Friday 28 August 2015

Perjuangan pembangunan yayasan madrasah nurul falah







Bismillahirrahmanirrahim

Assalaamu'alaikum wa rahmatullaahi wa barkaatuhu.

 SUBHANAALLAH  WALHAMDULILLAH.

Perjuangan pembangunan yayasan madrasah nurul falah
dengan penambahan kelas yang saat ini baru ada empat kelas terus berjalan insyaa_Allah penuh kemudahan dan keberkahan Allah.

Allahu Akbar masih banyak bahan yang dibutuhkan dalam pembangunan yayasan madrasah nurul falah
Silahkan sahabat dermawanku berkenan berjuang bersama Orang Sholeh Yang Ikhlas Menyisihkan Sebagai Rejekinya Dijalan Allah.

Ikhwah juga bisa langsung datang mengantar ke Alamat : Kp Gunung Manik RT 04/10 Kel.Cibokor,Kec.Cibeber,Kab.Cianjur

Sungguh sedekah itu pembuka jalan kesulitan, obat jasmani dan rohani, doa mustajab, peringan sakaratul maut, penerang kubur, dan cahaya di kegelapan akhirat.
Duhai orang muslimin dan muslimat yang ingin berjuang bersama Orang Sholeh Dalam membangun Generasi Pewaris Para Nabi melalui pembangunan yayasan dengan nama yayasan madrasah Nurul Falah
Atau langsung transfer ke

No Rek Bri :4077 01 02006 9532 An Paud Nurul Falah.
atau bs menghubungi no dibawah ini : 0857 2072 5319

Simaklah Kalam Allah:
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan, dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik,
niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka, dan bagi mereka pahala yang banyak”
(QS Al Hadid18).

Rasulullah bersabda,
"Yang mengikuti mayat itu ada tiga, yaitu:
Keluarganya, hartanya, dan amalnya.
Yang dua kembali, sedangkan yang satu tetap bersamanya.
Yaitu, keluarga dan hartanya kembali, sedangkan amalnya tetap mengikuti bersamanya"
(HR Bukhari Muslim).

"Takutlah kalian kepada neraka meski dengan hanya (bersedekah) separuh kurma, dan kalimat yang baik"
(HR Muttafaq Alaih).

Jazaakumullah perhatian dan kepercayaan kalian.
Kami pun mendoakan secara khusus agar ALLAH menerima amal jariyah ikhwah semua.
Sehingga, pahalanya terus terus terus menerus mengalir sampai wafat... Aaamiin.

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Thursday 28 May 2015

Menjual Batu Yaman Dan Pandan Kapas


Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb

Pandan Kapas Batu Khas Betawi

Batu pandan atau Akik Pandan kadang orang menyebutnya, adalah batu mulia yg tergolong batuan Agate atau akik, yang masuk dalam keluarga chalcedony. yang memiliki tingkat kekerasan batuan Skala 7 bila di ukur dengan Mohs.
Salah satu varian jenis batu akik ini adalah batu akik pandan kapas. Pandan kapas memiliki ciri sisik yg mengumpul seperti awan pada bagian dalam batu, pandan kapas ini merupakan cikal bakal batu pandan jenis lainnya, karena pandan kapas bisa bermetamarfosis dan juga bisa tidak.
Berikut ini adalah teknik sederhana cara merawat batu akik pandan kapas, sehingga batu akik pandan kapas yang kita miliki tetap tampil bagus dan semakin keluar warnanya. Beberapa tips di bawah ini bisa kita pilih salah satunya.
Pertama, untuk membuat batu pandan nanas ini semakin tua, kita bisa memakainya setiap hari, sehingga dengan bantuan panas tubuh kita, hal ini akan semakin membuat batu akik pandan kapas yang kita kita miliki semakin mengkristal.
Kedua,kita bisa melakukan penggosokan dengan bahan dari kulit.
Ketiga, seperti treatment pada batu akik umumnya, kita bisa menggunakan air mineral sebagai sarana perendaman batu akik.
Keempat, lakukan penjemuran setiap hari sekitar 1 jam saja.
Demikianlah teknik sederhana cara merawat batu akik pandan kapas khas betawi ini, semoga bermanfaat. Salam sukses untuk anda.





                                                 Batu Yaman Tembus Merah

Batu yaman adalah jenis batu yang mempunyai warna hitam dan merah bila disenter. Konon batu ini berasal dari daratan arab yaitu yaman. Para orang tua biasa memakai dan menyukai batu jenis ini.
Batu yaman banyak juga yang belum jadi (kristal), untuk itu saya mencoba untuk membuat percobaan dengan batu yaman yang belum kristal. Langkah-langkah yang saya lakukan adalah sebagai berikut:

  • Merendam batu dengan air beroksigen.
  • Menjemur batu pada siang hari selama 3 jam.
  • Lalu batu saya rendam kembali dalam wadah, lalu saya taruh kulkas.
  • Selama 2 minggu saya buka ternyata batu mulai tembus pinggir walaupun belum ada warnanya.
Jadi bisa saya simpulkan bahwa  batu yaman termasuk batu yang membutuhkan air dalam proses kristal, yang mana air dengan kandungan ph tinggi adalah yang terbaik untuk teknik rendaman





ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Wallahualam Bissawab


Wednesday 22 April 2015

Habib Luthfi Bin Ali Bin Yahya: Agar Mendapatkan Pertolongan Allah



Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb

Pegang teguh teladan salaf shalihin

Baik itu thariqah-nya, akhlaknya, amal salehnya. Pegang teguh dan kuat mantap, walaupun kamu sampai sulit dan kere (sangat miskin) tetaplah teguh memegang teladan Salaf Shalihin. Gigit kuat dengan gerahammu, jangan dilepas jika kamu ingin selamat dan mendapat ridho-Nya.

Jadikanlah keimanan sebagai Imam

Bukan akal yang menjadi ujung tombaknya. Hati-hati di akhir jaman ini, akan dan sudah banyak muncul paham dan orang-orang yang lebih mengedepankan akal-rasio-logika dibandingkan imannya. Seharusnya Iman menjadi imamnya, akal & logika menjadi makmumnya, mengikuti iman. Tinggalkan pendapat orang-orang yang mengedapankan akalnya dibanding imannya. Percuma dan sia-sia waktumu jika menanggapi orang-orang yang demikian, kamu akan rugi dunia akhirat. Karena bagaimana mungkin akal manusia bisa menerima seluruh kebesaran khazanah kerajaan Allah SWT, hanya keimanan yang dapat menerima kebesaran Allah SWT.

Ziarah shalihin

Baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup, dan kuatkan tali ikatan silaturahim. Berziarah (mengunjungi) kaum shalihin jangan hanya ketika ada maunya, kalau ada perlunya saja. Hal itu baik tidak terlarang, tetapi kurang kemanfaatannya untuk jangka panjang. Hanya untuk kebutuhan-manfaat sesaat belaka, sungguh sangat disayangkan. Tetapi alangkah baiknya kita berziarah sholihin itu karena mahabbah ilaa mahbub, kecintaan kepada yang dicintai. Kalau hal ini dijalin dengan baik maka ia akan mendapat limpahan madad (pertolongan), sirr asrar (rahasia) dan jaah (essence, intisari) dari ziarahnya. Dan sering silaturahmi itu menimbulkan kecintaan dan keridhoan Allah SWT kepada orang yang menjalin hubungan silaturahmi, sehingga rahmat dan berkah serta maghfirah Allah SWT terlimpah kepadanya. Jauh dari bala, musibah, penyakit dan diberi kelancaran rezeki. Insya Allah.

Jangan suka membeda-bedakan

Ini penyakit yang timbul dan tumbuh di akhir jaman ini. Jangan beda-bedakan itu suku apa, kabilah apa, bangsa apa, partainya apa, thariqah-nya apa, madzhab-nya apa dan sebagainya. Itu urusan Allah SWT, kita ini manusia, hamba-Nya, makhluk ciptaan-Nya, jangan suka usil ikut campur urusannya Allah SWT. Makanya sekarang berbagai macam bala’, musibah bertubi-tubi datang. Karena ulah manusia itu sendiri. Yang suka sok tahu, sok jago, sok suci, sok pintar bukan kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, malah ikut campur urusan Allah SWT. Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana lagi Maha Berkehendak, Allah SWT yang akan menghukumi, menentukan secara mutlak kelak di pengadilan Ilahi Yang Maha Adil bagi seluruh makhluk-Nya. Segala sesuatu misal pengadilan itu semua adalah bentuk ikhtiar manusia belaka di muka bumi ini secara syariat. Ketentuan yang mutlak benar dan salah adalah di tangan Allah SWT di hari kemudian. Keyakinan dan keimanan ini harus ditanam kuat dan kokoh dilubuk sanubari keimanan kita.

Jangan tinggal tiap hari membaca Al-Qur’an, shalawat kepada Rasulullah SAW, taat kepada guru/syaikh/mursyid dan birul walidain (berbakti kepada orangtua)

Jadikan hal ini semua awrad-mu. Jangan tinggal hal tersebut. Membaca Al-Qur’an walau satu ayat setiap harinya. Memperbanyak membaca shalawat kepada Baginda Nabi SAW jadikan hal ini semua awrad (wirid yang dilakukan istiqomah) bagi diri kita demi menggapai kebahagian dan keselamatan di dalam agama, dunia dan akhirat.
Cukup sudah lima hal ini kamu pegang erat-erat, Insya Allah, Taufik Hidayah dan Inayah Allah SWT melimpah dan turun kepadamu.

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Wallahualam Bissawab

Mutiara Nasehat al-Habib Umar bin Hafidz

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb


1. Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu niscaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan mengangkat derajatmu di sisi Allah


2. Barang siapa Semakin mengenal kepada allah niscaya akan semakin takut.


3. Barang siapa yang tidak mau duduk dengan orang beruntung, bagaimana mungkin ia akan beruntung dan barang siapa yang duduk dengan orang beruntung bagaimana mungkin ia tidak akan beruntung.


4. Barang siapa menjadikan kematiaannya sebagai pertemuan dengan sang kekasih (Allah), maka kematian adalah hari raya baginya.


5. Barang siapa percaya pada Risalah (terutusnya Rasulullah), maka ia akan mengabdi padanya. Dan barang siapa percaya pada risalah, maka ia akan menanggung (sabar) karenanya. Dan barang siapa yang membenarkan risalah, maka ia akan mengorbankan jiwa dan hartanya untuknya.


6. Kedekatan seseorang dengan para nabi di hari kiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah ini.

7. Betapa anehnya bumi, semuanya adalah pelajaran. Kukira tidak ada sejengkal tanah di muka bumi kecuali di situ ada ibrah (pelajaran) bagi orang yang berakal apabila mau mempelajarinya.

8. Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.

9. Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia tidak akan sampai pada Tuhannya sama sekali dan kedekatan manusia terhadap Allah menurut kadar pembersihan jiwanya.

10. Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka akan mendapatkan apa yang diinginkan.

11. Barang siapa yang mempunyai samudra ilmu kemudian kejatuhan setetes hawa nafsu, maka hawa nafsu itu akan merusak samudra tersebut.

12. Sesaat dari saat-saat khidmat (pengabdian) , lebih baik daripada melihat arsy dan seisinya seribu kali.

13. Menyatunya seorang murid dengan gurunya merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah SAW. Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah SAW merupakan permulaan untuk fana pada Allah (lupa selain Allah)

14. Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan, golongan yang diwajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas sujud dan golongan yang di wajahnya terdapat tanda-tanda dari bekas keingkaran.


15. Barang siapa yang menuntut keluhuran, maka tidak akan peduli terhadap pengorbanan.


16. Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat yang apabila cahanya turun pada hati seorang hamba, maka hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat dari sujudnya.


17. Beliau RA berkata tentang dakwah, Yang wajib bagi kita yaitu harus menjadi daI dan tidak harus menjadi qodli atau mufti (katakanlah wahai Muhammad SAW inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang jelas aku dan pengikutku) apakah kita ikut padanya (Rasulullah) atau tidak ikut padanya? Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah, dan dari keberpalingan kembali menuju kepada Allah, dan dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik.


18. Syetan itu mencari sahabat-sahabatnya dan Allah menjaga kekasih-kekasih- Nya.


19. Apabila ibadah agung bagi seseorang maka ringanlah adap (kebiasaan) baginya dan apabila semakin agung nilai ibadah dalam hati seseorang maka akan keluarlah keagungan adat darinya.


20. Bila benar keluarnya seseorang (di dalam berdakwah), maka ia akan naik ke derajat yang tinggi.


21. Keluarkanlah rasa takut pada makhluk dari hatimu maka engkau akan tenang dengan rasa takut pada

kholiq (pencipta) dan keluarkanlah berharap pada makhluk dari hatimu maka engkau akan merasakan kenikmatan dengan berharap pada Sang Kholiq.


22. Banyak bergurau dan bercanda merupakan pertanda sepinya hati dari mengagungkan Allah dan tanda dari lemahnya iman.


23. Hakikat tauhid adalah membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya dan bangun malam.


24. Tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan himmah (cita-cita yang kuat).


25. Barang siapa memperhatikan waktu, maka ia akan selamat dari murka Allah.


26. Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis di tengah malam.


27. Orang yang selalu mempunyai hubungan dengan Allah, Allah akan memenuhi hatinya dengan rahmat di setiap waktu.


28. Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis di tengah malam.

Semoga kita bisa mengambil hikmah dari catatan ini

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Wallahualam Bissawab

RAHASIA SHALAWAT ATAS NABI MUHAMMAD SAW

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb


ALLAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD WA’ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMADIN KAMAA SHALLAITA ‘ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIIMA WA’ALAA AALI SAYYIDINAA IBRAHIIA WABAARIK ‘ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMADIN KAMAA BAARAKTA ‘ALAA SAYYIDINAA ’ALAA SAYYIDINAA IBRAAHIMA WA ‘ALAA AALI SAYYIDINA IBRAAHIMA, FIL ‘AALAMIINA INNAKA HAMIIDUN MAJIIDUN.

Artinya : Ya Allah , berilah kasih saying kepada junjungan kita nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberi kasih sayangmMu kepada junjungan kita Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan berkatilah kepada junjungan kita nabi Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau memberkati junjungan kita nabi Ibrahim dan kelurganya diantara makhluk makhlukmu, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.

“Sesungguhnya Allah Dan Para Malaikat-Malaikat-Nya Bersholawat Untuk Nabi, Hai Orang-Orang Yang Beriman, Bershalawatlah Kamu Untuk Nabi Dan Ucapkan Salam Penghormatan Kepadanya” (Qs. Al-Ahzab : 56)

Rasulullah Bersabda : Barang Siapa Membaca Shalawat Kepadaku Satu Kali Maka Allah Akan Membalas Shalawat Sepuluh Kali, Dan Barang Siapa Yang Membaca Shalawat Kepadaku Seratus Kali, Maka Allah Menulis Diantara Matanya: “Bebas Dari Munafiq Dan Bebas Dari Neraka” Dan Allah Akan Menempatkannya Esok Pada Hari Qiamat Bersama-Sama Dengan Para Syuhadak (HR. Thabrani Dari Anas Bin Malik Ra)

Sabda Nabi Muhammad SAW : Sesungguhnya Lebih Utama Bagiku Manusia Besok Pada Hari Qiamat, Adalah Mereka Yang Lebih Banyak Membaca Shalawat Kepadaku (HR. Tarmizi Dari Ibnu Mas’ud Ra)
Begitu Besar Harapan Dan Anjuran Allah Serta Rasulullah Kepada Kita Manusia Supaya Bersholawat Atas Nabi, Akankah Itu Kita Sia-Siakan, Maka Dari Itu Kita Sempatkan Shalawat Atas Nabi.

Kemuliaan dan kasiat shalawat
Pada Dasarnya, Bacaan Shalawat Atas Nabi Harus Di Ucapkan Oleh Setiap Muslim Dan Orang Mukmin Dimana Saja Dan Dalam Keadaan Apapun. Dalam Berdoa, Maka Isi Bacaan Doa Itu Harus Ada Bacaan Shalawat Atas Nabi. Jika Tidak, Maka Doa Tersebut Tertahan Di Antara Langit Dan Bumi Serta Tiada Naik Barang Sedikit Pun.

Rasulullah SAW Pernah Bersabda :
Bawasannya Doa Itu Terhenti (Tertahan) Antara Langit Dan Bumi, Tiada Barang Sedikit Pun Darinya, Sehingga Engkau Bershalawat Kepada Nabimu. (HR. Tirmidzi Dari Umar Bin Khathab.)
Setiap Doa Tertutup (Tertahan), Hingga Dibacakan Shalawat Atas Nabi SAW. (HR. Dailami Di Dalam Musnad Al-Firdaus Dari Anas Ra. Dan Oleh Baihaqi Dari Ali Ra)

Tujuan Tulisan Ini Tidak Lain Adalah:
1. Untuk Memenuhi Dan Melaksanakan Salah Satu Perintah Dari Allah Swt. Agar Kita Senantiasa Bershalawat Atas Nabi.
2. Untuk Mendapatkan Kemuliaan Dari Allah Swt. Dan Untuk Mendapatkan Syafaat Dari Rasulullah Saw.
3. Untuk Mendapatkan Kecintaan Dari Allah Swt., Kecintaan Dari Rasulullah Saw. Dan Kecintaan Dari Sesama Manusia.
4. Untuk Mendekatkan Diri Ke Hadirat Allah Swt.
5. Untuk Memperoleh Kesempurnaan Hidup Dan Keselamatan.
Khasiat Shalawat Adalah Merupakan Bentuk-Bentuk Afaran Dan Tuntunan Bacaan Shalawat Yang Bersumber Dari Rasulullah Saw.
Contoh Bacaan Shalawat Yang Paling Singkat Dan Ringan Tetapi Banyak Khasiatnya Adalah Sebagai Berikut:

بسم آلله آلرحمن آلرحيم صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Semoga Allah Melimpahkan Shalawat Atas Muhammad.
Khasiat:

1. Memperoleh Rahmat Dari Allah Swt., Memperoleh Syafaat Dari Nabi Muhammad Saw.
2. Mendapat Pimpinan Dari Malaikat Yang Bagus-Bagus, Dapat Menghapus Dosa-Dosa Dan Meninggikan Derajat.
3. Dapat Menutupi Kebutuhan Dunia Dan Akhirat, Memperoleh Pahala Sebesar Gunung Uhud Dan Selamat Dari Sehala Malapetaka.
4. Mendapat Keridlaan Dari Allah Swt., Dapat Kesaksian Dari Rasulullah Saw. Dan Mendapat Syafaatnya Di Akhirat Nanti, Aman Dari Kemurkaan Allah Swt. Dan Masuk Di Bawah Lindungan Arsy.
5. Membuat Timbangan Kebaikannya Menjadi Berat Dan Diberi Minum Dari Telaga Al-Kautsar Serta Aman Dari Rasa Haus.
6. Bebas Dari Api Neraka, Dapat Melintasi Shirathal Mustaqim Seperti Kilat Dan Dapat Melihat Tempatnya Di Surga Sebelum Mati Dan Mendapat Anugerah Banyak Istri Di Dalam Surga.
7. Mendapat Pahala Yang Melebihi Dua Puluh Perang Sabil, Dapat Mendatangkan 100 Hajat, Dapat Menghilangkan Kemuskinan Dan Kesempitan Rezeki.
8. Mendapat Kemenangan Atas Musuh-Musuhnya, Dapat Mensucikan Hati Dari Sifat Fanatik, Dapat Melihat Nabi Muhammad Saw. Dalam Tidurnya, Dapat Menyebabkan Dicintai Oleh Orang Mukmin Dan Orang Muslim.
9. Dapat Menjadi Sebab Terkabulnya Segala Macam Wujud Doa, Memperoleh Ucapan Selamat Dari Allah Swt. Dan Dapat Menyinari Lahir Dan Batinnya.
Barangsiapa Yang Ingin Mendapatkan Semua Manfaat Tersebut, Maka Hendaklah Membaca Bacaan Shalawat Tersebut Sebanyak-Banyaknya Pada Setiap Selesai Shalat Fardlu Secara Istiqamah.
Sebelum Membaca Shalawat Tersebut, Sebaiknya Diawali Denga Shalat Hajat Dua Rakaat.
Pada Rakaat Pertama, Setelah Membaca Surah Al-Fatihah Membaca Surah Al-Ikhlas 10 Kali.
Pada Rakaat Kedua, Setelah Membaca Surah Al-Fatihah Membaca Surah Al-Ikhlas 20 Kali.
Setelah Salam Membaca Istighfar 100 Kali, Kemudian Membaca Shalawat Tersebut Sebanyak-Banyaknya.
Manfaat:

1. Mengikuti Perintah Allah Swt.
2. Agat Di Angkat Derajatnya.
3. Akan Ditulis 10 Kebaikan.
4. Dihapus 10 Keburukan.
5. Mengharap Terkabulnya Doa.
6. Memperoleh Syafaat Dari Nabi.
7. Menutupi Aib Diri Dan Mengharap Ampunan.
8. Mengharapkan Tercukupi Kebutuhan Hidup.
9. Menyebabkan Dekat Kepada Nabi Muhammad.
10. Menempati Kedudukan Sedekah.
11. Menyebabkan Tetunaikannya Kebutuhan.
12. Merupakan Zakat Dan Persucian Orang Yang Membacanya.
13. Menyebabkan Harumnya Tempat Yang Dijadikan Membaca Shalawat.
14. Menyebabkan Teringat Kembali Kepada Rasulullah Saw.
15. Bisa Menghapus Kesan Bakhil Dan Kikir.
16. Bisa Menghapus Kefakiran Pembacanya.
17. Bisa Melepaskan Kehinaan Bagi Yang Membacanya.
18. Menyelamatkan Bau Busuk Dari Suatu Majlis.
19. Bacaan Shalawat Menjadi Penyebab Berkah Bagi Pembacanya.
20. Bacaan Shalawat Tanda Cinta Kasih Kepada Rasulullah Saw.
21. Penyebab Keteguhan Telapak Kaki Di Atas Shirath.
22. Dalam Shalawat Terkandung Dzikir Kepada Allah Swt.
23. Sebagai Sebab Menjadikan Pujian Yang Baik Dari Langi Dan Bumi.
24. Shalawat Membuat Seseorang Memperoleh Petunjuk,dan masih banyak keutamaan dan faedah lainnya,intinya kita serahkan semuanya kepada allah swt yang akan membalas atau memberikan kebaikan dan berkah atas bacaan (ikhlas) shalawat kita

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Wallahualam Bissawab

Sunday 19 April 2015

Wali Allah DI Bulan Rajab



Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb

Kisah Wali Allah Di Bulan Rejab
ketika di zaman Nabi S.A.W, terdapat seorang perompak jalanan yang terkenal. Setiap tengah malam, dia akan menangkap dan merompak siapa saja yang ditemuinya berjalan sendiri. Kadang-kala, dia akan memukul dan membunuh orang yang dirompaknya. Setelah merompak, dia terus pulang ke rumah. Tidak ada seorang pun yang mampu menangkap lelaki tersebut Disebabkan kekejamannya,

Nabi S.A.W telah berkata dengan perasaan marah tentang lelaki tersebut: “orang itu jahat, jika dia meninggal, aku tidak akan menyembahyangkan dan mengkebumikannya di tanah perkuburan orang Muslim”Setelah beberapa tahun kemudian,lelaki tersebut meningggal dunia.

Dia mempunyai seorang anak perempuan. Malangnya, anak perempuan itu tidak mau menemui seorang pun yang mau membantunya untuk mengurus jenazah ayahnya,Disebabkan Nabi S.A.W pernah mencela perbuatan ayahnya- tidak akan menyembahyangkan dan mengkebumikannya di tanah perkuburan orang Muslim,

Dan orang-orang nakal telah membawa jenazah tersebut melalui jalan Madina dan membuangnya ke dalam sebuah tempat kotor,Setelah jenazah itu dibuang, Allah berfirman kepada Nabi Muhammad S.A.W dan berkata, “Ya Habibi ya Muhammad! Wahai kekasih Ku Nabi S.A.W, hari ini seorang dari wali Ku telah meninggal dunia. Kamu harus pergi dan memandikannya, mengkafankannya, menyembahyangkanya serta mengkebumikannya.” Nabi S.A.W terkejut, sepanjang hidupnya baginda telah mencela lelaki tersebut. Sekarang apabila lelaki tersebut meninggal dunia,Allah memberitahukan baginda bahwa lelaki tersebut sebenarnya adalah wali-Nya. Bagaimana dia bisa menjadi wali?

Sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dapat mencampuri urusan pengetahuan Allah, walaupun Nabi S.A.W. Jika Allah mau menjadikan seorang perompak sebagai wali-Nya, tidak boleh sama sekali kita bertanya “KENAPA?” Kita mesti menerimanya.

Oleh sebab itu, mengikuti ajaran Sufi dan ajaran di dalam tarekat , kita mesti memandang orang disekeliling lebih baik daripada kita. Kita tidak tau jika Allah akan menaikkan makam seseorang kepada makam yang lebih tinggi daripada makam kita; Siapa tahu? Tidak akan ada seorang pun yang akan tau, oleh yang demikian janganlah kita mencampuri urusan-Nya. Jangan memandang rendah kepada orang laen. jika kita merasa kita lebih baik daripada mereka. Kita tidak tahu ada orang tersebut, pada pandangan Allah adalah wali ataupun tidak. Siapa yang tahu? yang demikian kita perlu memandang tinggi kepada orang lain, menghormati mereka dan sentiasa merendahkan diri sendiri.

Jangan sama sekali menunjukkan ego dan senantiasa berpuas hati. Allah berkata kepada Nabi S.A.W, “Ya Rasulullah, pergi cari dia dan bersihkan dia.” Dengan serta merta, Nabi S.A.W memanggil Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq dan berkata, “Wahai Abu Bakar, kita perlu pergi dan mencari ‘lelaki’ tersebut. Abu Bakar berkata, “Ya Rasulullah, baginda pernah berkata bahwa baginda tidak akan mengkuburkan lelaki tersebut di tanah pemakaman orang Islam, dia bukan seorang muslim!” Nabi S.A.W berkata, “Tidak, tinggalkan persoalan Muslim. Allah memberitahuku tentang lelaki tersebut adalah seorang wali!” Apa yang telah dilakukan oleh perompak tersebut sepanjang hidupnya sehingga dia menjadi seorang wali? Sepanjang hidupnya, dia telah membunuh, merompak dan mencuri. Nabi S.A.W pergi ke tempat tersebut, mengambil mayat lelaki tersebut dengan tangan baginda sendiri, dan membawanya pulang ke rumahnya dengan sahabat-sahabatnya. Kemudian, baginda membersihkannya, memandikannya, mengkafankannya, menyembahyangkannya dan seterusnya membawa jenazah lelaki tersebut ke masjid Nabi S.A.W. ke Jannat ul-Baqi.

Jarak perjalanan dari masjid ke Jannat ul-Baqi berjarak 15 menit jika berjalan kaki. Namun begitu, Nabi S.A.W menempuh jalan tersebut lebih dari dua jam untuk sampai dari tempat yang pertama ke tempat yang kedua. Semua sahabat-sahabat baginda merasa heran melihat cara rasulullah S.A.W. berjalan. Dengan tangan baginda sendiri baginda telah membersihkan lelaki tersebut, memandikannya dan menyembahyangkannya. Semasa baginda membawa jenazah tersebut ke tanah kuburan, baginda berjalan menggunakan jari kakinya (secara mengjinjat). Lantas sahabat-sahabat baginda bertanya, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau berjalan demikian?” Baginda menjawab, “Allah telah memerintahkan semua wali yang ada di timur dan barat, dan semua malaikat yang berada di tujuh surga dan semua para wali hadir dan mengiringi jenazah ini. Mereka semua terlalu banyak dan memenuhi jalan, dan aku tidak mempunyai tempat untuk berjalan. Sepanjang hidupku, aku tidak pernah terkejut seperti hari ini.”

Sesudah mengkebumikan lelaki tersebut, Nabi S.A.W tidak berkata dengan siapapun. sebaliknya baginda terus pulang ke rumah dengan badan yang bergetar-getar. Baginda duduk dengan Sayydina Abu Bakar dan bertanya kepada baginda tentang apa yang telah dilakukan oleh wali tersebut; menjadi perompak sepanjang hidupnya tetapi mendapat tempat yang cukup tinggi di sisi Allah. Sayyidina Abu Bakar berkata, “Wahai Rasulullah, aku merasa malu untuk bertanyakan tentang apa yang telah aku saksikan hari ini, ia sesuatu yang mengherankan.” Kemudian, Nabi S.A.W. menjawab,” Wahai Abu Bakar, aku lebih terkejut daripada kamu, dan aku sedang menunggu kehadiran Jibril dan bertanya apa sebenarnya yang terjadi” Jibril datang, Nabi S.A.W berkata,” Wahai Jibril, apakah yang terjadi sebenarnya?” Jibril menjawab,” Wahai Nabi S.A.W., janganlah engkau bertanya kepadaku. Aku juga heran seperti baginda. Oleh sebab itu, jangan merasa heran karena itu adalah kehendak Allah manusia tidak dapat melakukan itu semua dan Dia memberitahu baginda untuk bertanya pada anak laki-laki tersebut tentang apa yang telah terjadi semasa hidupnyanya.”

Dengan segera baginda pergi tidak ditemani oleh Sayydina Abu Bakar, Nabi S.A.W. dengan sendirinya pergi ke rumah perompak tersebut. Nabi S.A.W. dengan rendah diri baginda merendahkan diri sebagai manusia paling sempurna yang dicintai Allah pergi ke rumah perompak tersebut untuk bertanyakan apa yang telah dilakukan oleh ayahnya semasa hidupnya: “Wahai anakku, ceritakan kepadaku bagaimana kehidupan ayahmu.” Anak perempuan lelaki itu berkata, “Wahai Rasulullah, aku begitu malu dengan apa yang akan aku ceritakan kepada kamu. Ayahku seorang pembunuh, seorang pembunuh. Aku tidak pernah melihat dia melakukan melakukan kebaikan. Dia merompak dan mencuri siang dan malam kecuali satu bulan. Apabila bulan tersebut tiba, dia akan berkata: “Bulan ini adalah bulan tuhanku, kerana ayahku pernah mendengar engkau berkata " Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulan Nabi S.A.W. dan Ramadan adalah bulan umat Muhammad SAW.” Kemudian ayahku berkata lagi, “aku tidak tau dengan bulan Nabi S.A.W. atau bulan umat Muhammad, kecuali bulan tuhanku. Oleh sebab itu aku akan duduk di dalam bilikku bersendiriaan, dan bersuluk sepanjang bulan ini.

Nabi S.A.W bertanya kepada anak perempuan itu lagi, “Apakah jenis suluk yang dia lakukan?” Dia menjawab,” Wahai Rasulullah, satu hari ketika ayahku sedang berjalan untuk mencari seseorang yang akan dirompaknya, dia bertemu dengan seorang lelaki tua yang berumur 70-80 tahun. Lantas ayahku memukulnya hingga pingsan, dan kemudiannya merompaknya. Dia menemukan sehelai kertas kecil yang tergulung pada orang tua tersebut. Kemudian, dia membukanya dan mendapati di dalamnya ada satu doa. Ayahku amat gembira dengan doa tersebut. Setiap tahun, apabila datang bulan Rajab-bulan Allah , ayahku akan duduk bersendirian dan membaca doa tersebut siang dan malam, menangis dan membaca, kecuali keluar untuk makan dan membersihkan diri.

Apabila bulan Rajab berakhir, dia akan bangun dan berkata, bulan Allah telah tamat, sekarang untuk menyenangkanku aku akan kembali merompak dan mencuri untuk 11 bulan yang akan datang. Doa (Doa awliya’ Abbas) yang digunakan oleh lelaki tersebut adalah sangat penting dan kita dinasehatkan untuk membacanya 3 kali sehari ketika bulan Rajab. guru saya berkata doa ini mencuci semua dosa dan menjadikan kamu putih seperti bayi yang baru dilahirkan. Doa ini amat terkenal di dalam ajaran sufi. Apabila Nabi S.A.W meminta anak perempuan lelaki tersebut memberikan doa tersebut kepadanya, baginda terus mencium kertas doa tersebut dan menyapunya pada badan baginda. Jangan tinggalkan doa dan amalkannya ketika bulan ini datang, teruskan membacanya, dan Allah akan memberi kepada kita, Insyallah. tergantung kepada niat masing-masing.

Allah telah berkata kepada Nabi S.A.W., “Wahai Nabi yang Kucintai, orang itu telah datang dan memohon ampunan kepadaKu di dalam bulan yang sangat berharga. Oleh karena itu, dia berkorban satu bulan penuh dalam setahun untukKu, Aku ampuni semua kesalahannya, dan aku ganti semua dosanya dengan pahala . Kerana dia mempunyai terlalu banyak dosa, sekarang dia mempunyai banyak ganjaran, dan dia kini menjadi wali besar.” Kerana satu doa, Allah jadikan seseorang yang tidak pernah beribadat sepanjang hidupnya menjadi wali.

Niat Puasa Bulan Rajab

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَجَبْ سُنَّةً لِلِه تَعَالَى
NAWAITU SAUMA SYAHRI RAJAB SUNNATAN LILLAHI TA'ALA
“ Saya niat puasa bulan Rajab , sunnah karena Allah ta’ala.”

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Wallahualam Bissawab

KISAH NABI MUSA BERGURU KEPADA NABI KHIDIR

 Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb

KISAH NABI MUSA BERGURU KEPADA NABI KHIDIR

KISAH NABI MUSA BERGURU KEPADA NABI KHIDIR
Suatu ketika nabi Musa tengah berkumpul bersama para umatnya lalu satu diantara umatnya bertanya “wahai nabi Musa siapakah manusia paling pintar dinegeri Mesir ini?”, tentu saja nabi Musa bingung untuk menjawab, dan selanjutnya sang umat tadi mengulangi pertanyaanya yang sama dan akhirnya nabi Musa pun menjawab “akulah manusia paling pintar dinegeri Mesir ini”, seketika itu Allah menegur melalui malaikat Jibril “Wahai Musa ada hambaku yang lebih pintar daripada kamu yang bernama Khidir maka pergilah kamu berguru padanya, dia berada disebuah tempat pertemuan dua laut”,

selanjutnya nabi Musapun pergi ketempat dimana nabi Khidir berada bersama seorang pembantunya dengan membawa sebuah kendil yang berisi yang ada ikanya dimana ikan tersebut akan melompat keluar dengan tidak wajar ditempat nabi khidir berada.

Namun sayang sekali ketika ikan yang dibawanya tadi melompat dengan tidak wajar pembantu nabi Musa lupa sampai berjalan jauh, akhirnya merekapun kembali menelusu

Ketika nabi Musa dan pembantunya sampai ditempat yang dimaksud bertemulah nabi Musa dengan nabi Khidir, dan nabi Musapun menyampaikan maksudnya yakni ingin berguru kepada nabi Khidir yang menurut Allah lebih pintar darinya. Percakapan nabi Khidir dan nabi Musa diabadikan Allah dalam Al Qur’an surat Al Kahfi ayat 66-70 dimana nabi Khidir menjawab “sungguh enkau tidak akan sanggup bersabar bersabar bersamaku. Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentah hal itu”. Namun karena niat nabi Musa yang begitu kuat membuatnya tak menghiraukan peringatan nabi Khidir sehingga nabi Musapun ahkirnya mengikuti perjalanan nabi khidir demi memperoleh ilmu.
Baiklah, tetapi engkau jangan bertanya tentang 3 hal apa yang  aku perbuat sebelum aku menerangkannya kepadamu.”
Nabi Musa menyanggupi permintaan tersebut

Dalam perjalanan tersebut nabi Khidir melakukan hal hal yang tidak wajar menurut nabi Musa. Pertama nabi Khidir melubangi sebuah perahu yang bagus, tentu saja hal itu membuat protes nabi Musa dan tentu pula nabi Khidir kembali mengingatkan nabi Musa “bukankah sudah kukatakan  bahwa kamu tidak akan dapat bersabar bersamaku?”. Yang kedua ketika mereka bertemu dengan seorang pemuda tetapi nabi Khidir justru membunuhnya, untuk kedua kalinya nabi Musa protes, dan untuk kedua kalinya nabi Khdir juga mengungtakan dengan kalimat yang sama, dan yang ketiga mereka memasuki sebuah kota dimana penduduknya sangat kikir, padahal kala itu nabi Khidir dan nabi Musa tengah kehausan namun tak satupun yang mau memberi minum. Ketika nabi Musa tengah beristirahat nabi Khidir memerintahkan nabi Musa untuk memperbaiki salahsatu rumah yang ada dikota itu, tuntu saja nabi Musa protes, penduduknya kikir kenapa justru diperbaiki rumahnya.

Seketika itu nabi Khidir menampakan masalalu nabi Musa yakni ketika nabi Musa beristirahat karena kelelahan dikejar tentara Firaun namun nabi Musa bergegas bankit untuk membantu dua orang wanita cantik yang hendak memberi minum gembala mereka, bahkan nabi Musa mampu mengangkatkan batu besar yang tak bias diangkat walau dengan 12 orang. Tentu saja nabi Musa malu akan hal itu dan bergegas  mengikuti perintah nabi Khidir untuk memperbaiki sebuah rumah yang hampir roboh.

Pada akhir perjalanan nabi Khidir menjelaskan akan 3 hal yang membuat nabi Musa tidak dapat sabar.

Pertama ketika nabi Khidir melubangi  sebuah perahu bagus adalah karena perahu tersebut adlah milik orang soleh yang hendak berlayar padahal ditengah laut ada perompak yang ketika terdapat perahu bagus pasti akan dirampas tetapi jika perahunya berlubang tidak dirampas.

Yang kedua ketika nabi Khidir membunuh seorang pemuda yang mereka jumpai adalah karena pemuda tersebut akan menjadi kafir sehngga nantinya dapat menkafirkan kedua orang tuanya namun ketika nabi Khidir membunuhnya Allah akan memnggantinya dengan anak soleh yang akan dilahirkan ibunya.

Dan yang ketiga adalah ketika nabi Khidir menyuruh nabi Musa memperbaiki tiang rumah yang hampir roboh,adalah karena rumah tersebut terdapat harta milik orang soleh yang telah meninggal dan hartanya ditinggalkan untuk  anaknya yang yatim yang kelak akan menjadi anak soleh.Dari 3 hal tersebut nabi Musa menyadari bahwa hakikat yang dianugrahkan sangat besar sehingga kepintaranya mampu menembus ruang dan waktu.

Ketinggian ilmu nabi khidir memang tinggi dan karena ketinggianya tersebut banyak menimbulkan misteri.
Seperti  pada kisah diatas darimana nabi Khidir tau bahwaa perahu yang dijumpai adalah milik orang yang soleh dan ditengah laut sedang ada perompak yang sedang berlayar yang akan merampok perahu yang bagus, hal ini menyimbolkan masa sekarang yakni perompak yang sedang berlayar. Yang kedua darimana nabi Khidir tau bahwa pemuda yang dijumpainya akan mengkafirkan kedua orangtuanya? Ini menyimbolkan masa depan karena mengkafirkanya dimasa depan dan terakhir,  darimana nabi Khidir tau bahwa orangtua dari anak yatim tersebut orang soleh? Hal ini menandakan masa lalu. Maka salah satu  hikmah yang dapat diambil dari kisah tersebut adalah gar kita dapat menjadi orang yang bijak dalam menyikai setiap masalah.

dari inti cerita diatas menggambarkan tentang perbedaan ilmu yang dimiliki,antara nabi musa ilmu syariat dan nabi khidir ilmu hakikat/makrifat yang telah allah swt berikan kepadanya,bukan tentang siapa yg lebih pintar atau tinggi keilmuan mereka

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Wallahualam Bissawab
ri jejak perjalanan mereka sampai ditemapat ikan itu melompat.

Saturday 18 April 2015

KEAJAIBAN ISTIGFAR


Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb

Syaikh Muhammad bin Muhammad Al-Mukhtar As-Syinqity pernah mengatakan:
Tidaklah hati seorang hamba selalu beristigfar melainkan akan disucikan.
.
"Bila ia lemah, maka akan dikuatkan
Bila ia sakit, maka akan disembuhkan
Bila ia diuji, maka akan diangkat ujian itu darinya.
Bila ia kalut, maka akan diberi petunjuk.
Dan bila ia galau, maka akan diberi ketenangan".
.
Sepeninggal Rasulullah, Istigfar merupakan satu-satunya benteng aman yang tersisa untuk kita (dari adzab Allah)
.
”Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.”
(QS.al-Anfal: 33).
.
Ibnu katsir -rahimahullah - berkata :
Barangsiapa yang menghiasi dirinya dengan amalan ini, yaitu memperbanyak istigfar, maka Allah akan mempermudah rezekinya, memudahkan urusannya dan menjaga kekuatan jiwa dan raganya.
.
Maka apa lagi yang kau tunggu...? Perbanyaklah istigfar.
.
Ibnul Qayyim - rahimahullah - mengatakan, " Bila engkau ingin berdo'a, sementara waktu yang kau miliki begitu sempit, padahal dadamu dipenuhi oleh begitu banyak keinginan, maka jadikan seluruh isi do'amu istigfar, agar Allah memaafkanmu. Karena bila Dia memaafkanmu, maka semua keperluanmu akan dipenuhi oleh-Nya tanpa engkau memintanya.
.
Ya Allah. Sesungguhnya engkau Maha pemaaf, mencintai kemaafan, maka ampunilah kami.
.
اَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ
.
(Sumber: Islamic Center Bin Baz)

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

WALLAHUALAM BISSAWAB

Friday 17 April 2015

PERINGATAN HARI KELAHIRAN NABI DALAM PEMAHAMAN ULAMA “SALAFI” DAN ULAMA TERDAHULU


Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb

Pandangan Ibn Taymiyyah tentang Maulid dan Penyimpangan Kaum Salafi dari Pandangannya (Kutipan berikut merupakan pandangan Ibn Taymiyyah tentang maulid sebagaimana diuraikan dalam kitabnya, al-Fatâwâ:26)


Demikian halnya apa yang diada-adakan oleh sebagian orang dengan menganalogikan pada orang-orang Nasrani yang merayakan kelahiran Isa, atau karena rasa cinta kepada Nabi saw dan untuk memujanya, Allah swt akan memberi mereka pahala atas cinta dan usahanya ini, bukan atas kenyataan bahwa itu suatu bidah … Merayakan dan menghormati kelahiran Nabi saw dan menjadikannya sebagai saat-saat yang dihormati, sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang, adalah baik, dan padanya ada pahala yang besar, karena niat baik mereka dalam menghormati Nabi saw.

Karena kesetiaan mereka kepada Ibn Taymiyyah, tampaknya kaum Salafi tidak dapat memaafkannya atas ucapannya ini.  Seorang editor majalah kaum Salafi, Iqtidhâ’, Muhammad al-Fiqqî, menulis dua halaman catatan kaki untuk teks tersebut.  Di dalamnya ia berteriak keras, “Kayfa yakûnu lahum tsawâb ‘alâ hâdza? … Ayyu ijtihâd fî hâdzâ??  (Bagaimana mungkin mereka dapat memperoleh pahala untuk hal tersebut? … Ijtihad macam apa ini??)”  Para ulama Salafi kontemporer bisa dikatakan berlebihan dan menyimpang menyangkut peringatan maulid ini.  Mereka mengganti sikap Ibn Taymiyyah tersebut dengan ketetapan hukum mereka sendiri, padahal sikap Ibn Taymiyyah tersebut mestinya cukup buat mereka.  Pengarang Salafi yang lain, Manshûr Salmân, juga bersikap demikian dalam menerangkan al-Bâ‘its ‘alâ Inkâr al-Bida‘ karya Abû Syâmah, karena Abû Syâmah bukannya mengkritisi peringatan maulid, tetapi justru menyatakan, “Sungguh itu suatu bidah yang patut dipuji dan diberkati.”

Dalam teks yang disebutkan di atas, Ibn Taymiyyah juga menyebutkan suatu fatwa oleh Ahmad ibn Hanbal, imamnya mazhab fikih Ibn Taymiyyah, tatkala orang-orang bercerita kepada Imam Ahmad mengenai seorang pangeran yang membelanjakan 1000 dinar untuk membuat hiasan Alquran, beliau mengatakan: “Itulah tempat terbaik baginya untuk menggunakan emas.”

Apakah Ibn Taymiyyah sedang mempromosikan bidah tatkala beliau membolehkan peringatan maulid “sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang”?  Tidak. Beliau tidak hanya membolehkannya, tetapi beliau menyebutkan pula bahwa peringatan maulid yang mereka lakukan itu “baik dan padanya ada pahala”.  Apakah Imam Ahmad sedang melakukan suatu bidah tatkala beliau membolehkan menghiasi Alquran dengan emas?  Jawaban atas kedua pertanyaan tersebut adalah tidak.

Pembolehan peringatan hari kelahiran Nabi saw. oleh Ibn Taymiyyah ini, yang oleh para pendukungnya telah diartikan secara keliru sebagai suatu kritik atas peringatan maulid, telah disebut-sebut oleh para ulama Suni seperti Sa‘îd Hawwâ, Muhammad ibn ‘Alawî al-Mâlikî, ‘Abd al-Karîm Jawwâd, al-Sayyid Hâsyim al-Rifâ‘î, dan dua syekh dari golongan Qarawiyyin, yaitu ‘Abd al-Hayy al-Amrûnî dan ‘Abd al-Karîm Murâd.27

Pendapat Ibn Taymiyyah tentang Halaqah Zikir

Berikut adalah pandangan Ibn Taymiyyah mengenai pertemuan-pertemuan untuk berzikir bersama: Ibn Taymiyyah pernah ditanya mengenai orang-orang yang berkumpul di dalam masjid untuk berzikir dan membaca Alquran, berdoa kepada Allah, membiarkan kepalanya terbuka tanpa turban dan menangis, padahal niatnya bukanlah untuk ria, juga bukan untuk pamer, tetapi berusaha mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah swt semata: apakah itu dibolehkan atau tidak?  Beliau menjawab: “Segala puji bagi Allah swt, adalah baik dan dianjurkan oleh syariah, untuk berkumpul bersama membaca Alquran, membaca zikir, dan berdoa.”28

Ibn Katsîr Memuji Malam Maulid

Imam Ibn Hajar al-‘Asqalânî menyebutkan bahwa Ibn Katsîr, seorang ahli hadis pengikut Ibn Taymiyyah, “pada hari–hari terakhir hidupnya menulis sebuah kitab berjudul Mawlid Rasûl Allâh yang tersebar luas.29 Kitab tersebut menyebutkan kebolehan dan anjuran memperingati maulid Nabi saw.”30

Dalam kitab Ibn Katsîr tersebut, ia mengatakan, “Malam kelahiran Nabi saw. adalah malam yang agung, mulia, diberkati, dan suci, suatu malam yang membahagiakan bagi orang-orang beriman, bersih, bersinar cemerlang, dan tak ternilai harganya.”31

Fatwa al-‘Asqalânî dan al-Suyûthî tentang Kebolehan Memperingati Maulid Nabi Muhammad sallallahu alayhi wasalam.

Jalâl al-Dîn al-Suyûthî berkata: 
Syekh-Islam, seorang tokoh hadis pada masanya, Ahmad ibn Hajar (al-‘Asqalânî) pernah ditanya mengenai kebiasaan memperingati kelahiran Nabi saw.  Beliau memberikan jawaban sebagai berikut:

Sehubungan dengan asal muasal dari kebiasaan memperingati kelahiran Nabi saw, itu merupakan suatu bidah yang kita tidak menerimanya dari para saleh di antara kaum muslim terdahulu pada masa tiga abad pertama Hijriah. Meskipun demikian, praktik tersebut melibatkan bentuk-bentuk yang terpuji dan bentuk-bentuk yang tak terpuji.  Apabila dalam praktik peringatan tersebut, orang-orang hanya melakukan hal-hal terpuji saja, dan tidak melakukan yang sebaliknya, maka itu bidah yang baik, tetapi bila tidak demikian, maka tidak.

Dalil dasar dari nas yang bisa dipercaya untuk merujuk keabsahannya telah saya temukan, yaitu suatu hadis sahih yang dimuat dalam kumpulan Shahîh al-Bukhârî dan Shahîh Muslim, bahwa Nabi saw. datang ke Madinah dan menemukan orang-orang Yahudi berpuasa pada tanggal sepuluh Muharam (Asyura), maka beliau bertanya kepada mereka tentang hari itu dan mereka menjawab: “Hari ini adalah hari Allah swt menenggelamkan Firaun dan menyelamatkan Musa a.s., maka kami pun berpuasa untuk menyatakan syukur kepada Allah Taala.” 

Dalil ini menunjukkan keabsahan berterima kasih kepada Allah swt atas karunia-Nya yang diberikan pada suatu hari tertentu, baik dalam bentuk pemberian nikmat dan penghindaran dari bencana.  Kita mengulang rasa syukur kita dalam peringatan hari tersebut setiap tahun, dengan menyatakan syukur kepada Allah swt dalam berbagai bentuk peribadatan seperti sujud syukur, puasa, memberi sedekah atau membaca Alquran … Lantas, karunia apa lagi yang lebih besar daripada kelahiran Nabi saw., Nabi pembawa rahmat, pada hari ini?  Melihat kenyataan demikian, kita seharusnya memastikan untuk memperingatinya pada hari yang sama, sehingga sesuai dengan cerita tentang Musa a.s. dan tanggal sepuluh Muharam di atas.  Akan tetapi, orang yang tidak melihat persoalan ini penting, merayakannya pada hari apa saja dalam bulan itu, bahkan sebagian meluaskannya lagi pada hari apa saja sepanjang tahun,  pengecualian apa pun dapat diambil dalam pandangan semacam ini.”32

Pandangan Ulama Terdahulu tentang Maulid

Dalam pandangan mufti Mekah, Ahmad ibn Zaynî Dahlân, “Memperingati hari kelahiran Nabi saw. dan mengingat Nabi saw. itu dibolehkan oleh ulama muslim.”33

Imam al-Subkî mengatakan, “Pada saat kita merayakan hari kelahiran Nabi saw, rasa persaudaraan yang kuat merasuk ke hati kita, dan kita merasakan sesuatu yang khas.”

Imam al-Syawkânî mengatakan, “Dibolehkan merayakan hari kelahiran Nabi saw.”34  Beliau pun mengatakan bahwa Mulah ‘Alî al-Qârî memiliki pandangan yang sama dalam kitabnya, al-Mawrid al-Râwî fî al-Mawlid al-Nabawî, yang ditulis secara khusus untuk mendukung perayaan hari kelahiran Nabi saw.

Imam Abû Syamah, guru Imam al-Nawawî, berkata:
Bidah yang paling baik pada masa kita sekarang ini adalah peringatan hari kelahiran Nabi saw.  Pada hari tersebut orang-orang memberikan banyak sumbangan, melakukan banyak ibadah, menunjukkan rasa cinta yang besar kepada Nabi saw., dan menyatakan banyak syukur kepada Allah Swt. karena telah mengutus Rasul-Nya kepada mereka, untuk menjaga mereka agar mengikuti sunah dan syariah Islam.35

Imam al-Syakhawî mengatakan, “Peringatan hari kelahiran Nabi saw. dimulai pada tiga abad setelah Nabi saw. wafat.  Seluruh muslimin merayakannya dan seluruh ulama membolehkannya, dengan cara beribadah kepada Allah swt, bersedekah, dan membaca riwayat hidup Nabi saw.”

Hafiz Ibn Hajar al-Haytsamî mengatakan, “Sebagaimana orang-orang Yahudi merayakan Hari Asyura dengan berpuasa untuk bersyukur kepada Allah swt, kita pun mesti merayakan maulid.”  Beliau pun mengutip hadis yang telah disebutkan di depan, “Tatkala Nabi saw. tiba di Madinah …”  Ibn Hajar kemudian melanjutkan:

(Selayaknya) orang bersyukur kepada Allah swt atas rahmat yang telah Dia berikan pada suatu hari tertentu, baik berupa kebaikan yang besar ataupun keterhindaran dari bencana.  Hari tersebut dirayakan setiap tahun setelah peristiwa itu.  Ungkapan syukur terlahir dalam berbagai bentuk peribadatan seperti sujud syukur, puasa, sedekah, dan membaca Alquran.  Lantas, kebaikan apa lagi yang lebih besar dari kedatangan Nabi saw., seorang Nabi penebar rahmat, pada hari maulid?

Ibn al-Jawzî (w. 579) menulis sebuah buku kecil yang berisi syair dan riwayat hidup Nabi saw untuk dibacakan dalam perayaan maulid.  Buku itu berjudul Mawlid al-‘Arûs,36 dan beliau membuka dengan kata-kata, “Al-hamd li Allâh al-ladzî abraza min ghurrat ‘arûs al-hadhrah shubhan mustanîrah (Segala puji bagi Allah swt yang telah mengeluarkan dari pancaran cahaya hadirat-Nya pagi hari yang semburat dengan sinar cemerlang).”

Dianjurkan untuk Memperingati Maulid

Imam al-Suyûthî mengatakan:
Alasan berkumpul untuk salat tarawih adalah sunah dan merupakan suatu cara mendekatkan diri kepada Allah … demikian juga kami katakan bahwa alasan berkumpul untuk memperingati maulid adalah dianjurkan (mandûb) … dan merupakan tindakan medekatkan diri kepada Allah … dan niat merayakan kelahiran Nabi saw adalah baik (mustahsanah) tanpa keraguan lagi.37

Imam al-Suyûthî melanjutkan: 
Tentang kebolehan maulid, saya ambil dasar hukumnya dari sumber sunah yang lain (di samping hadis tentang Asyura yang dijadikan dasar oleh Ibn Hajar), yaitu hadis yang ditemukan dalam karya al-Bayhaqî, yang diriwayatkan oleh Anas, “Nabi saw. menyembelih aqiqah untuk dirinya sendiri setelah beliau menerima kenabian,” meskipun telah disebutkan bahwa kakeknya, yaitu ‘Abd al-Muthâlib telah melakukannya pada hari ketujuh setelah kelahirannya, padahal aqiqah tidak dapat diulangi.38 Oleh karena itu, alasan bagi tindakan Nabi saw tersebut adalah untuk menyatakan syukur kepada Allah karena telah mengutusnya sebagai rahmat seluruh alam, dan menyatakan penghargaannya kepada umatnya, sebagaimana halnya beliau suka melakukan salat untuk dirinya sendiri.  Oleh karena itu, juga dianjurkan kepada kita untuk menyatakan rasa syukur kita atas kelahirannya dengan berkumpul bersama saudara-saudara kita, memberi makan orang-orang, dan perbuatan baik lain, serta bergembira.39.

Hadis ini menguatkan hadis di muka tentang bagaimana Nabi saw. menaruh perhatian khusus terhadap hari Senin sebagai hari kelahiran dan kenabiannya.

Penegasan Para Penulis “Salafi” Kontemporer perihal Larangan Maulid

Klaim bahwa memperingati maulid itu suatu bidah bukan saja langkah mengada-ada yang menyimpang dari apa yang telah dikatakan mayoritas ulama tempo dulu mengenai hal tersebut.  Pertama-tama, dan terutama, klaim tersebut mengandung cacat, baik dari sisi logika maupun penalarannya, karena ulama telah menetapkan bahwa bidah ada yang baik, ada yang buruk, dan ada yang biasa saja.  Karena itu, tidaklah boleh melarang sesuatu semata atas dasar anggapan bahwa itu suatu bidah (kreasi baru) sebelum terlebih dulu menentukan termasuk bidah apakah hal itu.

Ada bid‘ah hasanah (bidah yang baik), menurut mayoritas ulama yang telah menulis tentang bidah, meskipun beberapa ulama, seperti Ibn al-Jawzî dan Ibn Taymiyyah, beranggapan bahwa semua bidah pastilah bidah sesat (bid‘ah dhalâlah). Kedudukan mereka dalam masalah ini adalah suatu kelainan (syâdzdz) dan menyimpang dari norma, sebagaimana bukti-bukti berikut menunjukkan:

1.      Harmalah ibn Yahyâ berkata: “Saya mendengar al-Syâfi‘î berkata: ‘Al-bid‘ah bid‘atâni bid‘ah mahmûdah wa bid‘ah madzmûmah, fa mâ wâfaqa al-sunnah fa huwa mahmûd, wa mâ khâlaf al-sunnah fa huwa madzmûm (Bidah itu dua jenis: bidah terpuji dan bidah tercela.  Apa yang sesuai dengan sunah adalah terpuji, dan yang bertentangan dengan sunah adalah tercela.’”40

2.      Hafiz al-‘Izz ibn ‘Abd al-Salâm berkata: Ada lima tipe bidah: yang dilarang (haram), yang tak disukai (makruh), yang dibolehkan (mubah), yang terpuji (mandûb), dan yang harus (wajib).41 

3.      Ulama lain yang mengakui kemungkinan adanya yang disebut bidah yang baik (bid‘ah hasanah) adalah: 
Abû Syamah, yang membagi bidah ke dalam bid‘ah mustahsanah/hasanah (bidah yang dianggap baik) dan bid‘ah mustaqbahah (bidah yang dianggap buruk), yang terbagi ke dalam muharram (dilarang) dan makruh (tak disukai), pada sisi lainnya.42

Al-Turkumanî al-Hanafî, yang membagi bidah menjadi bid‘ah mustahsanah (dianggap baik), yaitu bidah yang mubâhah yutsâbu ‘alayhâ (bidah yang dibolehkan dan mendapatkan pahala), dan bid‘ah mustaqbahah (dianggap buruk), seperti yang makruh dan yang haram.43


ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

WALLAHUALAM BISSAWAB

13 Keutamaan dan Keistimewaan Ibadah Haji




Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb

  1. Ibadah haji dapat menghapus dosa-dosa kecil dan besar yang
    terjadi sebelum berhaji.
  2. Melaksanakan haji berpahala jihad.
  3. Orang yang pergi haji adalah tamu Allah. Apapun
    permintaannya akan
    dikabulkan. Biaya hajinya oleh Allah diganti.
  4. Orang yang berhaji doanya terkabulkan sampai selesai pelaksanaan haji. Jadi, jika melaksanakan haji selama 1 bulan, maka selama itu juga doanya maqbul, berkat tujuan hajinya.
  5. Biaya yang digunakan berhaji laksanan pahala membiayai perang fi sabilillah, dengan nilai yg dilipatkan 700 kali.
  6. Biayanya setara dengan 40 juta dirham dalam 1dirhamnya. Bisa dibilang, dalam 1 jutanya bernilai 40 juta pengeluaran untuk niat baiknya. Sedangkan pahalanya dilipatkan 700 kali.
  7. Pengeluaran uang yang digunakan haji tidak akan membuat miskin, juteru akan semakin bertambah.
  8. Orang berhaji selalu mendapatkan pertolongan dari Allah, seperti perajurit perang fi sabilillah, suami istri alias, dan budak mukatab.
  9. Orang berhaji bisa memberikan syafaat kpd 400 keluarganya.
  10. Orang berhaji mendapatkan ampunan dari Allah, walaupun orang yang zhalim.
  11. Orang berhaji diampuni begitu juga orang yang dimohonkan ampunannya kepada Allah. Waktu yang bisa memohonkan ampunan untuk orang lain berlaku sampai bulan muharram, shafar, dan 10 hari bulan rabi’ul awal. Oleh karena itu, kunjungilah orang yang baru datang haji untuk meminta doanya, agar terkabulkan.
  12. Orang-orang yang berhaji ketika di Arofah oleh Allah dibangga-banggakan kepada para malaikat. Jika demikian, sudah tentu keluar dari Arofah dosanya telah diampuni. Secara logika, Allah tidak akan membagakan orang yang masih memiliki dosa kan, tapi yang punya hutang tetap wajib dilunasi loh, yaaa!!!
  13. Orang berhaji adalah ahli surga, tanpa diragukan, tapi jika setelah haji mengerjakan dosa lagi, itu masuk dalam catatan baru. Artinya, yangg lalu tidak usah dipikirkan, tapi yang akan datang harus dijaga.

    ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

    WALLAHUALAM BISSAWAB

Kisah Syaitan Khannas dan Nabi Adam

Bismillahirrahmanirrahim

assalamualaikum wr wb

Kisah Syaitan Khannas dan Nabi Adam

Syaitan sememangnya tidak pernah mengenal putus asa untuk menghancurkan anak cucu Adam.........

Suatu hari Iblis laknatullah membawa anaknya yang bernama Khannas menuju ke rumah Nabi Adam AS dan Siti Hawa. Ketika itu, Nabi Adam AS baru saja meninggalkan rumah untuk pergi mencari nafkah. Maka tinggallah Siti Hawa keseorangan di rumah. Tiba-tiba, pintu rumahnya diketuk, lalu dibuka oleh Siti Hawa, lalu dia bertanya: “Siapa kamu?” Lalu Iblis menjawab: “Tolong jagakan anak saya, nanti saya akan datang untuk ambil dia balik.” ....

Siti Hawa yang mempunyai sifat keibuan dan tidak mengetahui muslihat Iblis laknatullah terus memberi pertolongan. Apabila Nabi Adam AS pulang, baginda terperanjat lalu bertanyakan Siti Hawa: “Anak siapakah ini?” Lalu Siti Hawa menjawab: “Tak tahulah, tadi ada seorang wanita menyuruh kita menjaga anak ini.” Nabi Adam AS berfikir dan berkata: “Ini tentu anak syaitan yang mahu menganggu anak cucu kita…” “Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Siti Hawa pada Nabi Adam AS. Setelah agak lama berfikir, Nabi Adam AS menjawab: “Kita potong-potong badannya sehingga kecil dan kita gantungkan daging-dagingnya di pokok luar rumah kita. Nanti apabila ibunya datang biar dia nampak dan tahulah dia anak nya sudah tidak ada…”....

Keesokan pagi, Iblis pun datang lagi ketika Nabi Adam AS sudah keluar bekerja: “Mana anak aku?” tanya Iblis pada Siti Hawa. Siti Hawa pun dengan terus terang memberitahu apa yang telah meraka berdua lakukan terhadap anak syaitan tersebut: “Semalam Adam pulang ke rumah, lalu ia mengetahui yang anak itu anak syaitan, lalu kami kerat2 anak kamu dan kami gantungkan daging-dagingnya di atas pokok di luar sana,” jelas Siti Hawa. “Oh… benarkah?” kata Iblis laknatullah dengan selamba. Lalu Iblis menyeru anaknya: “Khannasss….!!!” Tiba2 daging2 anaknya yang telah dikerat bergantungan di atas pokok itu pun bercantum kembali dan menjadi hidup kembali. Iblis masih tidak berputus asa dan masih meminta Siti Hawa agar menjaga Khannas malah dia berpesan akan kembali lagi esok harinya. ....

Apabila Nabi Adam AS pulang, baginda terkejut melihat anak Syaitan yang bernama Khannas itu masih hidup dan bertanya pada Siti Hawa kenapa anak syaitan itu masih berada di rumah meraka. Hawa menerangkan apa yang berlaku. “Kita tak boleh biarkan usaha syaitan untuk menganggu hidup anak cucu kita,” kata Nabi Adam. “Apa harus kita lakukan?” tanya Siti Hawa. “Beginilah.., kita bakar anak syaitan ini dan abunya kita buangkan ke laut, biar abunya di bawa arus laut, tentu ibunya tidak akan mendapat anaknya ini lagi…” terang Nabi Adam AS.....

Keesokan paginya datanglah Iblis bertanyakan anaknya ketika Nabi Adam AS sudah keluar bekerja. “Mana anak aku?” tanya Iblis. “Anak kamu sudah kami bakar dan abunya kami buang ke laut!” jawab Siti Hawa. “Oh, benarkah?" kata Iblis lalu sekali lagi menyeru anaknya: “Khannas!!!” Lalu bercantumlah kembali daging anaknya dari abu, dan menjadi Khannas kembali dan kemudian diserahkan kembali pada Siti Hawa untuk dijaga.....

Apabila Nabi Adam AS pulang, baginda mendapati anak syaitan itu masih juga berada di rumahnya. “Ini tak boleh jadi, kita tak boleh biarkan mereka ganggu anak cucu kita,” kata Nabi Adam. “Apa harus kita lakukan?” tanya Siti Hawa. “Begini sajalah…, kita belah dua anak syaitan ini. Kamu telan sebelah, aku telan sebelah. Habis cerita!” cadang Nabi Adam AS.....

Keesokan hari, datanglah lagi Iblis bertanyakan anaknya ketika Nabi Adam AS sudah keluar bekerja. “Mana anak aku?” tanya Iblis. “Kali ini kamu tak dapat balik anak kamu..,” jawab Siti Hawa dengan penuh yakin. “Kenapa?” tanya Iblis. “Anak kamu telah kami telan!” jawab Siti Hawa dengan tegas. “Oh, benarkah?" Lalu Iblis memanggil anaknya: "Khannas!!!" Tiba-tiba terdengarlah suara Khannas dari dalam badan Siti Hawa. “Bagus anakku, kamu duduk di sana, jangan sesekali keluar,” Iblis memberi arahan kepada anaknya. Maka duduklah Khannas di dalam tubuh badan manusia sehingga hari kiamat. ....

Syaitan Khannas ini tugasnya:-- Bila kita makan, dia pun makan, bila kita minum dia pun minum. Apa-apa sahaja aktiviti kita buat dia akan menyertainya jika kita tidak membaca BASMALAH (Bismillah).

Bila kita solat dia akan berusaha supaya kita berasa was-was. Sebab itulah kadang-kadang bila tengah bersolat, tiba-tiba sahaja kita lupa bilangan rakaat yang telah kita lakukan. Kadang-kadang bila buat kerja, kita keliru dan ingat-ingat lupa. Ubatnya banyakkan ISTIGHFAR (Astaghfirullah). Syaitan Khannas ini akan berlari / bermain dalam darah kita. Ubatnya ialah dengan membanyakkan ZIKIR.....

Sahabat Rasulullah SAW pernah bertanya bagaimana hendak mengelak dari Khannas ini. Pesan Rasulullah SAW, setiap apa yang hendak kita lakukan mulakanlah dengan membaca BASMALAH dan doa, atau sekurang-kurangnya bacalah BASMALAH. Khannas akan berasa kelaparan bila kita berpuasa dan akan menjadi bertambah kurus bila kita makan dengan membaca Basmalah. Bagi yang sudah menjadi Suami Isteri, sebelum 'bersama', bacalah BASMALAH dan doa-doa. Jika tidak, Khannas dan syaitan-syaitan yang lain akan ikut serta 'bersama'. ....

Lihatlah bagaimana syaitan yang tak pernah putus asa mahu memperdayakan anak cucu Adam. Dalam Surah An-Nas juga menceritakan syaitan bernama Khannas yang selalu berusaha membuat kita was-was. Apa-apa pun mulakan apa saja aktivitas dengan "BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM!".

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

wallahualam bissawab

Tuesday 17 March 2015

ADAB BERTAMU DALAM ISLAM


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Pernahkah Anda kedatangan orang, yang masuk ke rumah Anda tanpa permisi alias slonongboy..???
Tetangga saya pernah mengalami itu. Dan itu ternyata sangat tidak menyenangkan, apa lagi yang selonongboy itu adalah berlainan jenis dengan sang tuan rumah. Maka sebagai wawasan untuk saya, saya mencari diberbagai sumber di internet. Kebetulan saya tidak punya buku tentang etika bertamu. Dan saya dapatkan beberapa sumber yang bisa menambah wawasan saya tentang etika bertamu. Dan saya coba rangkum intisari dari beberapa sumber tersebut.
Tamu harus dihormati sebagaimana perintah Rasulullah . Menghormati tamu adalah tanda kesempurnaan iman (HR. Bukhari).

Sebaliknya, tamu juga harus tahu diri agar tidak menempatkan tuan rumah dalam posisi serba salah, sehingga tidak bisa menghormati tamu dengan baik.
Alquran ataupun hadis yang menekankan pentingnya saling mengenal dan mempererat tali persaudaraan. Seperti tertera dalam Alquran, Allah berfirman: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.” (Al Hujurat: 13)

Rasulullah bersabda: “Bila seseorang mengunjungi saudaranya, maka Allah berkata kepadanya: “Engkau dan perjalananmu itu adalah baik, dan engkau telah menyiapkan suatu tempat tinggal di al jannah (surga).” (Shahih Al Adabul Mufrad no. 345, dari shahabat Abu Hurairah )

Akan tetapi, walaupun bertamu amatlah mulia dan bernilai ibadah, namun ada etika yang harus diperhatikan, baik oleh tamu ataupun sang tuan rumah. Sebagai agama yang sempurna, Islam telah menetapkan ketentuan yang bisa menjadi acuan seorang Muslim saat bertamu kepada saudaranya.
Etika untuk bertamu

1.Beri’tikad Yang Baik

Di dalam bertamu hendaknya yang paling penting untuk diperhatikan adalah memiliki i’tikad dan niat yang baik. Bermula dari i’tikad dan niat yang baik ini akan mendorong kunjungan yang dilakukan itu senantiasa terwarnai dengan rasa kesejukan dan kelembutan kepada pihak yang dikunjungi.

2.Beritahu Lebih Dahulu

Di kota besar seperti Jakarta, di mana banyak penghuni rumah sibuk bekerja, sebaiknya beritahu dulu lewat telepon bila ingin bertamu. Bagi orang yang dikunjungi, ini jadi semacam pemberitahuan, dan dia akan merasa dihargai bila ditanya lebih dulu. Bisa saja pada waktu Anda datang, dia ada acara lain atau tidak mau diganggu tamu. Bagi Anda, akan mendapat kepastian, apakah si penghuni ada di rumah dan siap Anda kunjungi.

3.Tepat Waktu

Bila Anda berjanji datang jam sekian, usahakan tepat waktu. Ini akan memberi kesan yang baik kepada tuan rumah. Dan memudahkan tuan rumah mengatur waktu. Bisa saja ia punya kegiatan yang amat sangat padat, sehingga ketika menyetujui Anda datang pada waktu tertentu, hanya itu waktu yang ia punya untuk Anda.

4.Memilih Waktu Berkunjung

Hendaknya bagi orang yang ingin bertamu juga memperhatikan dengan cermat waktu yang tepat untuk bertamu. Karena waktu yang kurang tepat terkadang bisa menimbulkan perasaan yang kurang baik dari tuan rumah bahkan tetangganya.

5.Tidak Memberatkan Bagi Tuan Rumah

Hendaknya bagi seorang tamu berusaha untuk tidak membuat repot atau menyusahkan tuan rumah, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah: “Tidak halal bagi seorang muslim untuk tinggal di tempat saudaranya yang kemudian saudaranya itu terjatuh ke dalam perbuatan dosa. Para shahabat bertanya: “Bagaimana bisa dia menyebabkan saudaranya terjatuh ke dalam perbuatan dosa?” Beliau menjawab: “Dia tinggal di tempat saudaranya, padahal saudaranya tersebut tidak memiliki sesuatu yang bisa disuguhkan kepadanya.” (HR. Muslim)

6.Meminta Izin Kepada Tuan Rumah

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu agar kamu selalu ingat.” (An Nur: 27)
“Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (An-Nur 27-28)

Rumah itu seperti penutup aurat bagi segala sesuatu yang ada di dalamnya sebagaimana pakaian itu sebagai penutup aurat bagi tubuh. Jika seorang tamu meminta izin kepada penghuni rumah terlebih dahulu, maka ada kesempatan bagi penghuni rumah untuk mempersiapkan kondisi di dalam rumahnya tersebut. Sehingga tidaklah dibenarkan ia melihat ke dalam rumah melalui suatu celah atau jendela untuk mengetahui ada atau tidaknya tuan rumah sebelum dipersilahkan masuk.
Bagaimana Tata Cara Meminta Izin?

a.Mengucapkan salam

Diperintahkan untuk mengucapkan salam terlebih dahulu, sebagaimana ayat di atas (An Nur: 27).
Pernah salah seorang shahabat beliau dari Bani ‘Amir meminta izin kepada Rasulullah yang ketika itu beliau sedang berada di rumahnya. Orang tersebut mengatakan: “Bolehkah saya masuk?” Maka Rasulullah pun memerintahkan pembantunya dengan sabdanya: “Keluarlah, ajari orang ini tata cara meminta izin, katakan kepadanya: Assalamu ‘alaikum, bolehklah saya masuk? Sabda Rasulullah tersebut didengar oleh orang tadi, maka dia mengatakan: “Akhirnya Nabi pun mempersilahkannya untuk masuk rumah beliau.” (HR. Abu Dawud)

b.Meminta izin sebanyak tiga kali
Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia berkata, Abu Musa telah meminta izin tiga kali kepada Umar untuk memasuki rumahnya, tetapi tidak ada yang menjawab, lalu dia pergi, maka sahabat Umar menemuinya dan bertanya, “Mengapa kamu kembali?” Dia menjawab, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, Barangsiapa meminta izin tiga kali, lalu tidak ada jawaban, maka hendaklah kembali. (Shahih HR. Ahmad)

7.Tidak Menghadap Ke Arah Pintu Masuk, Namun Disisi Kanan atau Kirinya

Ketika tamu tiba di depan rumah, hendaknya tidak menghadap ke arah pintu. Tetapi hendaknya dia berdiri di sebelah pintu, baik di kanan maupun di sebelah kiri. Hal ini dicontohkan Rasululloh SAW.Dari Abdulloh bin Bisyer ia berkata,“Adalah Rasululloh SAW apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya ke depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan”Assalamu ‘alaikum … assalamu ‘alaikum …”(Shahih HR. Abu Dawud)

8.Mengenalkan Identitas Diri

Ketika Rasulullah menceritakan tentang kisah Isra’ Mi’raj, beliau bersabda (artinya) : “Kemudian Jibril naik ke langit dunia dan meminta izin untuk dibukakan pintu langit. Jibril ditanya: “Siapa anda?” Jibril menjawab: “Jibril.” Kemudian ditanya lagi: “Siapa yang bersama anda?” Jibril menjawab: “Muhammad.” Kemudian Jibril naik ke langit kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya di setiap pintu langit, Jibril ditanya: “Siapa anda?” Jibril menjawab: “Jibril.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Saya datang kepada Rasulullah untuk membayar hutang ayahku. Lalu aku mengetuk pintu rumahnya. Lalu beliau bertanya, “Siapa itu?” Lalu aku menjawab, “Saya.” Nabi berkata, “Saya?… Saya? … seakan-akan beliau tidak menyukainya. (HR. Bukhari)

9.Dilarang Mengintai Ke Dalam Bilik

Jika kita hendak bertamu dan telah sampai di halaman rumah, tidak diizinkan mengintip melalui jendela atau bilik, walaupun tujuannya ingin mengetahui penghuninya ada atau tidak.
Dari Anas bin Malik, sesungguhnya ada seorang laki-laki mengintip sebagian kamar Nabi, lalu Nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar atau beberapa anak panah yang lebar, dan seakan-akan aku melihat beliau menanti peluang untuk menusuk orang itu. (HR. Bukhari)

10.Tidak Masuk Rumah Walaupun Terbuka Pintunya.

Dari ayat 27 An Nuur, sebagaimana telah ditulis di atas, kita baru boleh masuk rumah orang lain harus mendapatkan izin dari pemilik rumah.

11.Bila Diminta Pulang, Hendaknya Pulang

Dan jika dikatakan kepadamu: “Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (lihat ayat diatas)

12.Menyebutkan Keperluannya

Di antara adab seorang tamu adalah menyebutkan urusan atau keperluan dia kepada tuan rumah. Supaya tuan rumah lebih perhatian dan menyiapkan diri ke arah tujuan kunjungan tersebut, serta dapat mem-pertimbangkan dengan waktu/ keperluannya sendiri. Hal ini sebagaimana Allah mengisahkan para malaikat yang bertamu kepada Ibrahim u di dalam Al Qur’an (artinya): “Ibrahim bertanya: Apakah urusanmu wahai para utusan?” Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa.” (Adz Dzariyat: 32)

13.Tidak Masuk Bila Yang Mengizinkan Wanita

Seorang tamu pria hendaknya tidak masuk rumah apabila yang mempersilahkan masuk adalah seorang wanita. Kecuali wanita tersebut telah diizinkan oleh suaminya atau mahromnya.
Amr berkata, Rasulullah melarang kami meminta izin untuk menemui wanita tanpa mendapat izin suaminya. (Shahih HR. Ahmad)
Dari Amr bin Al-Ash dia berkata, Sesungguhnya Rasulullah melarang kami masuk di rumah wanita yang tidak ada mahromnya. (Shahih HR. Ahmad)

14.Segera Kembali Setelah selesai Urusannya

Termasuk pula adab dalam bertamu adalah segera kembali bila keperluannya telah selesai, supaya tidak mengganggu tua rumah. Sebagaimana penerapan dari kandungan firman Allah Ta’ala: “…tetapi jika kalian diundang maka masuklah, dan bila telah selesai makan kembalilah tanpa memperbanyak percakapan,…” (Al Ahzab: 53)

15.Tidak Menceritakan Aibnya Kepada Orang Lain

Abu Hurairoh, dia berkata, Sesungguhnya Rasulullah bersabda, “Tahukah kamu apa ghibah itu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Lalu beliau bersabda, “Ghibah adalah engkau menyebutkan saudaramu (kepada orang lain) dengan sesuatu yang ia benci.” Lalu dikatakan kepadanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu bila aib yang kuceritakan itu memang benar?” Beliau menjawab, “Jika apa yang kamu ceritakan itu benar, berarti kemu meng-ghibah-nya. Jika tidak, berarti engkau berbuat dusta.” (HR. Muslim)

16.Mendo’akan Tuan Rumah

Hendaknya seorang tamu mendoakan atas jamuan yang diberikan oleh tuan rumah, lebih baik lagi berdo’a sesuai dengan do’a yang telah dituntunkan Nabi , yaitu : “Ya Allah…, berikanlah barakah untuk mereka pada apa yang telah Engkau berikan rizki kepada mereka, ampunilah mereka, dan rahmatilah mereka.” (HR. Muslim)

Wallahu ‘alam Bishawab

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Hukum Bersalaman Dengan ( Wanita / Pria ) Bukan Mahram



BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Gejala Ikhtilath (percampuran di antara kaum lelaki dengan wanita) semakin dianggap perkara biasa. Mereka saling bersentuhan kulit, bersalaman tangan, bertepuk-tampar, bersenda-gurau, sehingga ada yang berpelukan sesama sendiri tanpa timbul sebarang rasa bersalah. Lebih merisaukan apabila ada yang menganggap bahawa ia tidak termasuk kesalahan di sisi agama. Di antara sebab-sebab perkara ini terus berleluasa mungkin adalah kerana faktor lemahnya iman, budaya persekitaran yang penuh syubhat, terkesan dengan pelbagai adegan filem dan drama, dan ketidak-tahuan mereka terhadap dalil-dalil berkaitan yang menjelaskan persoalan tersebut secara jelas.

Di samping adanya beberapa fatwa meragukan dari tokoh-tokoh tertentu masakini yang mengharuskan bersalaman di antara lelaki dan wanita ajnabiyah (bukan mahram) dalam keadaan tertentu. Ini adalah sebagaimana yang diutarakan dan ditunjukkan antaranya oleh Dr. Yusuf al-Qaradhawi berpandukan beberapa tafsiran dan takwilan yang dikemukakannya. Apa pun, fatwa beliau tersebut wajar ditinggalkan dengan mendahulukan apa yang telah jelas dan bebas dari syubhat sebagaimana ditunjukkan oleh akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya sebagaimana dalil-dalil yang bakal dikemukakan.

Dalil pertama

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

لأن يطعن في رأس رجل بمخيط من حديد خير من أن يمس امرأة لا تحل له

“Sekiranya kepala salah seorang daripada kamu ditusuk dengan jarum besi, itu adalah lebih baik bagi kamu daripada kamu menyentuh wanita yang tidak halal bagi kamu.” (Hadis Riwayat ath-Thabrani. Dinilai sahih oleh al-Mundziri, al-Haitsami, dan al-Albani)

Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Pada hadis ini terdapat ancaman yang keras (tegas) kepada sesiapa sahaja yang menyentuh wanita ajnabiyah (yang bukan mahram). Padanya juga terdapat dalil atas haramnya bersalaman (mushofahah) dengan wanita. Sebab itu, tidak diragukan bahawa bersalaman itu mengandungi unsur bersentuhan. Pada masa ini, umat Islam banyak diuji dengan situasi ini, dan di antara mereka adalah dari kalangan ahli ilmu. Sekiranya mereka mengingkari perkara tersebut dengan hati mereka, tentu ada sedikit kemudahan untuk menasihati mereka. Tetapi sayangnya, mereka menghalalkan perkara tersebut dengan pelbagai cara (jalan) dan takwilan (penafsiran).” (Rujuk: al-Albani, as-Silsilah ash-Shahihah, 1/225)

Dalil Kedua

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيبُهُ مِنْ الزِّنَا مُدْرِكٌ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الِاسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

“Persoalan anak Adam berkaitan zina telah ditentukan. Tidak mustahil ia pasti melakukannya. Dua mata berzina dengan melihat, dua telinga berzina dengan mendengar, lidah berzina dengan berkata-kata, tangan berzina dengan menyentuh, kaki berzina dengan melangkah, hati berzina dengan angan-angan (kehendak), dan kemaluanlah yang akan membenarkan (merealisasikan) atau mendustakan semua itu.” (Sahih: Hadis Riwayat Muslim)

Kaedah pengambilan dalil dari hadis ini adalah berdasarkan sabda Rasulullah,

وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ

“... dan tangan berzina dengan menyentuh.” (Dari hadis di atas)

Dalam riwayat Ahmad disebutkan,

وَالْيَدُ زِنَاهَا اللَّمْسُ

“... dan tangan berzina dengan menyentuh.”

Dalam riwayat Ibnu Hibban juga disebutkan,

وَالْيَدُ زِنَاؤُهَا اللَّمْسُ

“... dan tangan berzina dengan menyentuh.”

Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Makna hadis di atas adalah bahawa setiap anak Adam itu mungkin ada yang ditakdirkan untuk melakukan perbuatan zina. Di antara mereka ada yang melakukan zina dengan sebenar-benarnya, iaitu dengan memasukkan kemaluannya ke dalam kemaluan wanita secara haram. Di antara mereka ada yang zinanya secara majaz (kiasan), iaitu dengan melihat perkara-perkara yang haram, atau dengan mendengar sesuatu yang mengajak kepada perzinaan dan usaha-usaha untuk melakukan kepada zina, atau dengan sentuhan tangan, atau menyentuh wanita ajnabiyah (yang bukan mahram) dengan tangannya, atau menciumnya. Atau dengan melangkah kaki menuju tempat perzinaan, melihat, menyentuh, atau berkata-kata dengan cara yang haram bersama dengan wanita ajnabiyah (yang bukan mahram), atau berangan-angan (imaginasi atau berniat) dengan hatinya. (an-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, 16/206)

Dalil ketiga

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidak pernah bersalaman dengan wanita yang bukan mahram baginya walaupun dalam perlaksanaan proses bai’at. Secara umumnya tuntutan proses ini berlaku dengan cara bersalaman, iaitu apabila dilakukan di antara Nabi dengan para sahabat lelaki yang lain.

Umaimah Binti Ruqaiqah menyatakan,

أتيت رسول الله صلى الله عليه وسلم في نساء لنبايعه، فأخذ علينا ما في القرآن: { أَنْ لا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا } الآية، وقال: "فيما استطعتن وأطقتن"، قلنا: الله ورسوله أرحم بنا من أنفسنا، قلنا: يا رسول الله، ألا تصافحنا؟ قال "إني لا أصافح النساء، إنما قولي لامرأة واحدة كقولي لمائة امرأة

“Aku pernah pergi menemui Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersama beberapa orang wanita untuk melakukan bai’at (perjanjian taat setia) kepada beliau. Maka beliau pun membai’at kami dengan apa yang terdapat dalam al-Qur’an, iaitu kami tidak boleh mensyirikkan Allah dengan segala sesuatu. Lalu beliau bersabda, “Iaitu berkenaan dengan apa yang kamu mampu dan sanggupi.”

Maka kami pun berkata, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih menyayangi kami daripada diri kami sendiri.” Seterusnya kami bertanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah kita perlu bersalaman?”

Beliau menjawab, “Sesungguhnya aku tidak bersalaman dengan wanita. Ucapanku kepada seorang wanita bersamaan dengan untuk seratus orang wanita.” (Sahih: Hadis Riwayat Ahmad)

Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syanqithi rahimahullah berkata, “Bahawasanya telah tsabit daripada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam beliau bersabda, “Sesungguhnya aku tidak pernah bersalaman dengan kaum wanita.” Dan Allah telah berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu contoh tauladan yang baik.” Dengan itu, demi untuk mencontohi (mengikuti) beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, maka kita tidak bersalaman tangan dengan wanita ajnabiyah... dan sikap beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang tidak bersalaman tangan dengan wanita di ketika melakukan bai’ah adalah merupakan dalil yang sangat jelas bahawa seseorang lelaki tidak boleh bersalaman tangan dengan wanita yang bukan mahramnya dan tidak dibenarkan sama sekali dari anggota badannya menyentuhnya. Ini adalah kerana bentuk sentuhan yang paling ringan adalah dengan bersalaman. Apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sendiri enggan untuk bersalaman dengan wanita ajnabiyah di ketika waktu-waktu yang sangat diperlukan untuk bersalaman iaitu di ketika waktu berbai’ah, maka ini menunjukkan bahawa bersalaman tangan dengan kaum wanita ajnabiyah adalah tidak dibenarkan. Sesiapa pun tidak wajar untuk menyelisihi beliau. Kerana beliau adalah yang menetapkan syari’at untuk umat beliau sama ada dengan ucapan, perbuatan, ataupun pembenaran (taqrir).” (al-Amin asy-Syanqitihi, Adhwa’ul Bayan fii Idhahal Qur’an bil Qur’an, 6/256)

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Perkataan (suara) wanita ajnabiyah boleh kita dengari apabila ada keperluan, dan suaranya tidak termasuk aurat (apabila tidak berlebih-lebihan – pent.). Menyentuh kulit wanita ajnabiyah tidak dibolehkan tanpa adanya alasan darurat seperti sebab perubatan, pendarahan, bekam, mencabut gigi, dan seumpamanya, di mana apabila tiada wanita yang boleh melakukannya. Maka pada ketika itu lelaki yang bukan mahram dibenarkan melakukannya atas faktor keterpaksaan tertentu.” (Imam an-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, 13/10)

Beliau juga berkata, “Disebabkan melihat wanita yang bukan mahram itu diharamkan (terdapat perintah menundukkan pandangan – pent.), sudah tentu menyentuh kulitnya lebih diharamkan lagi. Ini adalah kerana menyentuh lebih mudah membangkitkan syahwat.” (Imam an-Nawawi, Raudhatut Thalibin wa ‘Umdatul Muftiin, 7/27)

Demikianlah antara dalil-dalil utama dan penegasan para ulama ahlus Sunnah wal-jama’ah dalam persoalan hukum bersentuhan kulit (termasuk bersalaman) di antara lelaki dengan wanita bukan mahram yang disengajakan. Sama ada berlapik atau bersarung tangan, maka ia tetap terlarang. Tidak pernah pula dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Walau bagaimanapun, bersalaman atau bersentuhan di antara suami dengan isteri adalah dibenarkan walaupun dalam keadaan berwudhu’ dan tidak terbatal wudhu’ mereka. Semoga kita selaku umat Islam diberikan kemudahan untuk memahami persoalan ini dengan baik. Sekiranya bersalaman dan bersentuhan pun termasuk perkara yang terlarang, fikirkanlah yang melampau dari itu!

Wallahu ‘alam Bishawab

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

My Blog List

Pages

Pages - Menu

Followers

Become our Fan

The Amazing of Islam
SEBELUM MEMBACA UCAPKANLAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, ALLAHUMMA SHALLI ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA'ALA ALI SAYYIDINA MUHAMMAD !!