Wednesday 25 February 2015

Ada Hikmah Dibalik Menahan Marah


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Menahan Marah

Suatu hari Rasulullah SAW bertamu ke rumah Abu Bakar Shidiq. Ketika sedang bercengkerama dengan Rasulullah, tiba- tiba datang seorang Arab badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar. Makian, kata- kata kotor keluar keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini Rasulullah tersenyum.

Kemudian orang Arab badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini makian dan hinaannya lebih kasar. Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah kembali memberikan senyum.

Semakin marahlah orang Arab badui ini. Untuk ketiga kalinya ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab badui itu dengan makian pula. Terjadilah perang mulut. Seketika itu Rasulullah beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.

Melihat hal ini, selaku tuan rumah Abu Bakar tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah yang sudah sampai halaman rumah. Kemudian Abu Bakar berkata, ”Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahan ku!”

Rasulullah menjawab, ”Sewaktu ada seorang Arab badui datang lalu mencelamu, dan engkau tidak menanggapinya, aku tersenyum karena banyak Malaikat di sekelilingmu yang akan membelamu di hadapan Allah. Begitu pun, yang kedua kali ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para Malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum. Namun, ketika kali yang ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, maka seluruh Malaikat pergi meninggalkanmu. Hadirlah Iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya.”

Demikian Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk bersabar menahan amarah, dengan tidak membalas keburukan dengan hal-hal yang buruk pula. Allah berfirman, ”Hai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan [kepada Allah] dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Doaku Belum Dikabul oleh allah swt


BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

aku tidak takut doaku tidak dikabul oleh allah swt,tetapi yg aku takutkan jika allah tidak memberikan hidayah kepada hamba untuk terus bersujud ( beriman ) dan berdoa kepadanya.


رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

Rabbabaa Laa Tuyigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lana Mil-Ladunka Rahmatan Innaka Antal-Wahhaab

Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imran: 7)

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ

Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik

Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.” (HR. Ahmad dan at Tirmidzi)


اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ

Allaahumma Musharrifal Quluub, Sharrif Quluubanaa ‘Alaa Thaa’atik

Artinya: “Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Saturday 7 February 2015

Ma’iz bin Malik RA




BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ma’iz bin Malik RA

ada suatu kisah dijaman nabi muhammad saw tentang
Seorang sahabat bernama Ma’iz bin Malik

suatu kali Ma’iz bin Malik RA
tergoda seorang wanita dan melakukan perbuatan terlarang dengan wanita tersebut, padahal saat itu ia telah menikah. Sebenarnya ketika peristiwa maksiat itu terjadi, tidak ada orang lain yang mengetahuinya, kecuali mereka berdua, dan Allah SWT tentunya. Segera setelah peristiwa itu terjadi, Ma’iz sangat menyesalinya, perasaan dosa terasa selalu meliputinya.
Suatu ketika ia tidak mampu lagi menguasai kerisauan hatinya, maka ia datang kepada Umar bin Khaththab dan berkata, “Orang yang jauh dari kebaikan ini (yakni dirinya sendiri) telah melakukan perbuatan nista (zina)!!”

Kemudian Ma’iz menceritakan peristiwa yang dialaminya dan kerisauan hatinya. Di luar dugaan, Umar yang terkenal tegas ini berkata, “Bertaubatlah kepada Allah, dan tutupilah itu, karena sesungguhnya Allah telah menutupinya. Bertaubatlah, sesungguhnya Allah selalu menerima taubat hamba-Nya. Orang-orang biasanya hanya bisa mencela, tetapi itu tidak mengubah apapun (kecuali jika engkau bertaubat)!!”
Walaupun nasehat Umar itu begitu jelasnya, tetapi belum bisa menyembuhkan kerisauan hatinya. Karena itu ia datang kepada Abu Bakar untuk menceritakan kerisauan hatinya, tetapi ia memperoleh jawaban yang lebih kurang sama dengan jawaban Umar.

Tentu saja sahabat sekaliber Abu Bakar dan Umar bin Khaththab sangat tahu hukuman bagi pezina yang telah pernah menikah adalah rajam. Tetapi tentunya jawaban yang diberikan mereka berdua bukanlah bermaksud “menolak” hukum tersebut. Mereka berdua adalah didikan Rasulullah SAW yang tidak hanya mencakup keislaman (syara’ atau masalah hukum) saja, tetapi jauh menjangkau kepada masalah iman dan akhlak (ihsan). Mereka berdua bersama Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib adalah yang terdekat kemuliaan akhlaknya dengan akhlak Nabi SAW. Mereka berdua memberi nasehat seperti itu karena mereka sangat mengenal Allah, sebagaimana diajarkan Nabi SAW, bahwa Allah sangat gembira menerima (menemukan) kembali hamba-Nya yang bertobat, melebihi kegembiraan manusia yang sedang sangat gembiranya (Lihat Kisah dalam “Percik Kisah Hikmah Pemupuk Iman” dengan judul “Sungguh Allah Lebih Gembira”).

Ma’iz menemui seorang sahabatnya yang bernama Huzal dan menceritakan permasalahan yang dialaminya, termasuk pertemuan dan nasehat yang diberikan oleh Umar dan Abu Bakar. Huzal yang juga salah seorang sahabat itu hanya berfikir logis. Jika ia telah menemui Umar dan Abu Bakar tetapi tidak memperoleh solusi, mengapa tidak diteruskan mencari solusi kepada Rasulullah SAW. Huzal menyarankannya menemui Rasulullah SAW dan Ma’iz menyetujuinya.

Ma’iz segera mendatangi Rasulullah SAW yang saat itu sedang bersama beberapa sahabat lainnya. Setelah mengucap salam, ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya telah berzina!!”
Nabi SAW memandangnya tajam, kemudian berpaling dari Ma’iz tanpa berkata apa-apa. Ma’iz kembali berdiri di hadapan beliau dan mengulang ucapannya. Tetapi sekali lagi beliau hanya menatapnya kemudian berpaling tanpa berkata apapun. Ketika peristiwa itu telah berulang sampai ke empat kalinya, Nabi SAW bersabda kepada para sahabat lainnya, “Apakah ia telah gila atau sinting? Atau kalian meragukan kesehatan akalnya?”
“Tidak, ya Rasulullah!!” Kata para sahabat.
Kemudian Nabi SAW menghadapkan wajah kepada Ma’iz dan berkata, “Benarkah engkau telah menyetubuhinya?”

Nabi SAW masih menegaskan lagi penjelasannya tentang persetubuhan itu dengan mendetail, bahkan beliau membuat perumpamaan dengan pensil celak yang dimasukkan ke botol celak, seperti timba yang dimasukkan ke dalam sumur. dan Ma’iz tetap mengakui melakukannya. Beliau masih saja berkata menegaskan, “Tahukah kamu apa zina itu?”

Ma’iz menjawab, “Tahu, ya Rasulullah, aku menggaulinya seperti halnya kalau aku menggauli istriku!!”
Setelah penjelasan mendetail beliau sebelumnya, sepertinya pertanyaan itu tidak perlu. Beliau memang telah mendapat laporan tentang Ma’iz bin Malik ini dari Abu Bakar dan Umar, dan beliau setuju dengan nasehat yang diberikan mereka berdua. Tampaknya dengan pertanyaan tersebut beliau ingin “mengulur waktu” dan menemukan alasan bagi Ma’iz untuk kembali kepada saran yang diberikan oleh Abu Bakar dan Umar. Tentu saja semua itu dilakukan karena beliau sangat sayang kepada umatnya, khususnya kepada Ma’iz yang sangat beliau kenal kesalehannya ini. Hanya saja pada saat itu ia sedang tergelincir.

Sebaliknya pada Ma’iz sendiri, ketergelincirannya yang hanya sekali itu membuat dunianya gelap. Bukannya putus asa dari rahmat Allah, tetapi ia ingin kepastian bahwa dosanya tersebut benar-benar telah diampuni oleh Allah.
Walau telah cukup alasan untuk menjatuhkan vonis “rajam”, tetapi beliau masih bersabda lagi kepada Ma’iz, “Apa yang sebenarnya engkau inginkan dengan mengaku seperti ini?”
Ma’iz berkata, “Saya ingin, engkau menyucikan dosa-dosa saya, ya Rasulullah!!”
Maka beliau bersabda, “Rajam adalah kaffarah (penghapus dosa/kesalahan) dari apa yang telah engkau lakukan itu…!!”

Beliau kemudian berpaling kepada sahabat lainnya dan bersabda, “Bawalah ia ke lapangan mushalla (lapangan untuk shalat id) dan rajamlah di sana…!!”
Tampak sekali wajah beliau diliputi kesedihan, dan beliau berpaling agar tidak melihat proses rajam terhadap Ma’iz tersebut. Mereka membawa Ma’iz ke tempat yang ditentukan dan merajamnya di sana. Ketika merasakan kesakitan, Ma’iz sempat melarikan diri, tetapi mereka terus menyusulinya dengan tetap merajam hingga akhirnya tewas.

Jenazah Ma’iz dibawa kepada Rasulullah SAW di dalam masjid, kemudian beliau berdiri di mimbar dan berkhotbah, “Wahai manusia, jauhilah perbuatan zina yang dilarang Allah ini, dan barang siapa yang terjerumus, hendaklah ia menutupinya…!!”
Sambil memandang jenazah Ma’iz, beliau bersabda lagi, “Tutupilah perbuatan jahat kalian dari aku, selama Allah masih menutupinya. Barang siapa yang terjerumus ke dalam kejahatan hendaklah ia menutupinya (dan bertaubatlah) !!”

Salah seorang sahabat menceritakan bahwa Ma’iz sempat melarikan diri karena kesakitan, tetapi mereka mengejarnya dan terus merajamnya hingga tewas. Beliau tampak agak marah dan penuh sesal, kemudian bersabda, “Mengapa tidak kalian biarkan ia lari??”
Nabi SAW memandang kepada Huzal yang menyarankan Ma’iz membuat pengakuan kepada beliau, dan bersabda, “Seandainya engkau menutupi (yakni dosa Ma’iz dan menyarankan bertaubat seperti Umar dan Abu Bakar), tentu itu lebih baik bagimu!!

Tampak dua orang sahabat saling berbicara cukup pelan, “Lihatlah orang ini, Allah telah menutupi keburukannya, tetapi jiwanya tidak puas sehingga ia dirajam seperti anjing…!!”
Walau ucapannya cukup pelan, tetapi Nabi SAW mendengar (memahami) apa yang mereka katakan. Beliau turun dari mimbar, dan berjalan keluar diikuti para sahabat lainnya. Ketika beliau menemukan bangkai keledai, beliau bersabda, “Wahai Fulan dan Fulan!!”
“Kami disini, ya Rasulullah!!” Kata dua orang sahabat yang tadi ‘membicarakan’ (mengghibah) Ma’iz.
“Kemarilah, dan makanlah bangkai keledai ini!!” Kata Beliau.
Dua orang sahabat itu mendekat kepada Nabi SAW sambil gemetar ketakutan, dan berkata, “Semoga Allah mengampuni kesalahan engkau, ya Rasulullah. Siapakah orang yang mau makan bangkai seperti ini?”
Nabi SAW bersabda, “Ketahuilah, sesungguhnya menyinggung kehormatan saudara kalian tadi (yakni mengghibah Ma’iz yang telah wafat), jauh lebih buruk daripada memakan bangkai seperti ini. Demi Allah, sungguh ia sedang berenang di sungai-sungai di surga!!”Dalam riwayat lain, beliau bersabda, “Sungguh ia sedang bersenang-senang di surga!!”

Wallahu A'lam Bishawab

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

Doa Yang Selalu Dibaca Oleh Para wali allah ( ALIM ULAMA )



Bismillahirohmanirohim

Doa Yang Selalu Dibaca Oleh Para wali allah,alim ulama(dan orang shaleh) untuk umat nabi muhammad saw

Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa'ala ali sayyidina Muhammad



اللهم اغفر لامة سيدنا محمد، اللهم ارحم امة سيدنا محمد، اللهم استر امة سيدنا محمد، اللهم اجبر امة سيدنا محمد، اللهم اصلح امة سيدنا محمد، اللهم عاف امة سيدنا محمد، اللهم احفظ امة سيدنا محمد، اللهم ارحم امة سيدنا محمد رحمة عامة يا رب العالمين، اللهم اغفر لامة سيدنا محمد مغفرة عامة يا رب العالمين، اللهم فرج عن امة سيدنا محمد فرجا عاجلا يا رب العالمين

Allaahummaghfirli ummati Sayyidinaa Muhammadin, Allaahummarham ummata Sayyidinaa Muhammadin, Allaahummastur ummata Sayyidinaa Muhammadin, Allaahummajbur ummata Sayyidinaa Muhammadin, Allaahumma ashlih ummata Sayyidinaa Muhammadin, Allaahumma 'aafi ummata Sayyidinaa Muhammadin, Allaahumma ahfadz ummata Sayyidinaa Muhammadin, Allaahummarham ummata Sayyidinaa Muhammadin rahmatan 'aammatan yaa robbal 'aalamiina, Allaahummaghfirli ummati Sayyidinaa Muhammadin maghfirotan 'aammatan yaa robbal 'aalamiina, Allaahumma farrij 'an ummati Sayyidinaa Muhammadin farajan 'aajilan yaa robbal 'aalamiina.

Artinya : Ya Allah, ampunilah dosa umat Sayyidina Muhammad saww., Ya Allah, rahmatilah umat Sayyidina Muhammad saww., Ya Allah, tutuplah kejelekan umat Sayyidina Muhammad saww., Ya Allah, sulamlah kekurangan umat Sayyidina Muhammad saww., Ya Allah, baguskanlah umat Sayyidina Muhammad saww., Ya Allah, sejahterakanlah umat Sayyidina Muhammad saww., Ya Allah, jagalah umat Sayyidina Muhammad saww., Ya Allah, rahmatilah umat Sayyidina Muhammad saww. dengan rahmat yang melimpah, wahai Tuhan semesta alam, Ya Allah, ampunilah dosa umat Sayyidina Muhammad saww. dengan ampunan yang melimpah, wahai Tuhan semesta alam, Ya Allah, lapangkanlah jalan umat Sayyidina Muhammad saww. dengan lelapangan yang meluas, wahai Tuhan semesta alam

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD
.

ABU THALIB, PAMAN RASULULLAH. ISLAM ATAUKAH KAFIR?


BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

ASSALAMUALAIKUM WR.WB

ABU THALIB, PAMAN RASULULLAH. ISLAM ATAUKAH KAFIR?

Menjawab pertanyaan dari sebagian umat islam (muslim) mengenai keislaman paman nabi muhammad saw abu thalib.
Abu Thalib, yakni tidak lain beliau adalah paman Rasulullah SAW, beliau sangat mencintai Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah SAW lebih dicintai oleh Abu Thalib daripada kepada anak-anaknya sendiri, hal itu dikarenakan budi pekerti Rasulullah SAW yang selalu jujur dalam perkataan dan sangat baik dalam tingkah laku.

Setelah beliau diutus menjadi Rasullullah SAW, Abu thalib senantiasa membantu dan melindungi Rasullullah SAW sehingga orang Kafir Quraisy sungkan untuk menghadang dakwah Nabi. Hal itu disebabkan oleh rasa sungkan mereka terhadap Abu thalib yang pada saat itu menjadi salah satu orang besar di Suku Quraisy.
Demi menjaga keponakannya itu, Abu Tahlib memerintahkan kedua anak kandungnya , yaitu Ja`far dan Ali untuk melindungi Rasulullah saw
Bibit keimanan Abu Thalib kepada Rasulullah saw telah tampak sejak ia melihat tanda-tanda kenabian pada keponakannya itu.

Suatu hari, ia melihat Abdul Muthallib kakeknya Rasulullah saw menggendong cucunya yang masih kecil itu di pundaknya sambil memohon hujan kepada Allah SWT di puncak bukit Abu Qubais,…Subhanallah ketika itu juga turun hujan.

Abu Thalib juga pernah membuktikannya ia menggendong Rasulullah saw yang ketika itu masih kecil di pundaknya berdiri di dinding Ka`bah, ia memohon hujan kepada Allah Ta`la, tiba-tiba gumpalan awan berkumpul lalu menyirami lembah-lembah di Makkah dengan curahan hujan yang lebat, sehingga permukaan tanah menjadi gembur dan subur.

Abu Thalib dan keluarganya jika mereka makan bersama tidak kenyang, namun bila Rasululllah saw ikut makan mereka merasa kenyang.
Setiap minum susu, merasa nikmat jika di minum terlebih dahulu oleh Rasulullah saw.
“Engkau wahai Muhammad benar-benar telah di berkahi, “Ucap Abu Thalib”.

Di saat remaja Abu Tahlib pernah mengajaknya berdagang ke syam. Ditengah jalan bertemu dengan seorang pendeta yang bernama Buhairah yang melihat tanda-tanda kenabian pada diri Rasulullah saw. Ia menyarankan agar cepat-cepat memebawanya pulang ke Makkah, khawatir terhadap ancaman kaum Yahudi, Abu Thalib pun mengikuti saran tersebut.

Pada suatu saat, Abu thalib dipanggil oleh pemuka-pemuka Quraisy. Pada saat itu Abu thalib diminta untuk memerintahkan keponakannya itu, yakni Rasulullah SAW untuk berhenti menyebarkan agama Islam. Kemudian pemuka-pemuka Quraisy tersebut mengatakan kepada belliau : “Apabila keponakanmu itu tidak mau berhenti, maka kami tidak akan sungkan lagi kepadamu dan akan kami tumpas keponakanmu beserta para pengikutnya”.

Saat mendapat ancaman ini, Abu Thalib akhirnya menyampaikan hal ini kepada Rasulullah SAW akan tetapi Rasullullah SAW tetap berpegang teguh pada dakwahnya itu dan Abu Thalib pun mulai tegar dan akan selalu menjaga Rasullullah SAW dan membantunya hingga titik darah penghabisan.

Abu Thalib pulalah orang yang mengucapkan sumpah yang sangat terkenal dalam sejarah islam, ketika para pembesar Quraisy minta agar ia menyerahkan Muhammad keponakannya itu.
“Andai kalian letakkan Matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, niscaya aku tetap tidak akan menyerahkan Muhammad”.

Meskipun Abu Thalib tidak menghentikan Dakwah Rasullullah SAW bahkan melindungi Rasullullah SAW, orang Kafir Quraisy tetap sungkan kepada Abu Thalib dan tidak berani mengganggu Rasullullah SAW. Hal tersebut berlangsung hingga akhirnya Abi Thalib dipanggil oleh Allah SWT. Setelah wafatnya Abu Thalib, dipanggil oleh Allah mendapatkan tekanan yang sangat kuat dari orang Kafir Quraisy.

Oleh karena itu, sebagian besar dari kalangan para ulama berpendapat atas keislaman Abu Thalib, karena mereka berpandangan bahwa sangatlah tidak etis apabila dikatakan, bahwa orang yang telah mendidik Rasulullah SAW yang juga orang yang sangat dicintai oleh Rasulullah SAW, yakni Abu Thalib sebagai orang kafir yang masuk neraka, hanya karena Abu Thalib tidak pernah melafadzkan dua kalimat syahadat.
Keimanan Abu Thalib tidak pernah di perlihatkannya, tujuannya agar dapat menjaga dan melindungi terus Rasulullah saw dari gangguan kaum kafir Quraisy.

Abu Thalib melakukan politik kamuflase di hadapan kaum kafir quraisy, agar mereka tidak mengganggu keponakannya. Abu Tahlib juga telah mengucapkan kalimat tauhid, hakikat kerasulan dan pembenaran terhadap kenabian rasulullah saw dalam syair-syairnya.

maka sangatlah tidak pantas jika orang yg mendidik dan membantu perjuangan baginda nabi muhammad saw dalam menyebarkan islam Abu thalib disebut mati dalam keadaan kafir dan mendapat siksa dari neraka,

Hal seperti ini adalah sebuah su’udzan yang tidak mendasar, Sebab belum tentu Abu thalib tidak
bersyahadad lantaran tidak mau mengikuti ajaran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Akan tetapi kemungkinan besar beliau tidak bersyahadad secara terang- terangan karena bertujuan untuk melindungi rasulullah SAW dari godaan orang kafir Quraisy, karena jika Abu Thalib masuk Islam secara terang terangan maka dapat dipastikan orang kafir Quraisy akan membencinya dan tidak ada rasa sungkan lagi kepada Abu Thalib, hingga kaum kafir Quraisy semakin leluasa dalam mencegak dakwah Islami Rasulullah SAW.
Padahal saat Abu Thalib wafat Rasulullah SAW berdoa untuk beliau: Rahimakaallahu wa ghufira laka la azaalu astaghfirulaka hatta yanhaaniyallaah. Yang artinya: semoga Allah merohmatimu dan mengampunimu dan aku tidak akan berhenti memintakan ampun untukmu kecuali jika Allah melarangku.

Sudah pasti Rasulullah adalah makhluk yang paling dicintai Allah dan apabila beliau berdoa maka bisa dipastikan doa beliau dikabulkan oleh Allah begitu pula doa Rasulullah di atas yang mana beliau berdoa agar pamannya Abu Thalib dirahmati oleh Allah dan diampuni semua kesalahan-kesalahannya. Dan doa ini insyaallah telah dikabulkan oleh Allah dan insya Allah beliau sekarang telah mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah SWT.

Abu Thalib sangat cinta sekali kepada Rasulullah SAW, ada sebuah hadits Rasulullah SAW yang berbunyi: Anta ma’a man ahbabta yaumal qiyamah, yang artinya: Engkau bersama orang yang engkau cintai pada hari kiamat nanti, karena kemungkinan besar beliau telah masuk Islam sekalipun di dalam hati

tidak ada yg mustahil bagi allah swt untuk memberikan kebaikan kepada setiap makhluk yg di kehendakinya.

Wallahu A'lam Bishawab

ALLAHUMMA SHOLLI 'ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI SAYYIDINA MUHAMMAD

My Blog List

Pages

Pages - Menu

Followers

Become our Fan

The Amazing of Islam
SEBELUM MEMBACA UCAPKANLAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, ALLAHUMMA SHALLI ALA SAYYIDINA MUHAMMAD WA'ALA ALI SAYYIDINA MUHAMMAD !!