajar dan menjadi murid beliau,

Guru saya hb Nagib bin syeikh abubakar mengatakan saya sangat belum siap, belum bisa bahasa arab, murid baru dan belum tahu apa apa, mungkin beliau salah pilih..?, maka guru mulia menunjuk saya, itu.. anak muda yg pakai peci hijau itu..!, itu yg saya inginkan.., maka Guru saya hb Nagib memanggil saya utk jumpa beliau, lalu guru mulia bertanya dari dalam mobil yg pintunya masih terbuka : siapa namamu?, dalam bahasa arab tentunya, saya tak bisa menjawab karena tak faham, maka guru saya hb Nagib menjawab : kau ditanya siapa namamu..!, maka saya jawab nama saya, lalu guru mulia tersenyum..

keesokan harinya saya jumpa lagi dg guru mulia di kediaman Almarhum Hb bagir Alattas, saat itu banyak para habaib dan ulama mengajukan anaknya dan muridnya untuk bisa menjadi murid guru mulia, maka guru mulia mengangguk angguk sambil kebingungan menghadapi serbuan mereka, lalu guru mulia melihat saya dikejauhan, lalu beliau berkata pada almarhum hb umar maula khela : itu.. anak itu.. jangan lupa dicatat.., ia yg pakai peci hijau itu..!,
guru mulia kembali ke Yaman, sayapun langsung ditegur guru saya hb Nagib bin syekh abubakar, seraya berkata : wahai munzir, kau harus siap siap dan bersungguh sungguh, kau sudah diminta berangkat, dan kau tak akan berangkat sebelum siap..

dua bulan kemudian datanglah Almarhum Alhabib Umar maula khela ke pesantren, dan menanyakan saya, alm hb umar maulakhela berkata pada hb nagib : mana itu munzir anaknya hb Fuad almusawa?, dia harus berangkat minggu ini, saya ditugasi untuk memberangkatkannya, maka hb nagib berkata saya belum siap, namun alm hb umar maulakhela dg tegas menjawab : saya tidak mau tahu, namanya sudah tercantum untuk harus berangkat, ini pernintaan AL Habib Umar bin Hafidh, ia harus berangkat dlm dua minggu ini bersama rombongan pertama..

saya persiapkan pasport dll, namun ayah saya keberatan, ia berkata : kau sakit sakitan, kalau kau ke Mekkah ayah tenang, karena banyak teman disana, namun ke hadramaut itu ayah tak ada kenalan, disana negeri tandus, bagaimana kalau kau sakit?, siapa yg menjaminmu..?,
saya pun datang mengadu pd Almarhum Al Arif billah Alhabib Umar bin hud Alattas, beliau sudah sangat sepuh, dan beliau berkata : katakan pada ayahmu, saya yg menjaminmu, berangkatlah..

saya katakan pada ayah saya, maka ayah saya diam, namun hatinya tetap berat untuk mengizinkan saya berangkat, saat saya mesti berangkat ke bandara, ayah saya tak mau melihat wajah saya, beliau buang muka dan hanya memberikan tangannya tanpa mau melihat wajah saya, saya kecewa namun saya dg berat tetap melangkah ke mobil travel yg akan saya naiki, namun saat saya akan naik, terasa ingin berpaling ke belakang, saya lihat nun jauh disana ayah saya berdiri dipagar rumah dg tangis melihat keberangkatan saya…, beliau melambaikan tangan tanda ridho, rupanya bukan beliau tidak ridho, tapi karena saya sangat disayanginya dan dimanjakannya, beliau berat berpisah dg saya, saya berangkat dg airmata sedih..
saya sampai di tarim hadramaut yaman dikediaman guru mulia, beliau mengabsen nama kami, ketika sampai ke nama saya dan beliau memandang saya dan tersenyum indah,
tak lama kemudian terjadi perang yaman utara dan yaman selatan, kami di yaman selatan, pasokan makanan berkurang, makanan sulit, listrik mati, kamipun harus berjalan kaki kemana mana menempuh jalan 3-4km untuk taklim karena biasanya dg mobil mobil milik guru mulia namun dimasa perang pasokan bensin sangat minim.

suatu hari saya dilirik oleh guru mulia dan berkata : Namamu Munzir.. (munzir = pemberi peringatan), saya mengangguk, lalu beliau berkata lagi : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak…!
maka saya tercenung.., dan terngiang ngiang ucapan beliau : kau akan memberi peringatan pada jamaahmu kelak…?, saya akan punya jamaah?, saya miskin begini bahkan untuk mencuci bajupun tak punya uang untuk beli sabun cuci..

saya mau mencucikan baju teman saya dg upah agar saya kebagian sabun cucinya, malah saya dihardik : cucianmu tidak bersih…!, orang lain saja yg mencuci baju ini..
maka saya terpaksa mencuci dari air bekas mengalirnya bekas mereka mencuci, air sabun cuci yg mengalir itulah yg saya pakai mencuci baju saya
hari demi hari guru mulia makin sibuk, maka saya mulai berkhidmat pada beliau, dan lebih memilih membantu segala permasalahan santri, makanan mereka, minuman, tempat menginap dan segala masalah rumah tangga santri, saya tinggalkan pelajaran demi bakti pada guru mulia membantu beliau, dengan itu saya lebih sering jumpa beliau.

2 tahun di yaman ayah saya sakit, dan telepon, beliau berkata : kapan kau pulang wahai anakku..?, aku rindu..?
saya jawab : dua tahun lagi insya Allah ayah..
ayah menjawab dg sedih ditelepon.. duh.. masih lama sekali.., telepon ditutup, 3 hari kemudian ayah saya wafat..

saya menangis sedih, sungguh kalau saya tahu bahwa saat saya pamitan itu adalah terakhir kali jumpa dg beliau.. dan beliau buang muka saat saya mencium tangan beliau, namun beliau rupanya masih mengikuti saya, keluar dari kamar, keluar dari rumah, dan berdiri di pintu pagar halaman rumah sambil melambaikan tangan sambil mengalirkan airmata.., duhai,, kalau saya tahu itulah terakhir kali saya melihat beliau,., rahimahullah..[/i]
tak lama saya kembali ke indonesia, tepatnya pada 1998, mulai dakwah sendiri di cipanas, namun kurang berkembang, maka say mulai dakwah di jakarta, saya tinggal dan menginap berpindah pindah dari rumah kerumah murid sekaligus teman saya, majelis malam selasa saat itu masih berpindah pindah dari rumah kerumah, mereka murid2 yg lebih tua dari saya, dan mereka kebanyakan dari kalangan awam, maka walau saya sudah duduk untuk mengajar, mereka belum datang, saya menanti, setibanya mereka yg cuma belasan saja, mereka berkata : nyantai dulu ya bib, ngerokok dulu ya, ngopi dulu ya, saya terpaksa menanti sampai mereka puas, baru mulai maulid dhiya’ullami.., jamaah makin banyak, mulai tak cukup dirumah rumah, maka pindah pindah dari musholla ke musholla,. jamaah makin banyak, maka tak cukup pula musholla, mulai berpindah pindah dari masjid ke masjid,
lalu saya membuka majelis dihari lainnya, dan malam selasa mulai ditetapkan di masjid almunawar, saat itu baru seperempat masjid saja, saya berkata : jamaah akan semakin banyak, nanti akan setengah masjid ini, lalu akan memenuhi masjid ini, lalu akan sampai keluar masjid insya Allah.. jamaah mengaminkan..
mulailah dibutuhkan kop surat, untuk undangan dlsb, maka majelis belum diberi nama, dan saya merasa majelis dan dakwah tak butuh nama, mereka sarankan majelis hb munzir saja, saya menolak, ya sudah, majelis rasulullah saw saja,

kini jamaah Majelis Rasulullah sudah jutaan, di Jabodetabek, jawa barat, banten, jawa tengah, jawa timur, bali, mataram, kalimantan, sulawesi, papua, singapura, malaysia, bahkan sampai ke Jepang, dan salah satunya kemarin hadir di majelis haul badr kita di monas, yaitu Profesor dari Jepang yg menjadi dosen disana, dia datang keindonesia dan mempelajari bidang sosial, namun kedatangannya juga karena sangat ingin jumpa dg saya, karena ia pengunjung setia web ini, khususnya yg versi english..
sungguh agung anugerah Allah swt pada orang yg mencintai Rasulullah saw, yg merindukan Rasulullah saw…
itulah awal mula hamba pendosa ini sampai majelis ini demikian besar, usia saya kini 38 tahun jika dg perhitungan hijriah, dan 37 th jika dg perhitungan masehi, saya lahir pd Jumat pagi 19 Muharram 1393 H, atau 23 februari 1973 M.

perjanjian Jumpa dg Rasul saw adalah sblm usia saya tepat 40 tahun, kini sudah 1432 H,
mungkin sblm sempurna 19 Muharram 1433 H saya sudah jumpa dg Rasul saw, namun apakah Allah swt akan menambah usia pendosa ini..?
Wallahu a’lam
Adapun guru-guru beliau antara lain:
-Habib Umar bin Hud Al-Athas (cipayung)
-Habib Aqil bin Ahmad Alaydarus
-Habib Umar bin Abdurahman Assegaf -Habib Hud Bagir Al-Athas
-Al Ustadz Al-Habib Nagib bin Syeikh Abu Bakar (Pesantren Al-Khairat)
-Al Imam Al Allamah Al Arifbillah Al Hafidh Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim (Rubath Darul Mustafa,Hadramaut)
juga sering hadir di majelisnya Al-Allamah Al-Arifbillah Al-Habib Salim Asy-Syatiri (Rubath Tarim).
Dan yang paling berpengaruh didalam membentuk kepribadian beliau adalah Guru mulia Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim.
Salah satu sanad Guru beliau adalah:
Al-Habib Munzir bin fuad Al-Musawa berguru kepada Guru Mulia Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Musnid Al-Arifbillah Sayyidi Syarif Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidh bin Syeikh Abu Bakar bin Salim,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdulqadir bin Ahmad Assegaf,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdullah Assyatiri,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (simtuddurar),
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Abdurrahman Al-Masyhur (shohibulfatawa),
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdullah bin Husen bin Thohir,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Umar bin Seggaf Assegaf,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Hamid bin Umar Ba’alawiy,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Habib Al-Hafizh Ahmad bin Zein Al-Habsyi,
Dan beliau berguru kepada Al-Imam Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad (shohiburratib),
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Husein bin Abubakar bin Salim,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Abubakar bin Salim (fakhrulwujud),
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Ahmad bin Abdurrahman Syahabuddin,
Dan beliau berguru kepada Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdurrahman bin Ali (Ainulmukasyifiin),
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Ali bin Abubakar (assakran),
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abubakar bin Abdurrahman Assegaf,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Hafizh Al-Habib Abdurrahman Assegaf,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Muhammad Mauladdawilah,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Musnid Al-Habib Ali bin Alwi Al-ghayur,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Hafizh Al-Imam faqihilmuqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawiy,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali bin Muhammad Shahib Marbath,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Muhammad Shahib Marbath bin Ali,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali Khali’ Qasam bin Alwi,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Alwi bin Muhammad,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Muhammad bin Alwi,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Alwi bin Ubaidillah,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa Arrumiy,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Isa Arrumiy bin Muhammad Annaqib,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Muhammad Annaqib bin Ali Al-Uraidhiy,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali Al-Uraidhiy bin Ja’far Asshadiq,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ja’far Asshadiq bin Muhammad Al-Baqir,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Allamah Al-Imam Ali Zainal Abidin Assajjad,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Imam Husein ra,
Dan beliau berguru kepada ayahnya Al-Imam Ali bin Abi Thalib ra,
Dan beliau berguru kepada Semulia-mulia Guru, Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW, maka sebaik-baik bimbingan guru adalah bimbingan Rasulullah SAW.

Sanad guru beliau sampai kepada Rasulullah SAW, begitu pula nasabnya.
Silsilah/nasab habib munzir :
Munzir bin Fuad bin Abdurrahman bin Ali bin Abdurrahman bin Ali bin Aqil bin Ahmad bin Abdurrahman bin Umar bin Abdurrahman bin Sulaiman bin Yaasin bin Ahmad Almusawa bin Muhammad Muqallaf bin Ahmad bin Abubakar Assakran bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi Alghayur bin Muhammad Faqihil Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khali’ Qasim bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Almuhajir bin Isa Arrumiy bin Muhammad Annaqibm Ali Al Uraidhiy bin Jakfar Asshadiq bin Muhammad Albaqir bin ALi Zainal Abidin bin Husein Dari Sayyidatina Fathimah Azahra Putri Rasul saw.
Demikian biografi singkat ini di buat.Mohon maaf apabila ada kesalahan.

Wallahu A'lam Bishawab

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Biodata : Al-Alamah al-Habib Umar al-Hafiz dari Yaman


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



Biodata : Al-Alamah al-Habib Umar al-Hafiz dari Yaman

keturunan Rasulullah SAW yang ke-39 Nasab Beliau Adalah.
Al-Imam Al-’Arifbillah Al-Musnid Al-Hafidz Al-Mufassir Al-Habib Umar bin Muhammad bin Hafidz. Beliau adalah Al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari Hafidz putera dari Abdallah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidrous putera dari Al-Hussain putera dari Al-Syaikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari ‘Abdallah putera dari ‘Abdarrahman putera dari ‘Abdallah putera dari Al-Syaikh ‘Abdarrahman Assaqof putera dari Muhammad Maula Al-Daweela putera dari ‘Ali putera dari ‘Alawi putera dari Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari Muhammad Sahib Al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera dari Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari Al-Imam Al-Muhajir Ilallah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera dari ‘Ali Al-‘Uraidi putera dari Ja’far Asshadiq putera dari Muhammad Al-Baqir putera dari ‘Ali Zainal ‘Abidin putera dari Hussain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali putera dari Abu Talib dan Fatimah Azzahra puteri dari Rasul Muhammad SAW.


Beliau terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Syaikh Abu Bakr bin Salim. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidup mereka demi penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam.

Beliau secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya Amin Ya Rabbal Alamin. Demikian pula kedua kakek beliau, Al-Habib Salim bin Hafiz dan Al-Habib Hafiz bin Abdallah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya. Allah seakan menyiapkan kondisi-kondisi yang sesuai bagi al-Habib ‘Umar dalam hal hubungannya dengan para intelektual muslim disekitarnya serta kemuliaan yang muncul dari keluarganya sendiri dan dari lingkungan serta masyarakat dimana ia dibesarkan.


Beliau telah mampu menghafal Al Qur’an pada usia yang sangat muda dan ia juga menghafal berbagai teks inti dalam fiqh, hadith, Bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang dipegang teguh oleh begitu banyaknya ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan Syaikh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim yang terkenal itu. Maka beliau pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, Al-Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta dan perhatiannya yang mendalam pada da’wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah s.w.t. Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan dhikr.



Namun secara tragis, ketika Al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh golongan komunis, dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung jawab untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-akan syal sang ayah menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum beliau mati syahid. Sejak itu, dengan sang bendera dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-orang, membentuk Majelis-majelis dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid setempat dimana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.

Ia sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga ia telah diberikan sesuatu yang khusus dari Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan akhirnya diputuskan beliau dikirim ke kota Al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara yang menjadikannya jauh dari jangkauan mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda.


Disana dimulai babak penting baru dalam perkembangan beliau. Masuk sekolah Ribat di Al-Bayda’ ia mulai belajar ilmu-ilmu tradisional dibawah bimbingan ahli dari yang Mulia Al-Habib Muhammad bin ‘Abdullah Al-Haddar, semoga Allah mengampuninya, dan juga dibawah bimbingan ulama madzhab Shafi‘i Al-Habib Zain bin Smith, semoga Allah melindunginya. Janji beliau terpenuhi ketika akhirnya ia ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Ia juga terus melanjutkan perjuangannya yang melelahkan dalam bidang Da‘wah.


Kali ini tempatnya adalah Al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa disekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul SAW pada hati mereka seluruhnya. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang dibimbing, usaha beliau yang demikian gigih mulai menunjukkan hasil yang besar, mereka tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan, mereka bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan sorban dan mulai memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Rasul SAW.



Sejak saat itu, sekelompok besar orang-orang yang telah mengikuti beliau mulai berkumpul mengelilingi beliau dan membantunya dalam perjuangan da‘wah maupun keteguhan beliau dalam mengajar di berbagai kota besar maupun kecil di Yaman Utara. Pada masa ini beliau mulai mengunjungi kota-kota maupun masyarakat diseluruh Yaman, mulai dari kota Ta’iz di utara, beliaupun belajar ilmu dari mufti Ta‘iz Al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya yang mulai menunjukkan pada beliau perhatian dan cinta yang besar sebagaimana ia mendapatkan perlakuan yang sama dari Syaikh Al-Habib Muhammad Al-Haddar, sehingga ia memberikan puterinya untuk dinikahi setelah menyaksikan bahwa dalam diri beliau terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung.


Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk mengunjungi makam Rasul SAW di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan untuk mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal disana, terutama dari Al-Maghfurlah Al-Qutub Al-Habib ‘Abdul Qadir bin Ahmad Assaqaf yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan Rasul-Nya SAWW dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia sehingga beliau dicintai oleh Al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula beliau diberkahi untuk menerima ilmu dan bimbingan dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni Al-Habib Ahmed Mashur Al-Haddad dan Al-Habib ‘Attas Al-Habsyi.


Sejak itulah nama Al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikarenakan kegigihan usaha beliau dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopuleran dan ketenaran yang besar ini tidak sedikitpun mengurangi usaha pengajaran beliau, bahkan sebaliknya, beliau mendapatkan sumber tambahan dimana tujuan-tujuan mulia dapat dipertahankan. Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah SWT dan Rasul SAW dalam berbagai situasi dan lokasi yang berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang berada didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilaku beliau yang paling terlihat jelas sehingga membuat nama beliau tersebar luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.

Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika kembali ke Hadramaut, Yaman. Disana ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat Al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti kongkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran di masa depan.




Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang ia habiskan untuk belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang disekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang benar serta melarang yang salah. Dar-Al-Mustafa menjadi hadiah beliau bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah dunia diserukan. Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan menyaksikan berkumpulnya para murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota yang hampir terlupakan ketika masih dikuasai para pembangkang komunis. Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh Habib Umar bin Hafiz. Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen Al-Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku mulia.


Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim Yaman, dimana beliau mengawasi perkembangan di Dar al-Mustafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun dibawah manajemen beliau. Beliau masih memegang peran aktif dalam penyebaran agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga beliau meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-kegiatan mulianya

Demikian biografi singkat ini di buat.Mohon maaf apabila ada kesalahan.

Wallahu A'lam Bishawab

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Kisah Wali Allah ( Gus Miek )


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


KISAH WALI ALLAH DI JAWA ( Gus Miek )

Gus Miek Bertemu KH. Mubasyir Mundzir
KH. Munbasyir Mundzir adalah orang nomor satu yang berdiri di belakang Gus Miek. Ia tokoh yang tak pernah meragukan kebenaran langkah Gus Miek, membela Gus Miek ketika orang tua Gus Miek sendiri masih meragukannya, dan selalu mendukung perjuangan Gus Miek apa pun bentuknya. Di samping itu, ia juga tokoh yang menjadi saksi hidup Jam’iyah Lailiyah dan Dzikrul Ghofilin.

Suatu ketika, KH. Djazuli yang telah mengenal KH. Mundzir sebagai seorang yang alim dan luas pandangannya serta termasyhur sebagai seorang wali yang memiliki kemampuan melihat tanda-tanda kelahiran wali kemudian bertanya kepada KH. Mundzir: “Kiai, bagaimana dengan anak saya itu?”
“Yang mana, Kiai?” KH. Mundzir balik bertanya.
“Amiek itu lho, Kiai,” jawab KH. Djazuli.
“Oh itu, biarkan. Barkan saja dia. Tinggi, tinggi derajatnya nanti,” KH. Mundzir menjawab dengan serius.

Di luar pengajiannya, Gus Miek bersama KH. Mubasyir Mundzir aktif di Bandar untuk membantu perjuangan Wahidiyah milik KH. Abdul Madjid. Ketiga kiai ini saat itu terkenal sebagai trio auliya Kediri yang sangat akrab dan saling membantu satu sama lain. Mereka sering mengadakan pertemuan untuk membahas berbagai permasalahan umat. Ketika KH. Abdul Madjid mendapatkan penentangan yang luar biasa dari KH. Mahrus Ali, KH. Mundzir dan Gus Miek selalu membela dan mendukung perjuangannya. Dalam setiap acara pertemuan, baik yang hanya terdiri dari beberapa orang maupun ratusan orang, Gus Miek selalu mendapatkan bagian memimpin doa, sementara yang lain mengamini.

Seiring dengan berjalannya waktu, KH. Mubasyir Mundzir dan Gus Miek merasa bahwa perjuangan KH. Abdul Madjid dengan Wahidiyahnya telah bisa berjalan tanpa bantuan dan dukungan keduanya lagi. Keduanya merasa bahwa sudah waktunya untuk menentukan wilayah perjuangan masing-masing. Dalam perbincangannya dengan Gus Miek, akhirnya KH. Mubasyir Mundzir berniat mendirikan pondok pesantren sendiri di Bandar Kediri, sementara Gus Miek masih mencari tempat dan waktu yang cocok untuk memulai.
Di samping alasan di atas, hal yang paling mendasar yang menjadi alasan pecahnya trio wali dalam tataran wilayah perjuangan itu disebabkan munculnya ketidaksepahaman antara kubu KH. Abdul Madjid dengan kubu KH. Mubasyir Mundzir dan Gus Miek.

Perlu dicatat bahwa ketidaksepahaman ini hanya sebatas pada “metode perjuangan dan sasaran perjuangan” dan tidak sampai pada permusuhan pribadi. Hal ini terlihat dari hubungan di antara kedua kubu itu masih tetap terjalin di mana KH. Abdul Madjid masih sering menghadiri kegiatan yang diadakan Gus Miek. Sementara KH. Mubasyir Mundzir dengan Gus Miek telah sedemikian mesra seperti kakak dan adik.
Amar dan Katsir Siroj pernah menemani Gus Miek ke Setonogedong. Keduanya duduk-duduk di serambi masjid, sedang Gus Miek berada di rumah mertunaya. Tiba-tiba KH. Mubasyr Mundzir datang menemui keduanya.

“Ini anak ploso ya? Masya Allah, Gus Miek itu jadzab seumur hidup. Gus MIek, kalau menyuruh tidak shalat, kamu tetap shalat. Itu nanti yang akan dihisab. Gus Miek itu kalau menjalankan shalat, justru tidak sah sebab Gus Miek gila kepada Allah. Kamu kalau diajak ke tempat orang nakal, jangan ikut menjadi nakal. Sebab Gus Miek di tempat orang nakal itu yang terlihat hanya Allah,” kata KH. Mubasyir Mundzir.
Amar dan Katsir Siroj hanya terdiam. KH. Mubsyir Mundzir pun kemudian berlalu. Tidak lama kemudian, amar hanya tersenyum-senyum karena ia yang paling sering diajak ke tempat orang nakal. Berbeda dengan Katsir Siroj yang belum pernah diajak ke tempat seperti itu


Wallahu A'lam Bishawab

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Friday 6 March 2015

Cara Rasulullah SAW Menolak Pendapat Para Sahabat


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Cara Rasulullah SAW Menolak Pendapat Para Sahabat


Dikisahkan Pada Suatu Waktu Dalam forum musyawarah tersebut, Rasulullah bertanya kepada para sahabat ihwal ide menarik yang bisa disampaikan, terkait dengan 70 tawanan.

Sahabat Umar bin Khattab langsung lantang mengajukan usulnya. Seperti kita tahu, sahabat Umar dikenal sebagai mantan preman kafir yang telah beriman namun jiwa premannya masih lekat. Maka tanpa ragu, ia pun mengusulkan agar seluruh tawanan dibunuh saja, biar musuh jera.

Nabi dalam hal ini tentu tidak sepakat dengan ide sahabat Umar bin Khattab. Meski demikian, beliau mampu menyikapinya dengan cara yang indah. Kepada Umar, Rasulullah mengatakan bahwa ide itu sangat bagus, mirip dengan karakter Nabi Nuh yang keras.

Setelah itu Nabi kembali meminta usul dari sahabat lain, “Ada pendapat lain?”
Setelah Rasulullah membuka kesempatan bagi sahabat lain untuk menyampaikan ide, giliran sahabat Abu Bakar yang memberanikan diri bersuara. Dalam usulnya, sahabat Abu Bakar menyarankan untuk membebaskan para tawanan, sebagai strategi agar musuh menduga umat Muslim telah kuat sehingga tidak perlu menahan tawanan.

“Pembebasan tersebut dengan syarat, yang kaya harus membayar denda sejumlah empat dinar. Tapi bagi tawanan yang miskin, ditugaskan mengajari anak-anak membaca. Kalau sudah pada pintar, maka baru mereka dibebaskan,” kata sahabat Abu Bakar.

Dari pendapat-pendapat tersebut, Rasulullah lebih sepakat dengan usulan kedua, yakni membebaskan seluruh tawanan dengan syarat. Seperti saat menanggapi usul pertama, maka ketika menanggapi usulan kedua pun Rasulullah menisbahkannya dengan karakter Nabi Ibrahim.

“Ini juga usul yang bagus. Jadi yang pertama mirip dengan Nabi Nuh, dan yang kedua ini mirip dengan Nabi Ibrahim. Hanya, saya lebih memilih yang kedua ini,” ujar Nabi.

Beginilah Cara Rasulullah SAW Menolak Pendapat Para Sahabat Dengan Cara Halus
Kemuliaan Dan Akhlak Beliau Sungguhlah Amat Mulia.

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Thursday 5 March 2015

Rahasia Sholawat Menggapai Ma'rifat


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Rahasia Sholawat Menggapai Ma'rifat

Fatwa Al-Allamah sayyid Abdurrohman bin Musthofa Al-Idrus.
Al-Allamah sayyid Abdurrohman bin musthofa Al-Idrus ( tinggal di mesir ), menyatakan (dalam penjelasan Beliau tentang sholawatnya sayyid Al Qutub,Assyech Ahmad Al-Badawi.RA
Komentar ini di tulis dalam kitab yang berjudul ”Miraatu Al-Syumus fi manaqibi Aali Al-Idrus “):

Bahwa di akhir zaman nanti, ketika sudah tidak di temukan seorang murobbi (Mursyid) yang memenuhi syarat, tidak ada satu pun amalan yang bisa mengantarkan seseorang wushul (ma’rifat) kepada Allah kecuali bacaan Sholawat kepada Nabi SAW, baik dalam keadaan tidur maupun terjaga.

Kemudian setiap amalan itu mungkin di terima dan mungkin juga di tolak kecuali bacaan sholawat kepada Nabi SAW yang pasti di terima, karena memuliakan kepada Nabi SAW.
Sayyid Abdur Rohman meriwayatkan keterangan tersebut berdasarkan kesepakatan ulama’. Ketahuilah sesungguhnya para ulama’ telah sepakat atas diwajibkannya
membaca “Sholawat dan Salam” untuk Baginda Nabi SAW. Kemudian mereka berselisih pendapat mengenai “kapan” kewajiban itu harus dilaksanakan?.

Menurut Imam Malik, cukup sekali dalam seumur. Menurut Asy-Syafi’i, wajib dibaca pada tasyahud akhir dalam sholat fardhu. Menurut ulama’ lainnya, wajib dibaca satu kali dalam setiap majlis. Ada juga ulama’ yang berpendapat, wajib dibaca setiap kali mendengar nama nabi disebut. Dan ada juga yang mengatakan wajib untuk memperbanyak sholawat, tanpa di batasi bilangan tertentu.

Secara umum, membaca sholawat kepada nabi, merupakan hal yang agung dan keutamaannya pun sangat banyak. Membaca sholawat, merupakan bentuk ibadah, yang paling utama dan paling besar pahalanya.
Sampai-sampai sebagian kaum “arifin”, mengatakan :
“sungguhnya sholawat itu, bisa mengantarkan pengamalnya untuk ma’rifat kepada Allah, meskipun tanpa guru spiritual ( mursyid )” .

Karena guru dan sanadnya, langsung melalui Nabi.
Ingat ! setiap sholawat yang dibaca seseorang selalu diperlihatkan kepada beliau dan beliau membalasnya dengan do’a yang serupa ( artinya nabi tahu siapa saja yang membaca sholawat kepada beliau dan nabi menjawab sholawat dengan do’a yang serupa kepada pembacanya tadi ).

Hal ini berbeda dengan dzikir-dzikir ( selain sholawat ) yang harus melalui bimbingan guru spiritual/mursyid, yang sudah mencapai maqom ma’rifat. Jika tidak demikian, maka akan dimasuki syaithon, dan pengamalnya tidak akan mendapat manfaat apapun”.
( Hasyisyah Ash-Showi ‘la Al-Jalalain, Hal :287,Juz III, )

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Syair Sholawat Nabi Muhammad SAW

Asalamualaikum Wr Wb
bismilahirahmanirrahim

Syair Sholawat Nabi Muhammad SAW


Allah Ya Nabi Salam ’Alaika

Ya Rasul Salam ’Alaika
Ya Habib Salam 'Alaika
Sholawatullah ’Alaika

Asyroqol Badru ’Alaina

Fakhtafat Minhul Buduruu
Mitsla Husnik Maa Ro’aina
Khottu Ya Wajha Sururii

Allah Ya Nabi Salam ’Alaika

Ya Rasul Salam ’Alaika
Ya Habib Salam ’Alaika
Sholawatullah ’Alaika

Anta Syamsun Anta Badrun

Anta Nuurun Fauqo Nuuri
Anta Iksiru Wagholi…
Anta Misbahus Shuduri

Allah Ya Nabi Salam ’Alaika

Ya Rasul Salam ’Alaika
Ya Habib Salam ’Alaika
Sholawatullah ’Alaika

Ya Habibi Ya Muhammad

Ya ’Arusal Khofiqoini
Ya Muayyad Ya Mumajaad
Ya Imamal Qiblataini

Allah Ya Nabi Salam ’Alaika

Ya Rasul Salam ’Alaika
Ya Habib Salam ’Alaika
Sholawatullah ’Alaika


ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Wednesday 4 March 2015

Rasulullah SAW Melarang Pria Kencing Berdiri



BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Asalamualaikum Wr Wb

Pria Kencing Berdiri

Rasulullah SAW Melarang Pria Kencing Berdiri


Inilah Sebabnya Rasulullah SAW Melarang Pria Kencing Berdiri

Hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ”anha, di mana beliau berkata:

“Siapa yang bilang bahwa Rasulullah SAW kencing sambil berdiri, jangan dibenarkan. Beliau tidak pernah kencing sambil berdiri.”

Dari Aisyah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW tidak pernah kencing sambil berdiri semenjak diturunkan kepadanya Al-Quran.

Secara medis kencing berdiri adalah penyebab utama penyakit kencing batu pada semua penderita penyakit tersebut dan merupakan salah satu penyebab penyakit lemah syahwat bagi sebagian pria.

Secara agama, kebanyakan orang yang biasanya kencing berdiri kemudian mereka akan mendirikan shalat, ketika akan ruku’ atau sujud maka terasa ada sesuatu yang keluar dari kemaluannya, itulah sisa air kencing yang tidak habis terpencar ketika kencing sambil berdiri, apabila hal ini terjadi maka shalat yang dikerjakannya tidak sah karena air kencing adalah najis dan salah satu syarat sahnya shalat adalah suci dari hadats kecil maupun hadats besar.

Umumnya kita memandang ringan terhadap cara dan tempat buang air, mungkin karena pertimbangan waktu atau situasi dan kondisi yang mengharuskan (terpaksa) untuk kencing berdiri tanpa menyangka keburukannya dari sisi sunnah dan kesehatan. Orang dulu mempunyai budaya melarang anak kencing berdiri sehingga kita sering mendengar pepatah “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari”, karena memang terdapat efek negatif dari kencing berdiri.

Kebiasaan orang kencing berdiri akan mudah lemah bathin, karena sisa-sisa air dalam pundit-pundi yang tidak habis terpancar menjadikan kelenjar otot-otot dan urat halus sekitar zakar menjadi lembek dan kendur. Berbeda dengan buang air jongkok, dalam keadaan bertinggung tulang paha di kiri dan kanan merenggangkan himpitan buah zakar. Ini memudahkan air kencing mudah mengalir habis dan memudahkan untuk menekan pangkal buah zakar sambil berdehem-dehem. Dengan cara ini, air kencing akan keluar hingga habis, malahan dengan cara ini kekuatan sekitar otot zakar terpelihara.

Ketika buang air kencing berdiri ada rasa tidak puas, karena masih ada sisa air dalam kantong dan telur zakar di bawah batang zakar. Ia berkemungkinan besar menyebabkan kencing batu. Kenyataan membuktikan bahwa batu karang yang berada dalam ginjal atau kantong seni dan telur zakar adalah disebabkan oleh sisa-sisa air kencing yang tak habis terpencar. Endapan demi endapan akhirnya mengkristal/mengeras seperti batu karang.

Jika anda biasa meneliti sisa air kencing yang tak dibersihkan dalam kamar mandi, anda bayangkan betapa keras kerak-keraknya. Bagaimana jika itu ada di kantong kemaluan Anda?? Hal ini juga merupakan salah satu yang menyebabkan penyakit lemah syahwat pada pria selain dari penyebab kencing batu.

Sesungguhnya banyak siksa kubur dikarenakan kencing maka bersihkanlah dirimu dari (percikan dan bekas) kencing. (HR. Al Bazzaar dan Ath-Thahawi)

Hadis riwayat Ibnu Abbas ra., ia berkata:

Rasulullah saw. pernah melewati dua buah kuburan, lalu beliau bersabda: Ingat, sesungguhnya dua mayit ini sedang disiksa, namun bukan karena dosa besar. Yang satu disiksa karena ia dahulu suka mengadu domba, sedang yang lainnya disiksa karena tidak membersihkan dirinya dari air kencingnya. Kemudian beliau meminta pelepah daun kurma dan dipotongnya menjadi dua. Setelah itu beliau menancapkan salah satunya pada sebuah kuburan dan yang satunya lagi pada kuburan yang lain seraya bersabda: Semoga pelepah itu dapat meringankan siksanya, selama belum kering. (Shahih Muslim No.439)

Berikut ini beberapa bahaya kencing berdiri:

Saat kita jongkok sempurna seperti saat buang air besar, kandung kemih kita akan tertekan dan semua air seni kita akan keluar dari tubuh tanpa bersisa & usahakan batuk-batuk kecil agar lebih tertekan lagi kandung kemih kita dan tidak bersisa lagi air seni kita.
Saat kita buang air seni dengan jongkok biasanya di ikuti kita buang gas (membuang sisa metabolisme lagi dan jarang sekali terjadi saat buang air seni dengan berdiri).
Saat kita buang air seni dengan berdiri kandung kemih kita tidak tertekan sehingga air seni masih tertinggal sebagian dalam tubuh, bayangkan kotoran tubuh (sisa metabolisme) yang seharusnya keluar tubuh ada dalam tubuh kita dan itu sudah berlangsung lama sesuai umur kita pasti akan menimbulkan berbagai macam penyakit .
Ketika kita selesai buang air seni dengan berdiri lalu kita melakukan aktivitas yang menekan kandung kemih (duduk, jongkok) air seni yang tersisa dalam kandung kemih akan keluar sendiri tanpa kita sadari jadi kita sudah terkena najis tanpa kita sadari, so gimana ibadah kita (sholat misalnya).

Demikian hikmahnya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam melarang kencing berdiri. Dan bagi muslim yang shalat, kadang setelah keluar dari WC dan mau shalat, ketika ruku’ dalam shalat kita merasa ada sesuatu yang keluar dari kemaluan, itu adalah sisa air kencing yang tidak habis terpencar akibat dari kencing berdiri yang tidak tuntas keluar, hal ini menyebabkan shalat tidak sah karena salah satu sarat sahnya shalat adalah bersih dan suci dari najis baik hadats kecil maupun hadats besar, dan air kencing merupakan najis. [Berbagai Sumber]

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Sunday 1 March 2015

AKHLAK RASULULLAH SAW


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

ASALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH



MENELADANI AKHLAK RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memiliki akhlak mulia seperti, sifat pemaaf, penyayang, penyabar, tawadhu, jujur dan sebagainya. Beliau juga sangat menganjurkan agar kaum muslimin berakhlak mulia, seperti sabdanya
  
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Artinya : “Bertakwalah kepada Allah dimanapun
engkau berada, dan ikutilah setiap kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya, dan pergaulilah masyarakat dengan akhlak yang baik.” (H.R. At-Turmudzi).

Banyak sekali riwayat hadits maupun atsar Sahabat yang menceritakan tentang kemuliaan akhlak Rasulullah. Bahkan Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha ketika ditanya oleh sahabat Hisyam bin Amir Radhiyallahu ‘Anhu tentang bagaimana akhlak Rasulullah, maka ‘Aisyah berkata: “Bukankah engkau sering membaca Al-Qur’an?”, beliau menjawab: “Ya”, ‘Aisyah berkata: “Akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an”. (H.R. Muslim).

Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah ketika menjelaskan tentang hadits ini, beliau menyatakan bahwa Nabi Muhammad memadukan takwa kepada Allah dan sifat-sifat luhur. Takwa kepada Allah dapat memperbaiki hubungan antara seorang hamba dan Tuhannya, sedangkan akhlak mulia dapat memperbaiki hubungannya dengan sesama makhluk Allah Ta’ala.
Jadi, takwa kepada Allah akan melahirkan cinta seseorang kepada-Nya dan akhlak mulia dapat menarik cinta manusia kepadanya.
Maka perlu bagi setiap muslim yang ingin memiliki akhlak luhur seperti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, untuk mengetahui beberapa akhlak beliau ketika bermuamalah bersama para sahabatnya.

Pemaaf


Semasa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Abu Bakar As-Siddiq melakukan hijrah ke Madinah, kaum Musyrikin segera menawarkan 100 ekor unta kepada siapa yang dapat membunuh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Suraqahbin Malik bin Jus’ham yang mendengar kabar tersebut segera mencari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Suraqah segera mengejar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dari belakang, akan tetapi kudanya tersungkur dua kali dan terjerembab ke tanah. Namun, untuk kali ketiga ia tersungkur, kudanya terjerumus ke dalam pasir, ia kembali terjerembab.

Ketika ingin mengeluarkan kudanya daripada pasir, keluarnya asap berkepul-kepul bagaikan ribut pasir. Suraqah meminta tolong kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan baginda memberikan satu dokumen yang tertulis di atas sebuah tulang (riwayat lainnya mengatakan di atas sehelai kertas atau serpihan terbikar). Ia adalah sebagai tanda antara dirinya dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Apabila berlaku peristiwa pembukaan kota Mekah, Suraqah segera menemui baginda di sebuah tempat di antara Mekah dan Taif. Sahabat baginda segera menolaknya namun baginda membenarkan Suraqah mendekati baginda. Dari kisah tersebut tergambar jelas bahwa tatkala Suraqah ingin membunuh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Ia bersama kudanya malah terjerembab ke tanah hingga beberapa kali. Kemudian setelah itu, ia memohon kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam supaya menolongnya. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam akhirnya menolong Suraqah serta memaafkan kelakuan Suraqah yang hendak membunuh beliau.

Subhanallah, sungguh mulia akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ketika beliau ingin dicelakai sekalipun, beliau malah menolongnya. Pada saat beliau dimusuhi, beliau malah memaafkannya.

Penyayang

Imam Al-Bukhari meriwayatkan banyak hadits yang mengisahkan tentang sifat kasih sayang yang dimiliki oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan juga menjelaskan sabda-sabda Rasul yang berhubungan dengan perkara ini.
Di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh ibunda kaum Muslimin,
Aisyah yang mengisahkan tentang seorang Arab Badui bernama Al-Aqra bin Habis radhiyallahu ‘anhu, yang datang berkunjung ke Madinah. Ia amat heran melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mencium cucu-cucu beliau dan anak-anak para sahabatnya. Ia berkata“Sesungguhnya saya mempunyai sepuluh orang anak, tetapi, tak seorang pun dari mereka yang pernah saya cium”. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya, “Apakah Allah telah mencabut sifat kasihs ayang dari hatimu?”. (H.R. Bukhari).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak ingin para sahabat memiliki perasaan yang kaku dan keras. Menyayangi anak-anak adalah teladan yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, agar para pengikutnya berhati lembut dan penyayang. Namun, tidak selamanya kasih sayang menimbulkan keramahan, keceriaan, senang dan bahagia. Orang dengan perasaan yang lembut seperti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga menemukan bahwa kasih sayang seringkali berupa air mata dan kesedihan. Hal tersebut tentu tidak mengurangi keagungan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memiliki keluhuran akhlak yang tiada dimiliki oleh orang lain. Beliau begitu bijaksana dalam mengajarkan kepada umatnya bagaimana cara menyayangi orang yang lebih muda dari kita, sekalipun itu adalah anak kecil. Berkaitan dengan sifat kasih sayang, Allah Ta’ala telah menegaskan dalam beberapa ayatnya di antaranya firman-Nya  : وَإِنَّ رَحۡمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ۬ مِّنَ ٱلۡمُحۡسِنِين
Artinya : “…Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-A’raf [7] : 56).

Meski Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah manusia pilihan yang selalu dijaga gerak dan langkahnya oleh sang Khalik. Namun Allah tetap memerintahkan Nabi-Nya untuk tetap tawadhu dan menyebarkan kasih sayang. Allah Ta’ala berfirman: وَٱخۡفِضۡ جَنَاحَكَ لِلۡمُؤۡمِنِينَ Artinya : Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (Q.S. Al-Hijr [15] : 88).

Ada kisah menarik lainnya, diriwayatkan bahwa suatu ketika salah seorang sahabat terlambat datang ke Majelis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam . Karena terlambat, sehingga sahabat ini tidak mendapatkan tempat duduk, kemudian ia minta izin untuk mendapat tempat, akan tetapi para sahabat yang lain tak mau memberinya tempat. Di tengah kebingungannya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memanggilnya untuk duduk di dekatnya. Tidak berhenti sampai di situ, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melipat sorbannya kemudian diberikan kepada sahabat tersebut untuk dijadikan tampat duduk. Jadilah sahabat tersebut berlinangan air mata menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi mencium sorban Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam .
Lihatlah bagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menghargainya sampai-sampai sahabatnya menangis karena terharu.

Jika kita perhatikan, maka akan sangat jelas bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memiliki jiwa kepedulian terhadap manusia, beliau tidak memandang status sosial seseorang, apakah dia orang kaya atau bahkan jika orang tersebut dari kalangan dhu’afa sekalipun. Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury mencantumkan didalam kitab sejarahnya Ar Rahiq Al-Mahtum beliau menceritakan bahwa seorang muslimah tengah berbelanja di pasar bani Qainuqa’. Orang-orang Yahudi memintanya agar ia menyingkapkan jilbabnya. Tentu saja wanita itu menolaknya, maka salah seorang di antara mereka mengikatkan ujung jilbab muslimah tersebut tanpa sepengetahuannya. Sehingga tatkala wanita itu berdiri, tersingkaplah auratnya diiringi gelak tawa bani Qainuqa’. Wanita tersebut berteriak, kemudian salah seorang sahabat datang dan langsung membunuh pelakunya. Tetapi akhirnya sahabat tersebut dikeroyok dan dibunuh kaum yahudi. Ketika kabar tersebut didengar oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka beliau segera mengumpulkan pasukan untuk menyerang serta mengepung benteng bani Qainuqa’. Hingga pada akhirnya kaum Yahudi menyerah dan siap mendapatkan hukuman. Saat seperti inilah Abdullah bin Salul (gembong Munafik) memberikan saran terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk membunuh mereka semua. Namun dengan kemuliaan akhlak dan keluhuran budi pekerti beliau, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menolak usulan tersebut. Kaum Yahudi hanya diusir dari kota Madinah.

Penyabar


Di dalam hadits disebutkan : -عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ : لاَ تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ

Artinya : Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa seorang lelaki berkata kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi Wasallam: “Nasihatilah aku”, Nabi bersabda : “Jangan engkau marah –beliau mengulanginya beberapa kali- jangan marah”. (HR. Al-Bukhari)

Ibnu Utsaimin rahimahullah menjelaskan di dalam kitabnya Syarh Arba’in An Nawawiyyah li ibni Utsaimin tentang makna hadits ini ketika seorang laki-laki meminta wasiat terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, wasiat adalah sebuah pesan yang disampaikan kepada seseorang tentang perkara penting. Lelaki tersebut meminta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam agar beliau memberikan wasiat kepadanya. Maka berliau bersabda, “Janganlah engkau marah.” Nabi tidak menyampaikan wasiat untuk bertakwa, yang dengan wasiat inilah Allah berwasiat kepada umat ini dan dengan wasiat ini pula, Dia berwasiat kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kita. Beliau menyampaikan agar jangan marah. Yang dimaksud bukanlah melarang dari marah, itu merupakan salah satu tabiat manusia. Akan tetapi yang dimaksudkan adalah agar dapat menguasai dirimu ketika marah, di mana ia tidak melampiaskan apa yang dituntut oleh kemarahan ini, karena kemarahan adalah bara api yang dilemparkan oleh setan ke dalam lubuk hati anak adam. Karena itu, engkau dapatkan orang yang sedang marah, matanya memerah, urat-uratnya keluar. Bisa jadi, perasaannya menjadi hilang dengan sebab kemarahan itu, sehingga terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan. Bisa jadi akhirnya ia menyesal dengan penyesalan yang mendalam terhadap apa yang terjadi dengan sebab kemarahan itu. Karena itu, nabi berwasiat kepadanya dengan wasiat ini, yaitu wasiat kepadanya dan orang-orang yang keadaannya serupa dengannya.

Tawadhu

Di dalam kitab Ar Rahiq Al Mahtum dikisahkan bahwa suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah didatangi utusan Quraisy, Uthbah bin Rabi’ah. Utusan tersebut berkata kepada Rasulullah, “Wahai keponakanku, engkau datang membawa agama baru, apa yang sebetulnya engkau kehendaki? Jika yang kau kehendaki adalah harta, maka akan kami kumpulkan seluruh kekayaan kami, jika kau inginkan kemuliaan maka akan kami muliakan engkau, jika ada sesuatu penyakit yang dideritamu, maka akan kami carikan obat untukmu, jika kau menginginkan kekuasaan, biar kami jadikan engkau penguasa di kota kami”. Setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mendengar ucapan orang musyrik ini, tidak sedikitpun beliau membantah atau memotong pembicaraannya. Ketika Uthbah telah menghentikan ucapannya, dengan nada lembut Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bertanya, “Sudah selesaikah engkau, wahai Abul Walid?” “Sudah.” kata Uthbah. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam membaca surat Fushilat, ketika sampai pada ayat sajdah, maka beliau bersujud. Sementara itu Uthbah hanya duduk mendengarkan Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Nabi sampai menyelesaikan bacaan dan sujudnya. Jika kita renungi, bagaimana metode Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyimak perkataan yang diuraikan Uthbah bin Rabi’ah maka kita akan menemukan bahwa beliau memiliki jiwa yang bersih serta akhlak yang begitu indah, bahkan tarhadap lawannya sekalipun Rasulullah masih menunjukan sikap santun beliau.

Jujur

Di dalam hadits disebutkan : عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلىَ البِرِّ وَإِنَّ البرَّ يَهْدِيْ إِلىَ الجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتىَّ يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِيْقاً وَإِيَّاكُمْ وَالكَذِبَ فَإِنَّ الكَذِبَ يَهِدِى إِلىَ الفُجُوْرِ وَإِنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِي إِلىَ النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيتَحَرَّى الكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كذاباً

Artinya : Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah :“Kalian harus jujur karena sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada jannah. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur sehingga ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada keburukan dan keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk berdusta sehingga ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta.” (H.R. Muslim).

Sifat mulia Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lainnya, dikisahkan bahwa beliau tidak pernah berbohong. Bahkan, ketika beliau masih menjualkan barang dagangan Khadijah, beliau senantiasa menyebutkan dengan jujur modal yang beliau gunakan untuk barang dagangannya kepada pembeli yang akan memberikan lebih atau tidak pada barang yang dibelinya, sehingga pada saat itu beliau dikenal sebagai pedagang atau pebisnis yang jujur. Di era modern seperti saat ini, mungkin tidak banyak ditemukan pedagang yang jujur seperti Rasulullah.Karena kejujuran beliau, sehingga beliau sangat dikenal baik dalam buku sejarah Eropa maupun umat islam itu sendiri sebagai satu-satunya manusia yang memiliki gelar “Al Amiin”.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallampernah bersabda: إنما بعثت لاتم مكارم الأخلاق
Artinya : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.
(H.R. Al-Baihaqi dan Al-Hakim).

Benar saja, apa yang beliau sabdakan telah beliau aplikasikan sehingga menjadi suri tauladan yang baik bagi umatnya sebagaimana firman Allah Ta’ala, لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ۬ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأَخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرً۬ا
Artinya : “Sesungguhnya telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah itu tauladan yang baik, yaitu bagi orang yang senantiasa mengharapkan (keridhaan) Allah dan (balasan baik) hari akhirat dan banyak berdzikir kepada Allah.” (Q.S. Al-Ahzab [33] : 21).

Sebagai seorang muslim, sudah seyogyanya bagi kita untuk meniru akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sehingga kita bisa merasakan hidup indah bersama ahlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Allah Ta’ala berfirman: وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ۬ Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar mempunyai akhlak yang agung.” (Q.S. Al-Qalam [68] : 4).

Sungguh, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah manusia paling mulia, manusia pilihan Allah Ta’ala yang tidak akan pernah kita temukan dalam sejarah kehidupan manusia. Ini adalah sebuah keuntungan bagi kita sebagai umat manusia, karena memiliki banyak kesamaan antara Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan kita. Beliau bukanlah malaikat, manusia tidak akan bisa meneladanijika beliau berasal dari kalangan malaikat. Beliau hanyalah seorang manusia biasa, sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk menolak ajaran yang beliau bawa.
Allah Ta’ala berfirman: قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۟ بَشَرٌ۬ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَـٰهُكُمۡ إِلَـٰهٌ۬ وَٲحِدٌ۬‌ۖ Artinya : “Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa…“. (Q.S. Al-Kahfi [18] : 110).

Semoga kita semua mejadi pribadi yang memiliki akhlak mulia sebagaimana yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam teladankan. Aamiin


ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

My Blog List

Pages

Pages - Menu

Followers

Become our Fan

The Amazing of Islam
SEBELUM MEMBACA UCAPKANLAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, ALLAHUMMA SHALLI ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA'ALA ALI SAYYIDINA MUHAMMAD !!